Lian merasa takjub ketika Eris mengeluarkan sihirnya. Cahaya hijau menerangi seluruh ruangan, dan Lian melihat tumbuhan dan bunga tumbuh dari tanah dengan cepat. Tanaman-tanaman itu tumbuh dan tumbuh sampai mencapai atap gua. Lian terkagum-kagum pada keajaiban sihir yang Eris miliki.
"Eris, kau bisa melakukan sihir semacam itu?" tanya Lian, masih terkagum-kagum.
Eris tersenyum padanya. "Sihir adalah keajaiban yang luar biasa, Lian. Kita hanya harus belajar bagaimana menggunakannya dengan benar."
Eris kemudian menunjukkan beberapa trik sihir lainnya kepada Lian, seperti membuat air mengalir dari bebatuan, membuka dan menutup pintu dengan hanya menggunakan kekuatan pikirannya, dan membuat api menyala di ujung jari-jarinya.
Lian berusaha keras untuk meniru gerakan Eris, tetapi ia gagal. Dia merasa frustasi karena tidak bisa melakukannya dengan benar. Eris menghampirinya dan meletakkan tangannya di pundaknya.
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Lian. Kamu baru belajar. Kau akan belajar lebih baik nanti," kata Eris lembut.
Lian merasa lega mendengarnya. Dia belajar lebih banyak tentang sihir dari Eris dalam satu hari daripada yang dia pelajari sepanjang hidupnya. Meskipun dia tahu dia masih jauh dari sempurna, dia merasa semakin dekat untuk memahami keajaiban sihir.
Setelah menghabiskan sehari di ruangan sihir Eris, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka berjalan di lorong yang gelap dan sempit. Suara langkah mereka bergema di seluruh gua. Mereka harus berjalan lambat, karena Lian harus memperhatikan setiap langkah yang dia ambil. Tapi meskipun mereka berjalan perlahan, mereka tidak merasa bosan. Mereka terus membicarakan segala sesuatu, dari sihir hingga keluarga Lian. Semakin mereka berbicara, semakin dekat mereka tumbuh satu sama lain.
Saat matahari mulai terbenam, mereka menemukan sebuah ruangan yang terbuka. Terdapat kolam besar di tengah ruangan, dan airnya bercahaya dengan warna-warna yang indah. Di sekitar kolam terdapat tumbuhan yang sangat hijau dan indah.
"Lian, lihat!" seru Eris ketika dia melihat sebuah objek yang bersinar di tengah kolam.
Lian berjalan menuju kolam dan melihat objek itu. Ternyata itu adalah kristal biru yang bersinar terang. Lian mencoba untuk mengambilnya, tetapi tidak berhasil. Kristal itu menghilang begitu saja, dan tiba-tiba suara besar bergema dari kejauhan.
Mereka berdua merasa gemetar. Suara itu sangat kuat dan mengguncang seluruh gua.
"Apa itu?" tanya Lian.Eris mengerutkan kening, berusaha untuk memusatkan perhatiannya pada suara itu. "Aku tidak tahu," jawabnya ragu.
Mereka berdua saling berpandangan, dan Lian merasakan jantungnya berdegup kencang di dadanya. Mereka telah melewati beberapa rintangan sejak mereka bertemu, tetapi suara ini jelas-jelas mengindikasikan bahwa mereka telah memasuki wilayah yang lebih berbahaya.
"Tapi kita tidak boleh mundur," kata Lian dengan tekad. "Kita harus terus maju, mencari jalan keluar."
Eris mengangguk, setuju dengan kata-kata Lian. Mereka melanjutkan perjalanan mereka, menghindari setiap jebakan dan perangkap yang mereka temui di jalan mereka.
Tiba-tiba, Eris berhenti. Dia menatap ke arah suara yang terdengar di kejauhan dan berkata, "Aku bisa merasakan kehadiran sihir."
Lian menatap Eris dengan takjub. "Kamu bisa merasakan sihir?"
