11

Aku termenung dengan sesekali melipat pakaian yang akan ku masukkan ke koper. Sesuai ucapan mas Sagara, besok sepulang kampus dia akan menjemputku lalu kami akan langsung ke rumah tante Rahma.

Bukan tante, lebih tepatnya mertua. Aku masih canggung dengannya yang mendadak menjadi ibu mertuaku. Selain itu, om Helmi yang berstatus sebagai atasan ayah membuat rasa canggungku kian naik.

Belum terbiasa, karena ini di luar ekspektasiku.

Mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan, aku berfikir pasti akan merindukan kamar ini. Kamar yang sudah di desain sama ayah sesuai dengan keinginanku. Tentu saja juga akan merindukan pertengkaran dengan mas Ryu. Dia kakak yang menyebalkan, tapi aku senang memilikinya. Selain protect, dia sebenarnya juga sayang sama aku dan kak Lala.

Cukup lama melamun dengan banyak kenangan yang terputar ulang dalam otakku, mendadak aku mendengar suara decitan pintu terbuka.

Pria itu, tanpa melihatku langsung menuju ke lemari dan mengambil satu stel pakaian rumahan.

"Tolong kemasi barang-barangku, koperku masih ada di kamar tamu, sekalian kamu ambil" Ucapnya sambil melangkah memasuki kamar mandi.

"Kemasi sendiri, aku masih banyak pekerjaan"

"Jangan membantah, aku suamimu" dia menutup pintu kamar mandi setelah mengatakan itu. Sementara aku berdecih dalam hati, sambil menetapkan pendirian bahwa aku tidak akan mengambil kopernya dan membantunya packing.

"Nggak semudah itu memanfaatkan seorang Jihan" Gerutuku sambil terus menata barang-barangku.

Baru saja berhenti bergumam, ku dengar ada suara ketukan pintu. Aku lantas melirik sambil berkata.

"Masuk!" Aku yakin pasti bunda.

"Boleh bunda masuk?" tanyanya saat pintu terbuka. Beliau masih di ambang pintu dengan tangan masih bertahan di knop pintu.

"Boleh bun, masuk aja!"

Wanita yang cantiknya belum pudar di usianya sekarang pun masuk, melangkah ke arahku sambil melirik ke seluruh ruangan.

"Sagara lagi di kamar mandi?" Bunda lalu duduk di pinggir kasur.

"Iya bun, kenapa?"

"Bunda cuma mau mastiin kamu sudah kemasi pakaianmu atau belum"

"Ini sedang Ji lakukan bun"

Hening, bunda terdiam dengan senyum terbit di bibirnya.

"Bunda pasti sedih, dua anak gadisnya langsung pindah sekaligus" kataku memecah keheningan.

"Bunda senang karena kalian menikah dengan pria yang kalian cintai. Bunda sempat berfikir bagaimana kalau pernikahan kak Lala dan Sagara kejadian, dua orang yang enggak saling mencintai terikat dalam hubungan pernikahan, entah rumah tangga mereka akan seperti apa" Bunda melirikku masih dengan senyuman yang bertahan di bibir tipisnya. "Kamu juga pasti sakit kan, melihat pria yang kamu cintai menikah dengan kakakmu?"

"Enggak bun, Ji kan tahunya kakak cinta sama mas Sagara. Buat kebahagiaan kakak, Jihan nggak akan sakit hati"

Tangan bunda terulur, mengusap salah satu pipiku.

"Kamu yang nurut sama suami ya!"

"Iya bunda"

"Bunda bahagia kalau putri-putri bunda bahagia. Bunda juga akan terus doain kalian supaya suami-suami kalian baik dan sayang selamanya sama istri-istrinya"

"Iya bun"

Tentu saja bunda berfikir kalau aku dan mas Sagara saling mencintai.

Ku lihat bunda menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan perlahan.

"Rasanya baru kemarin bunda melahirkanmu, sekarang malah sudah menikah"

"Maaf ya bun, belum bisa bahagiain bunda. Harusnya selesai kuliah aku kerja buat nyenengin bunda"

"Kamu cukup jadi istri yang baik buat suamimu, bunda sama ayah sudah cukup bahagia, setidaknya, bunda dan ayah merasa lega karena sudah ada yang gantiin buat jagain kamu, apalagi suamimu adalah putra dari pak Helmi"

"Tapi bunda tetap tegur Ji ya, kalau Ji ada di jalan yang salah"

"Pasti nak, bunda nggak akan bosan buat nasehatin anak-anak bunda"

Aku dan bunda saling berbalas senyum.

"Bunda bantu lipet-lipet bajumu ya, kamu bantuin suamimu mengemasi pakaiannya"

"Nanti saja aku bantu kemas pakaiannya mas Sagara bun, kopernya masih di kamar tamu"

"Oh belum di bawa ke atas?"

"Belum. Mas Saga cuma ambil sebagian bajunya dan meninggalkan koper di sana"

"Oh"

Detik berganti menit, hingga hampir lima belas menit aku dan bunda mengobrol, mas Sagara tiba-tiba membuka pintu kamar mandi dengan salah satu tangan bergerak mengeringkan rambutnya yang basah.

"Bunda" Ucapnya sedikit terkejut, namun hanya sesaat. "Bunda di sini?"

"Iya, nak. Maaf bunda masuk ke kamar kalian"

"Nggak apa-apa bun" Jawab mas Sagara seraya berjalan ke arah meja riasku. Dia menyalurkan kabel hairdryer ke stop kontak. "Malam ini kan malam terakhir Jihan tinggal di rumah ini, kalau bunda mau, bunda bisa tidur di sini sama Jihan, nanti biar aku tidur di kamar tamu"

"Nggak usah, bunda sudah cukup puas tidur sama Jihan"

"Bunda jangan sedih, nanti aku akan sering ajak Jihan nginep di sini kok" Pungkas mas Sagara lalu menekan tombol on pada benda pengering rambut.

"Makasih ya nak"

"Nggak perlu makasih bun"

Pria itu benar-benar pintar berakting.

"Oh ya nak Sagara" Nada bunda terdengar serius, dan itu membuatku persekian detik memindai wajahnya. Begitu juga dengan mas Sagara yang menghentikan gerakan tangannya di atas kepala.

"Ada apa bun?"

"Yakin, bunda nggak perlu crita ke ayah soal mas Tera yang sudah lancang memasuki kamar Lala?"

"Nggak perlu bun, itu kejadian yang menguntungkan buatku. Dari situ aku jadi bisa berkata jujur kalau aku sebenarnya mencintai Jihan. Baik aku dan Lala serta Jihan merasa sama-sama di untungkan. Iya kan Ji?" Pria mapan dan matang itu melirikku dengan wajah yang tak ku pahami.

"I-iya, bun" Jawabku spontan.

"Masalah ini sudah selesai, kondisi juga baik-baik saja, jadi ku rasa ayah nggak perlu tahu. Begitu juga orang tuaku. Jadi bunda jangan mencemaskan apapun"

"Makasih ya nak Sagara, sudah menutup aib anak bunda"

"Sama-sama, bun"

Mas Sagara tersenyum, kembali melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat tertunda.

"Bantu aku kemasi pakaianku ya, Ji" Ucapnya di tengah-tengah mengeringkan rambutnya.

"Iya, tapi tolong kopernya bawa ke sini"

Dengan begini, dia kan jadi nggak bisa bantah karena ada bunda. Hah, enak saja kalau aku yang harus ambil kopernya di kamar tamu.

"Ya sudah, kalian lanjutin beres-beresnya, kalau sudah selesai nanti Jihan ke kamar bunda sebentar ya, ayah mau bicara sama kamu"

"Bicara apa bun?" Tanyaku sedikit heran.

"Enggak, ayah cuma pengin kasih nasehat saja"

"Nasehat apa?"

"Nasehat apa saja yang baik-baik" Sahut bunda kemudian bangkit dari duduknya.

"Iya bun"

Setelah ku iyakan, bunda pun pamit dan keluar dari kamarku.

Tidak akan baik-baik saja seorang ibu di tinggal anaknya pindah ikut suami. Pasti hatinya berat, tapi mau bagaimana lagi. Sepertinya itu memang sudah tradisi seorang wanita yang telah menikah, dia akan ikut kemana suaminya pergi.

Tak hanya bunda, aku pun merasa sangat sedih harus meninggalkan ayah bundaku, sedangkan aku belum bisa membahagiakannya.

Lagi-lagi aku menyalahkan dua pria sekaligus. Mas Tera dan suamiku sendiri.

****

Keesokan harinya, tiba saatnya aku pulang kampus, mas Sagara memberitahuku lewat pesan singkat jika dirinya sudah di depan kampus.

Bisa ku pastikan dia sudah membawa koperku dan kami akan langsung pulang ke rumah tante Rahma.

Ah, aku masih belum terbiasa memanggilnya mamah.

Sementara dua sahabatku pasti bertanya-tanya dengan sikapku yang mendadak tak mau nongkrong dulu setelah jam kuliah selesai. Tapi mereka mengira kalau aku masih butuh waktu untuk menata diri atas pengkhianatan Bara. Emma lah yang mengatakan itu, dan aku mengangguk saja saat mereka berprasangka demikian.

"Assalamualaikum" ucapku begitu memasuki mobilnya. Tanpa di suruh, aku langsung mengambil handsanitizer bersamaan dengan dia yang menjawab salamku. Aku lalu menyemprotkan ke tanganku, setelah itu baru mengulurkan tangan untuk mengecup punggung tangan pria yang duduk di kursi kemudi.

"Ada sesuatu yang mau di beli?" Tanyanya dengan nada yang ku dengar sangat cuek.

"Beli apa?"

"Siapa tahu mau beli sesuatu, kebutuhan wanita, mungkin"

"Nggak ada"

Tak mengatakan apapun lagi, mas Sagara lantas menginjak pedal gas.

Sejujurnya aku sedikit was-was sebab akan tinggal di rumah mertuaku. Meski hanya dua malam, tetap saja jantungku berdebar-debar.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Tiara

Tiara

ada kemungkinan yang disuka Sagara emang si Jihan apa ya, mungkin selama ini Sagara sudah sering lihat Jihan tp Jihan sudah pacar jadi Sagara mencintainya dalam diam🤭😇

2024-02-03

1

Nendah Wenda

Nendah Wenda

ekting bagus emen sagara

2023-11-29

0

𝑺 ᴬᴹ𝒀𝓩𝓐𝓝 🦅

𝑺 ᴬᴹ𝒀𝓩𝓐𝓝 🦅

sangat kamu ddan cuek

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!