Bab 5: Pintu Kedua yang Terkunci

Lian dan Eris terus berjalan melewati lorong-lorong yang kelam dan lembab di dunia bawah tanah itu. Mereka telah berjalan selama berjam-jam, mencari jalan keluar dari labirin yang rumit itu. Namun, setiap pintu yang mereka temukan selalu terkunci.

"Sudah lelah sekali," keluh Lian sambil menghentikan langkahnya. "Kita sudah mencari jalan keluar selama berjam-jam, tapi tidak ada pintu yang bisa kita buka."

Eris hanya tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Lian. Kita pasti akan menemukan jalan keluar."

Tiba-tiba, Eris berhenti dan menunjuk ke arah sebuah pintu besar yang terletak di ujung lorong. "Lihat," katanya, "itu pintu yang kita cari."

Lian mengamati pintu itu dengan hati-hati. Pintu itu terlihat sangat tua, terbuat dari kayu yang sudah lapuk dan retak-retak di bagian-bagiannya. Namun, pintu itu terlihat kokoh dan terlihat seperti merupakan jalan keluar dari labirin itu.

"Bagaimana kita bisa membukanya?" tanya Lian.

Eris tersenyum dan berkata, "Biarkan aku yang melakukannya." Dia mengeluarkan tongkat sihirnya dan menyentuh pintu itu dengan ujung tongkatnya. Setelah beberapa saat, pintu itu mulai bergetar dan akhirnya terbuka dengan sendirinya.

Lian dan Eris berjalan masuk ke dalam ruangan besar yang terletak di belakang pintu itu. Ruangan itu gelap, tetapi Lian bisa merasakan udara segar yang masuk dari luar.

Namun, ketika mereka berjalan masuk ke dalam ruangan itu, mereka sadar bahwa mereka tidak sendirian. Ada seseorang yang sedang menunggu mereka di dalam ruangan itu.

"Sudah lama aku menunggu kedatanganmu," kata suara itu.

Lian dan Eris berbalik dan melihat seorang wanita yang sangat cantik berdiri di belakang mereka. Wanita itu memiliki rambut pirang yang panjang dan mata biru yang tajam. Dia memandang Lian dan Eris dengan senyum dingin di wajahnya.

"Siapa kamu?" tanya Lian.

Wanita itu tertawa. "Aku adalah Ratu Kegelapan," katanya. "Dan kalian berdua adalah tamu yang tidak diundang di dunia bawah tanah ini."

Lian dan Eris saling pandang. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati dengan wanita ini. Namun, mereka juga tahu bahwa mereka harus menghadapinya jika mereka ingin keluar dari labirin ini.

"Kami tidak ingin masalah," kata Lian. "Kami hanya mencari jalan keluar."

Ratu Kegelapan tertawa. "Jalan keluar?" katanya. "Kalian tidak akan pernah menemukannya. Kalian akan terjebak di sini selamanya, bersama dengan semua yang hidup di dunia bawah tanah ini."

Lian dan Eris tidak bisa mempercayai bagaimana mereka bisa membuka pintu kedua yang terkunci di hadapan mereka. Setelah beberapa saat mencari cara untuk membuka pintu, Lian memutuskan untuk mencari bantuan dari temannya yang ahli dalam mengatasi rintangan seperti ini.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka ke labirin berikutnya dan akhirnya menemukan teman Lian, seorang ahli dalam mengatasi rintangan. Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka perlu mencari tiga batu yang tersebar di sekitar labirin untuk membuka pintu kedua.

Lian dan Eris bersama teman Lian mencari batu-batu tersebut. Mereka berjalan melalui lorong-lorong yang sempit dan gelap, dan sering kali terjebak dalam jebakan yang mematikan. Namun, mereka tetap gigih dan akhirnya berhasil menemukan ketiga batu itu.

Mereka membawa batu-batu tersebut kembali ke pintu kedua dan meletakkannya di tiga tempat yang ditentukan. Pintu kemudian terbuka, dan mereka melanjutkan perjalanan mereka ke labirin berikutnya.

Namun, di dalam labirin berikutnya, mereka dihadapkan dengan musuh yang lebih kuat daripada sebelumnya. Mereka terlibat dalam pertempuran sengit, dan meskipun Lian dan Eris berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka, mereka terluka parah.

Lian dan Eris kemudian memutuskan untuk istirahat dan merawat luka-luka mereka sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Selama waktu ini, mereka semakin dekat satu sama lain dan hubungan mereka tumbuh menjadi lebih dari sekadar teman.

Setelah pulih, Lian dan Eris melanjutkan perjalanan mereka ke labirin berikutnya dengan semangat yang tinggi, bertekad untuk mengatasi semua rintangan yang ada di depan mereka.

Namun, Lian dan Eris tidak putus asa. Mereka memutuskan untuk mencari pintu keluar lainnya. Mereka menjelajahi labirin yang rumit dan penuh bahaya selama beberapa jam, tetapi tidak ada pintu keluar yang mereka temukan.

Saat mereka berjalan-jalan di sepanjang koridor yang gelap, tiba-tiba Lian mendengar suara aneh. Suara itu terdengar seperti suara terompet yang ditiup dalam jarak yang jauh.

"Eris, kau mendengar suara itu?" tanya Lian.

Eris menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak mendengar apa-apa," jawabnya.

Namun, Lian yakin bahwa dia mendengar suara itu. Dia memutuskan untuk mengikuti suara itu dan melihat apakah itu bisa membawa mereka ke pintu keluar.

Mereka berjalan terus selama beberapa menit, dan suara itu semakin keras. Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang terbuka. Di tengah ruangan itu ada sebuah pintu besar yang terbuat dari batu.

"Kita harus membuka pintu ini," kata Lian.

Eris mengangguk. Mereka memulai untuk mengeksplorasi sekitar pintu tersebut. Setelah mencari-cari selama beberapa menit, mereka menemukan sebuah tombol kecil di dekat pintu.

Lian menekan tombol itu, dan pintu terbuka dengan derap yang keras. Mereka berjalan keluar dari ruangan itu dan masuk ke dalam sebuah koridor yang panjang. Mereka bisa merasakan angin yang dingin dan segar di wajah mereka, yang mengindikasikan bahwa mereka telah mencapai akhir dari labirin.

Lian dan Eris berlari keluar dari koridor dan menemukan diri mereka di sebuah gua besar yang dihiasi dengan kristal yang indah. Di ujung gua, mereka melihat cahaya matahari yang bersinar terang.

"Mari kita pergi ke sana!" seru Lian.

Mereka berlari ke arah cahaya matahari itu dan akhirnya mencapai pintu keluar dari dunia bawah tanah itu. Mereka keluar dari gua dan melihat pemandangan yang menakjubkan. Mereka berada di sebuah lembah yang hijau dan subur, dengan sungai yang mengalir melalui tengahnya.

Lian dan Eris melihat satu sama lain dengan senyum lebar di wajah mereka. Mereka berhasil keluar dari dunia bawah tanah itu, dan kini mereka bisa kembali ke rumah mereka. Namun, sebelum mereka bisa berpisah, mereka tahu bahwa mereka harus menyelesaikan urusan yang belum selesai di antara mereka.

"Lian, terima kasih karena sudah menolongku selama petualangan ini," kata Eris. "Aku tidak akan bisa keluar dari sana tanpamu."

Lian mengangkat bahu. "Kita sudah menjadi teman sejak awal," kata Lian. "Aku akan selalu siap membantumu."

Eris tersenyum. "Aku tahu itu," kata Eris. "Karena itulah aku harus memberitahumu sesuatu."

Lian menatap Eris dengan rasa ingin tahu yang besar. "Apa itu?" tanya Lian.

Eris menjawab dengan suara lembut, "Pintu ini hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki keberanian sejati."

Lian merenung sejenak, mencoba memahami apa yang dimaksudkan Eris. "Apa yang kamu maksud dengan keberanian sejati?" tanya Lian.

Eris tersenyum lagi. "Kamu harus percaya pada dirimu sendiri, Lian," jawabnya. "Kamu harus percaya bahwa kamu bisa membuka pintu ini dan keluar dari sini. Kamu harus berjuang melawan ketakutanmu sendiri dan mengatasi rintangan yang menghalangimu."

Lian merasa sedikit ragu. "Aku tidak yakin aku bisa melakukannya," kata Lian.

Eris meraih tangan Lian dan menggenggamnya erat-erat. "Kamu bisa melakukannya, Lian," kata Eris dengan tegas. "Kamu memiliki keberanian sejati di dalam dirimu. Kamu hanya perlu mengeluarkannya dan menggunakannya untuk membuka pintu ini."

Lian memandang tangan mereka yang saling bertautan, dan kemudian memandang ke arah pintu yang terkunci di depan mereka. Dia merenung sejenak, mencoba mencari keberanian di dalam dirinya sendiri. Dan kemudian, tanpa mengatakan sepatah kata pun, Lian menarik tangannya dari genggaman Eris dan berjalan menuju pintu.

Dia menatap ke arah pintu dengan tekad yang kuat, dan kemudian mengangkat tangannya untuk memegang gagang pintu. Dengan napasnya terengah-engah, Lian memutar gagang pintu, dan pintu itu mulai terbuka.

Lian merasakan jantungnya berdegup kencang ketika pintu itu semakin terbuka, dan dia melihat cahaya terang yang bersinar di luar pintu. Dia menatap ke arah Eris, yang tersenyum kepadanya dengan bangga.

"Dengan sedikit bantuan dari teman-temanmu, kamu bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan, Lian," kata Eris.

Lian merasa hangat di dalam hatinya, dan dia tersenyum pada Eris. "Terima kasih, Eris," katanya. "Aku tidak bisa melakukannya tanpamu."

Eris tersenyum kembali. "Kamu bisa melakukannya, Lian," katanya. "Kamu punya keberanian sejati di dalam dirimu. Aku hanya membantu kamu menemukannya."

"Ada satu cara untuk membuka pintu ini," ujar Eris setelah Lian menyudahi kalimatnya. "Namun, cara ini sangat berbahaya dan aku belum pernah mencobanya sebelumnya."

Lian menatap Eris dengan tajam. "Apa cara itu?" tanyanya.

Eris mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kita harus menghadapi raja setan yang berkuasa di luar sana dan memperoleh kunci dari tangannya."

Lian merasa napasnya tersengal-sengal. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Kita harus melawan raja setan?" ulangnya. "Tidak mungkin kita bisa melakukannya sendirian."

Eris mengangguk setuju. "Itu benar, kita membutuhkan bantuan orang lain. Dan aku tahu tempat yang tepat untuk mencarinya."

Tanpa menunggu lagi, Eris memimpin Lian keluar dari ruangan itu dan menjelajahi labirin yang lebih jauh lagi. Mereka melewati lorong yang gelap dan terjal, menghindari perangkap dan menghadapi monster yang mengerikan. Namun, mereka terus bergerak maju, bertekad untuk menemukan kunci untuk membuka pintu kedua.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka sampai di sebuah tempat di mana beberapa orang berkumpul di sekitar api unggun yang besar. Mereka tampaknya adalah petualang lain yang juga terjebak di bawah tanah.

Eris dan Lian mendekati mereka, dan Eris memperkenalkan diri dan Lian. Beberapa orang di antara mereka tampak tidak senang dengan kedatangan mereka, namun Eris mengambil alih dan menjelaskan situasi mereka dengan sabar.

Akhirnya, para petualang setuju untuk membantu Eris dan Lian dalam pencarian mereka untuk menemukan kunci. Mereka membentuk tim dan mulai menjelajahi labirin bersama-sama.

Mereka melewati banyak bahaya dan rintangan, tetapi akhirnya mereka menemukan raja setan di tempat yang tersembunyi. Mereka melawan raja setan dan pasukannya dengan gagah berani, dan meskipun banyak yang terluka, mereka berhasil mengalahkan mereka.

Setelah itu, raja setan memberikan kunci untuk membuka pintu kedua dan memperingatkan mereka tentang bahaya yang lebih besar yang menunggu di luar sana.

Eris, Lian, dan para petualang kembali ke pintu kedua dan memasukkan kunci itu. Pintu itu terbuka dengan suara berat, dan cahaya terang memenuhi ruangan. Mereka melangkah keluar dari labirin dan kembali ke permukaan.

Mereka menyaksikan matahari terbit dan menyambut hari baru. Lian merasakan lega dan bahagia, tapi juga sedih karena berpisah dengan Eris dan teman-temannya yang telah membantunya selama petualangan itu.

Namun, dia tahu bahwa dia akan selalu mengingat pengalaman yang luar biasa itu dan hubungannya dengan Eris. Dan dengan harapan, suatu saat mereka akan bertemu lagi dan melanjutkan petualangan mereka bersama.

Beberapa minggu kemudian, Lian akhirnya tiba di permukaan dan kembali ke dunianya. Dia merindukan Eris dan petualangan mereka di dunia bawah tanah, tetapi dia juga merasa bersyukur bisa kembali ke keluarganya dan menjalani kehidupannya yang normal.

Beberapa bulan kemudian, Lian sedang berjalan-jalan di pasar kota ketika dia melihat seorang wanita yang sangat mirip dengan Eris. Dia tidak bisa mempercayainya pada awalnya, tetapi ketika dia mendekati wanita itu, dia tahu bahwa itu adalah Eris.

"Eris!" seru Lian dengan gembira.

"Lian!" kata Eris sambil tersenyum lebar.

Mereka berbicara dan tertawa, mengingat petualangan mereka di dunia bawah tanah. Lian merasa senang bisa melihat Eris lagi dan berharap mereka bisa melanjutkan petualangan mereka di masa depan.

Dalam waktu singkat, Lian dan Eris menjadi teman dekat dan kemudian, menjadi lebih dari sekadar teman. Mereka mengetahui bahwa ada banyak hal yang mereka bagikan, termasuk rasa cinta yang kuat satu sama lain.

Dan pada akhirnya, mereka menemukan jalan untuk kembali ke dunia bawah tanah dan melanjutkan petualangan mereka bersama. Mereka tahu bahwa petualangan itu akan penuh dengan bahaya dan pengorbanan, tetapi mereka siap untuk menghadapinya bersama-sama, karena mereka tahu bahwa kegigihan, persahabatan, cinta, dan pengorbanan akan membawa mereka ke tempat yang lebih baik di masa depan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!