Kota Teratai Salju, Benua Tianxia, adalah sebuah kota besar padat penduduk, namun tenang dan damai. Banyak kultivator dari berbagai tingkatan serta dari berbagai kota singgah di kota ini untuk membeli kebutuhan mereka, maupun menjual berbagai item yang berguna bagi kultivator.
Kota Teratai Salju, memiliki seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Dia berasal dari salah satu anggota keluarga Klan Liu, Liu Huan.
Di kota ini, ada setidaknya beberapa Klan yang menjadi kekuatan utama Kota Teratai Salju. Diantaranya, Klan Liu, Klan Qing, Klan Luo, Klan Shangguan, dan Klan Huo.
………
Kediaman Klan Qing.
Saat ini, hiruk pikuk di salah satu kediaman di Klan Qing sedang berlangsung. Dari jauh, terlihat seorang wanita paruh baya sedang berjalan dengan tergesa-gesa dan dia dipimpin oleh seorang tetua dari Klan Qing, Qing Rui.
"Tabib, cepat! Ikuti aku." Dengan suara yang sedikit serak, Tetua Qing Rui menginstruksikan tabib wanita itu untuk mengikutinya.
"Tetua Rui, sebenarnya ada apa? Kenapa terburu - buru seperti ini?" Tabib wanita itupun menjawab dengan suara yang terdengar ragu disertai ekspresi wajahnya yang kebingungan.
"Ikuti saja aku, kamu akan segera tahu sebentar lagi. Aku tidak mau sesuatu yang baik hilang." Jejak ekspresi khawatir tampak jelas terlihat ketika Tetua Rui membalas.
Tidak berselang lama, Tetua Rui dan Tabib itu akhirnya tiba di salah satu rumah yang terbilang cukup besar. Ya, disinilah Qing Yuan dan Lin Lianhua tinggal.
"Salam Tetua Rui." Ucap salah satu penjaga.
"Emmm... Bagaimana keadaan di dalam? Apakah semua baik-baik saja." Tetua Rui membalas dengan sedikit kerutan di dahinya.
"Semua dalam keadaan baik, Tetua Rui. Tuan Yuan ada di dalam sedang menunggu kedatangan tabib. Silakan masuk, kami akan terus berjaga." Penjaga itu menjawab dengan tenang sambil mempersilakan Tetua Rui dan Tabib untuk masuk.
"Baik. Tetap di luar, tambah personel keamanan. Jangan sampai sesuatu terjadi."
Ucap Tetua Rui dengan tegas.
"Baik Tetua Rui, kami akan memperketat penjagaan." Balas penjaga itu dengan nada mantap.
Tetua Rui dan Tabib wanita memasuki rumah. Sesampainya mereka di salah satu ruangan, tabib wanita itu terkejut karena istri Qing Yuan, Lin Lianhua terlihat sedang menahan sakit dengan nafas tersengal sengal.
Qing Yuan segera berdiri dan menghampiri tabib itu. Dia berkata dengan tergesa-gesa, "Tabib, cepat! Tolong istriku. Dia terlihat sangat kesakitan."
Tabib itu dengan segera, bergegas menghampiri istri Qing Yuan. Ketika dia mau memeriksa, hanya sekali pandang dia sudah tahu, bahwa istri Qing Yuan mau melahirkan.
"Tetua Rui, Tuan Yuan, tenanglah, jangan cemas. Nyonya Lianhua mau melahirkan. Sebaiknya kalian berdua tunggu di luar. Saya akan mengurus persalinannya dengan sebaik mungkin." Tabib itu berkata dengan tenang sembari menyiapkan segala keperluan untuk proses persalinan.
Tanpa menunggu lama, Qing Yuan dan Tetua Rui keluar ruangan. Mereka berjaga di depan pintu. Menunggu dengan sabar, namun dari kilau mata mereka, tersirat kekhawatiran yang dalam.
………
Saat ini, seluruh Kota Teratai Salju sedang keadaan hiruk pikuk. Teriakan terdengar dimana-mana. Banyak penduduk biasa serta kultivator dengan basis kultivasi rendah melarikan diri, mencari tempat aman untuk berlindung. Diatas langit Kota Teratai Salju mendadak mulai terlihat gelap dengan cepat. Bukan malam, tapi awan hitam yang padat bergulung-gulung menutupi langit Kota Teratai Salju. Hembusan angin yang kencang menderu-deru, disertai guncangan tanah yang hebat. Tak berselang lama, suara petir bersahutan, menggelegar, disertai baut petir yang menyambar segala sesuatu ...
Kediaman Pemimpin Kota Teratai Salju.
Saat ini, terlihat seorang pria paruh baya sedang berdiri diam dengan tangan dibelakang punggungnya diatas sebuah bangunan megah. Dia menatap dan merasakan fenomena yang melanda kotanya sambil bergumam, "Ada apa sebenarnya? Apa yang menyebabkan fenomena seperti ini terjadi? Mungkinkah lahir harta alam tingkat tinggi?"
Sambil menatap langit dengan alis berkerut, dia terlihat seperti menara kokoh yang tidak tergoyahkan. Ya, pemimpin Kota Teratai Salju, Liu Huan, adalah seorang kultivator tingkat Kaisar bintang 7. Dia merupakan salah satu orang terkuat di Kota Teratai Salju.
………
Tidak jauh dari Kota Teratai Salju, tepatnya 20 kilometer dari kota itu, ada sebuah hutan luas yang terkenal di akan berbagai jenis binatang spiritual yang menghuni kawasan hutan. Diantaranya, salah satu pemimpin binatang monster, Raja Serigala Putih Bersayap, yang saat ini juga sedang memandang langit yang terlihat gelap dengan petir yang menyambar di kejauhan. Raja Serigala Putih Bersayap, merupakan Binatang Spiritual Tingkat ke-3 Tingkat Tinggi, atau setara dengan kultivator manusia tingkat Kaisar.
"Apa yang sedang terjadi hingga fenomena seperti itu muncul? Perasaan apa ini sebenarnya?..." Kata Raja Serigala Putih Bersayap sembari menatap fenomena di kejauhan.
[ Note: *Disini, Binatang Spiritual mulai dari Tingkat ke-3 Tingkat Rendah sudah bisa bicara ya ... Namun untuk berubah wujud menjadi manusia, setidaknya harus mencapai Tingkat ke-4 ]
………
Di tempat lain, di Kota Mawar Biru.
Disebuah bangunan megah, kediaman Klan Lin, berdiri di teras dengan tatapan merenung dan harapan, seorang pria paruh baya dengan jubah biru menatap lekat ke arah Kota Teratai Salju. Dalam hatinya, ada rasa cemas, gundah, gelisah, namun juga membawa secercah harapan. Dia adalah kakek Lin Lianhua.
Dengan suara pelan seperti berbisik, dia berkata, "Semoga kamu disana aman dan sehat. Aku berharap, kamu bahagia bersama keluarga kecilmu, cucuku. Aku akan menanti kedatangan cicitku di rumah ini suatu hari nanti."
Setelah berucap demikian, dia membalikkan badan, masuk kedalam ruangannya lagi.
………
Kembali ke kediaman Klan Qing, rumah Qing Yuan. Saat ini, suasana dalam ruangan sangat sunyi. Tidak ada yang bersuara bahkan sepatah katapun. Selain Tetua Qing Rui, Qing Yuan, juga hadir anggota keluarga dan Tetua yang lain. Diantaranya, <> Qing Jun dan orang tuanya, Qing Hai dan Sangguan Yu. <> Luo Fei dan orang tuanya Qing Lin dan Luo Feng. <>Lin Shihai dan Xue Lanmei, orang tua Lin Lianhua. <>Tetua Qing Rou, Qing Li'an, Qing Fan, serta saudara-saudara Qing Yuan, Qing Tian, Qing Yu, dan Qing Xue.
Tidak terasa waktu berlalu. Dalam keheningan, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan, tempat persalinan.
"Oeekk.. Oeekk.. Oeeekkkk....."
Semua langsung terbangun dari keadaan hening mereka. Qing Yuan segera berlari menuju pintu ruangan dimana Lin Lianhua melahirkan, disusul oleh ayah dan ibu Lin Lianhua, serta Tetua Qing Rui.
Belum sempat Qing Yuan membuka pintu, semua orang yang ada dalam ruangan melonjak kaget akan suara petir yang sangat keras yang menghujam bumi sebanyak 9 kali saling bersahutan. Setelah hilang suara keras sambaran petir, suasana menjadi hening kembali.
Qing Yuan yang lebih dulu tersadar, akhirnya berkata dengan sangat serius sambil menatap langit yang perlahan mulai menampakkan lagi kilau cerahnya. "Pertanda apa ini sebenarnya?! Belum pernah sekali pun hal seperti ini terjadi. Apakah sesuatu yang besar akan terjadi di Benua Tianxia ini?"
"Semoga saja ini bukan pertanda buruk. Kita berharap saja sesuatu yang baik. Mungkin, hal yang besar akan terjadi kelak." Sahut Tetua Rui dengan wajah penuh khidmat, yang diangguki oleh anggota klan yang hadir.
"Ayo kita masuk dan lihat cucuku." Lanjut Tetua Rui dengan wajah ceria dan bahagianya.
Dalam ruangan, terlihat sosok bayi mungil yang telah dibalut dengan kain putih bersih, dengan tenang berada dalam pelukan Lin Lianhua.
Lin Lianhua pun menoleh ke arah Qing Yuan dan yang lain sambil berkata dengan suara agak lemah, "Yuan, anak kita telah lahir. Dia sangat tampan dan sehat."
Qing Yuan berjalan mendekat, dia duduk di pinggiran ranjang sambil mengusap lembut kepala Lin Lianhua, lalu berkata,
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah semua baik-baik saja?"
Lin Lianhua menjawab dengan anggukan lemah dengan wajah yang terlihat sedikit pucat. