009.Tsundere Husband (Suami tsundere)
“Kembali ke ranjang sekarang atau aku akan meniduri mu di kursi itu, Kayena!”
Kaizen tidak main-main. Jika istrinya tidak bisa diajak bicara dengan lembut, maka terpaksa ia harus menggunakan kekerasan. Lagipula apa enaknya tidur di kursi panjang yang ditempati oleh beberapa bantalan kecil itu, dibandingkan dengan ranjang yang empuk? Apa istrinya benar-benar tak sudi berbagi ranjang dengannya? Padahal ia juga tidak akan melakukan apa-apa malam ini.
“Kayena,” panggil Kaizen lagi. “Kembali lah selagi aku masih berbaik hati.”
Kaizen merubah posisinya menjadi terlentang di atas ranjang istri sahnya yang jarang ia sambangi. Dalam satu bulan, bisa dihitung dengan jari berapa kali ia datang kemari. Berbanding terbalik dengan ranjang milik selirnya yang rutin ia naiki.
Harum khas istrinya tercium begitu pekat ketika lamat-lamat Kaizen menikmati kegiatannya. Aroma Kayena punya ciri khas tersendiri. Jika selirnya sering menggunakan wewangian dari ekstra bunga mawar, lain hal dengan istrinya. Putri kesayangan Grand Duke Pexley itu selalu identik dengan aroma taman yang dipenuhi oleh berbagai jenis bunga. Bukan cuma mawar, Kaizen bisa mencium aroma bunga jenis lain pada wewangian istrinya. Uniknya lagi, selalu ada aroma citrus, kadang bergamot atau wood yang menimbulkan kesan segar serta tegas di akhir penciuman. Aroma itu lah yang membedakan aroma istrinya dengan yang lain.
“Kayena,” panggil Kaizen geram.
Pria itu sudah memberikan pilihan pada istrinya, namun tidak digunakan dengan baik. Wanita itu tetap kukuh pada pendiriannya.
“Baiklah, jadi kau mau aku meniduri mu di kursi yang sempit itu?” dengan satu gerakan Kaizen beranjak dari tempat tidur istrinya. Padahal ia sempat merasa rileks hanya dengan menghirup aroma istrinya yang tertinggal.
Langkah lebar pria itu dengan segera sampai pada kursi panjang yang digunakan oleh istrinya. Walaupun kecil seperti dugaan, kursi itu masih bisa digunakan untuk dua orang. Yeah, lumayan untuk menampung tubuh mereka berdua ketika bermain gila di atas sana.
“Kayena."
Kaizen memanggil lagi, namun tidak ada respon sedikitpun dari wanita yang tidur dengan posisi membelakangi dirinya itu. Kesabaran yang sejak tadi diuji pun mencapai batas. Tanpa pikir panjang, Kaizen langsung meraih bahu sang istri agar wanita itu berbalik ke arahnya.
“Kau ini benar-benar …”
Kalimat Kaizen tidak sampai selesaikan diucapkan, ketika kedua bola mata gelap itu menangkap wajah damai istri cantiknya.
“Sial*n, Kayena. Bisa-bisanya kau … tidur di saat seperti ini.” Kaizen menggeram lirih seraya merendahkan tubuh. Tangannya yang sempat tertahan di bahu sang istri, perlahan merambat naik. Menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. “Ternyata kondisi kesehatan mu memang buruk.”
Bukan sehari atau dua hari Kaizen mengenal Kayena. Selama kurun waktu tersebut, banyak hal yang ia ketahui. Salah satunya kebiasaan sang istri yang mudah tertidur ketika kondisi tubuhnya kurang fit. Daya tahan tubuh yang menurun membuat wanita itu akan merasa cepat lelah.
“Apa pembicaraan kita barusan menambah buruk kondisi kesehatan mu?”
Walaupun tidak terlalu peduli, Kaizen rutin mendengar laporan soal kesehatan sang istri dari dokter istana. Wanita cantik itu memiliki kondisi yang lemah semenjak kehilangan putra pertama mereka satu tahun yang lalu. Kaizen rasa ia telah kelewatan, karena tidak mendengarkan ucapan istrinya. Namun, salah istrinya juga yang memancing emosinya dengan kata-kata “cerai” yang terdengar sangat sial*n di telinga Kaizen.
“Apa kepergian putra kita masih sangat menyakitkan untuk mu?” tangan kekar Kaizen bergerak dengan lembut, menyentuh garis wajah sang istri.
Jika mengingat putra mereka, Kaizen selalu merasa menjadi suami yang … lalai. Ia kurang memperlihatkan rasa sayang karena terlalu menjaga perasaan kekasihnya. Alhasil kepercayaan istrinya sendiri sudah tidak ia miliki.
“Aku tidak akan melepaskan mu, Kayena Kadheston.”
Bukan Kayena de Pexley. Kaizen sudah tidak pernah menyebut nama belakang Pexley ketika menyebutkan nama Kayena. Ia selalu menggunakan nama dari keluarganya sendiri, karena memang Kayena adalah wanita yang berhak menggunakan nama tersebut. Kayena istrinya. Calon ibu dari anak-anaknya.
“Kau akan tetap tinggal di istana, kemudian melahirkan pewaris untukku,” lirih Kaizen seraya membawa kedua tangannya untuk bekerja sama, membawa tubuh molek istrinya ke atas ranjang. “Kau sudah terikat janji suci dengan ku, Kayena.”
Kaizen berhasil memindahkan sang istri ke atas ranjang tanpa membuatnya bangun. Setelah memastikan wanita cantik itu berbaring dengan nyaman, ia kemudian ikut menyusul. Berbaring di sisi lain ranjang yang masih kosong.
“Sudah berapa lama aku tidak tidur dengan mu, Kayena?” Kaizen menatap visual cantik sang istri dari samping.
Jika diingat-ingat, entah kapan terakhir kali ia mengunjungi sang istri. Kalau tidak salah pekan kedua pada bulan sebelumnya. Dua pekan yang telah berjalan pada bulan ini, ia juga absen berkunjung. Alasan pertama karena selirnya merengek ingin ditemani. Kedua, karena Kayena jatuh sakit. Sekarang ia kembali berkunjung, namun situasinya malah seperti ini.
“Just sleep,” tambah Kaizen. Ia tidak pernah benar-benar tidur dengan konotasi sebenarnya bersama Kayena. Jika datang berkunjung, ia langsung melakukan tujuan utama, yaitu menggauli sang istri. Jika sudah, ia akan bergegas pergi. Namun, malam ini sepertinya pengecualian.
Kaizen rasa ia terlalu mengeluarkan banyak emosi, sehingga menguras banyak tenaga yang ia miliki. Jadi, ia memutuskan untuk tidur di kamar ratunya terlebih dahulu, baru akan kembali pada esok hari.
“Akan aku pastikan kau tidak bisa pergi kemana-mana,” kata Kaizen ketika tangannya menyelinap di bawah pinggang sang istri.
Sekalipun sedang tertidur, wanita cantik itu tetap saja memunggunginya. Oleh karena itu, Kaizen membawa tubuh harum istrinya ke dalam dekapan. Ia yakin akan tidur lebih mudah jika memeluk istrinya yang menguarkan aroma harum yang khas.
Munafik memang jika Kaizen berkata tidak “tertarik” lagi pada Kayena. Wanita cantik yang menjadi primadona di kerajaan Robelia itu selalu berhasil membuat para pria terpesona. Padahal Kayena tidak pernah berbuat apa-apa. Sekalipun hanya tampil dengan pakaian serba hitam pada masa berkabung Pangeran Carcel, kecantikan Kayena tak pernah lekang dimakan waktu. Walaupun ada suram di wajahnya, ia tetap lah mahluk paling cantik di Robelia, bahkan kecantikannya diakui oleh kerajaan-kerajaan tetangga.
“Kita tidak akan pernah bercerai,” lirih Kaizen dengan suara beratnya. Kedua tangannya tampak memeluk sang istri dengan posesif. “Kau juga tidak akan bisa pergi dariku, kecuali aku yang membuang mu.”
💰👑👠
Semoga suka & sampai jumpa di part berikutnya 🤗
Tanggerang 17-03-23
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Ari Peny
raja edan harus tegas ratu buang rajamu
2024-04-10
0
Ana Kurniawan
wooh.. hebat² mau dibuang. sebelum kayena dibuang kamu dulu yg bakal dibuang..
2024-04-08
2
Ana Kurniawan
astaga.. sakit weh
2024-04-08
1