Eris tersenyum tipis. "Ya, aku bisa merasakan keberadaannya. Dan aku merasa bahwa sihir ini sangat kuat."
Lian mengangguk, memahami bahwa Eris sedang mengarahkan mereka ke arah sihir itu. Mereka terus berjalan, bergerak menuju suara yang semakin dekat.
Setelah beberapa menit, mereka tiba di sebuah ruangan yang luas, di tengah-tengah ruangan itu ada seorang wanita. Wanita itu berdiri di atas sebuah platform besar, dengan tangan yang terangkat ke langit. Lian dan Eris saling pandang, tahu bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang luar biasa.
"Mereka akhirnya datang," kata wanita itu dengan suara lembut.
Lian dan Eris berjalan mendekat, mereka dapat melihat aura sihir yang menyelimuti wanita itu. Mereka tahu bahwa wanita itu sangat kuat.
"Apa maksudmu dengan mereka?" tanya Eris.
Wanita itu tersenyum tipis. "Kalian berdua. Kalian adalah orang yang saya tunggu-tunggu. Kalian adalah satu-satunya harapan bagi kita semua."
Lian dan Eris saling pandang, tidak tahu harus berkata apa. Mereka tidak pernah mengharapkan untuk menjadi harapan bagi orang lain, apalagi di dunia bawah tanah yang penuh dengan bahaya.
"Apa yang kami harus lakukan?" tanya Lian, mencoba untuk tetap tenang.
Wanita itu mengangkat tangannya, dan tiba-tiba seluruh ruangan itu bergetar. "Kalian harus menemukan kunci yang hilang. Kunci itu adalah satu-satunya cara untuk membuka pintu keluar dari dunia ini. Dan kalian harus menemukannya sebelum kekuatan jahat yang ada di sini menemukannya terlebih dahulu."
Lian dan Eris saling pandang, tahu bahwa mereka tidak punya pilihan selain mencari kunci itu. Mereka harus berjuang untuk bertahan hidup dan menemukan jalan keluar dari dunia bawah tanah itu.
Mereka menunggu sejenak, namun tidak ada suara lain yang terdengar setelah itu. Eris merasa bahwa itu bukanlah suara yang biasa-biasa saja. Ia memutuskan untuk memeriksa keadaan di luar, meskipun itu bisa berbahaya.
"Ikuti aku," ujarnya sambil bangkit dari duduknya. "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi di luar."
Lian mengangguk, meski ragu-ragu. Mereka berdua meninggalkan tempat itu, berjalan melalui lorong-lorong yang gelap. Eris memimpin jalan, dengan tangan kanannya membawa tongkat sihir yang terus berpendar.
Setelah beberapa saat, mereka mendengar suara gemuruh lagi. Kali ini, suara itu lebih dekat dan lebih keras dari sebelumnya. Mereka berlari ke arah suara itu, dan akhirnya sampai di sebuah ruangan besar yang berisi aliran air. Air itu terdengar mengalir dengan cepat dan keras.
Ketika mereka berhenti, Lian merasakan suatu kekuatan yang luar biasa datang dari arah air terjun. Suara itu semakin keras, dan terdengar seperti suara orang yang menjerit-jerit. Eris merasa bahwa ada sesuatu yang salah di sana, dan ia meraih tangan Lian dan menariknya pergi dari ruangan itu.
Mereka kembali berlari ke arah lorong-lorong kecil yang mereka lewati sebelumnya. Suara gemuruh yang mengerikan semakin dekat dan keras, dan Lian bisa merasakan getaran di tanah ketika mereka berlari. Dia tahu bahwa mereka harus segera meninggalkan tempat itu sebelum terlambat.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah ruangan yang lebih kecil dan lebih terang dari yang sebelumnya. Di sana, mereka melihat sesuatu yang benar-benar menakjubkan.
Di depan mereka terdapat sebuah kristal besar, yang memancarkan cahaya berwarna-warni. Cahaya itu mengisi seluruh ruangan dan membuat mereka berdua merasa nyaman. Mereka berdua melihat ke dalam kristal itu, dan melihat gambar-gambar aneh dan indah yang berputar-putar di dalamnya.
"Ini... Ini benar-benar indah," kata Lian, kagum.
Eris tersenyum. "Ini adalah kristal sihir," katanya. "Ini adalah salah satu dari sedikit keajaiban di dunia bawah tanah ini. Dikatakan bahwa kristal ini bisa menunjukkan masa lalu, masa depan, atau bahkan dunia lain."
Lian terkejut. "Dunia lain? Apa maksudmu?"
Eris menjawab dengan serius. "Dikatakan bahwa ada banyak dunia di luar sana, dan bahwa kristal ini bisa membuka pintu ke salah satu dari mereka. Namun, hanya orang yang memiliki kekuatan sihir yang kuat yang bisa membukanya."
Lian terdiam sejenak, memikirkan apa yang baru saja didengarnya. Ia merasa bahwa Eris menyembunyikan sesuatu Namun, ia tidak ingin langsung menuduh atau mempertanyakan Eris. Lian memutuskan untuk menyelidiki sendiri terlebih dahulu sebelum meminta penjelasan dari Eris.
"Lets continue, kita harus terus maju," kata Lian sambil memimpin jalan mereka.
Eris mengangguk dan kembali mengikuti Lian. Mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui lorong sempit yang curam. Setelah beberapa menit, mereka sampai di sebuah ruangan besar yang terlihat kosong.
"Apa ini?" tanya Eris.
Lian berjalan ke tengah ruangan dan mengamati sekeliling. Tiba-tiba, dia merasakan guncangan di bawah kakinya dan tanah di bawah mereka mulai bergetar.
"Eris, cepat! Kita harus keluar dari sini!" seru Lian sambil berlari ke arah pintu masuk.
Eris segera mengikutinya, dan mereka berdua berlari secepat mungkin untuk keluar dari ruangan. Namun, mereka terlambat. Tanah di bawah mereka jebol dan mereka terjatuh ke dalam lubang yang dalam.
Lian dan Eris terjatuh ke dalam kegelapan, dan mereka merasakan tubuh mereka terbanting di tanah yang keras. Mereka berdua terdiam sejenak, mencoba merasakan tubuh mereka dan memeriksa diri masing-masing untuk memastikan bahwa mereka tidak terluka.
"Apa ini tempat yang sama seperti sebelumnya?" tanya Eris.
Lian mengamati sekeliling. Mereka terlihat seperti berada di dalam lorong yang sama, tetapi ada beberapa perubahan. Lorong itu sekarang lebih curam dan gelap.
"Ini mungkin lorong yang sama, tetapi tampaknya kita telah jatuh ke dalam bagian yang lebih dalam lagi," kata Lian.
Eris mengangguk, dan mereka berdua bangkit dan mulai berjalan melalui lorong yang gelap dan sempit itu. Mereka tahu bahwa mereka harus terus bergerak maju dan mencari jalan keluar dari dunia bawah tanah yang misterius dan berbahaya itu.
Namun, ada perasaan cemas yang tidak bisa mereka hilangkan. Mereka tahu bahwa bahaya selalu mengintai di setiap sudut, dan mereka tidak tahu apa yang akan mereka temukan selanjutnya. Tetapi mereka tidak boleh menyerah. Mereka harus terus maju, karena hanya ada satu cara untuk keluar dari Echoes of the Abyss, yaitu melalui perjuangan dan pengorbanan.
Mereka terus berjalan, memasuki lorong yang semakin gelap dan mencekam. Tiba-tiba, Lian merasakan ada yang menyentuh lengannya. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik, namun tak ada yang terlihat.
"Eris, apa kau menyentuhku tadi?" tanya Lian, sedikit merasa waspada.
"Eh, tidak. Aku ada di depanmu, Lian," jawab Eris dengan suara gemetar.
Lian memeriksa sekelilingnya, tetapi tak ada yang terlihat kecuali kegelapan. Ia merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini.
"Eris, ada apa sebenarnya di sini? Apa kau tahu tentang suara aneh itu?" tanya Lian lagi.
Eris terdiam sejenak, seolah ragu untuk menjawab. Akhirnya, ia memutuskan untuk berbicara.
"Aku tidak yakin, Lian. Tapi aku merasakan kehadiran sesuatu yang aneh di dalam gua ini. Aku merasa ada sesuatu yang menonton kita, mengawasi kita dari kegelapan," kata Eris dengan suara gemetar.
Lian merasa semakin tidak nyaman mendengarnya. Ia merasa seperti ada sesuatu yang mengintai mereka dari kegelapan, siap untuk menyerang kapan saja.
"Tapi kenapa kita harus tetap melanjutkan perjalanan ini? Kita bisa kembali ke permukaan dan mencari jalan lain untuk keluar dari sini," kata Lian.
Eris menggelengkan kepalanya. "Kita tidak bisa kembali ke permukaan, Lian. Kita harus menemukan jalan keluar dari sini. Dan menurutku, suara aneh tadi mungkin saja menjadi petunjuk kita untuk menemukan jalan keluar itu."
Lian merasa agak ragu, tetapi ia mengerti bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus terus melanjutkan perjalanan dan berjuang untuk bertahan hidup di dunia bawah tanah yang misterius dan penuh bahaya ini.
"Mari kita lanjutkan perjalanan ini," kata Lian akhirnya.
Eris mengangguk, dan mereka melanjutkan langkah mereka ke dalam kegelapan yang semakin mencekam. Suara aneh yang mereka dengar tadi masih terdengar samar-samar di kejauhan, seperti suara yang memanggil mereka untuk terus maju.
Eris menatap Lian dengan tatapan tajam, mencoba membaca pikirannya. "Kamu benar, ada sesuatu yang ingin aku katakan," akhirnya ia berkata pelan.
Lian menunggu dengan sabar, memberi waktu pada Eris untuk berbicara. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang ingin diungkapkan oleh wanita itu.
"Eris, kau selama ini menyelamatkan hidupku dan membantuku melewati labirin ini. Aku percaya padamu," ujar Lian dengan suara lembut.
Eris mengangguk menghargai, lalu melanjutkan, "Aku datang ke gua ini untuk mencari sesuatu. Sesuatu yang sangat berharga bagi saya dan bagi dunia ini."
Lian mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Eris. "Apa itu?" tanyanya.
Eris menghela nafas panjang, mempersiapkan diri untuk mengungkapkan rahasia besar yang selama ini ia simpan. "Aku mencari kunci yang bisa membuka pintu ke dunia atas," ujarnya akhirnya.
Lian terkejut mendengarnya. "Kunci? Bagaimana kau bisa mendapatkannya?" tanyanya.
Eris menjelaskan bahwa kunci itu telah lama hilang dan sangat sulit untuk ditemukan. Namun, ia yakin bahwa kunci itu terletak di labirin ini dan ia sedang mencarinya. Ia juga mengungkapkan bahwa kunci itu sangat penting untuk menyelamatkan dunia dari bahaya besar yang akan datang.
Lian mengangguk mengerti, merasa semakin yakin bahwa Eris memang memiliki kebaikan dalam hatinya. Ia memutuskan untuk membantunya mencari kunci itu, meskipun ia sendiri tidak tahu pasti bagaimana caranya.
"Aku akan membantumu," kata Lian tegas. "Kita akan mencarinya bersama-sama."
Eris tersenyum, merasa lega karena akhirnya bisa berbagi beban dengan seseorang. Mereka berdua lalu berjabat tangan, menandakan kesepakatan mereka untuk saling membantu dalam petualangan yang akan datang.
Mereka melanjutkan perjalanan, dengan semangat yang lebih besar dari sebelumnya. Lian merasa bahwa ia telah menemukan teman sejati dalam Eris, dan ia siap untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments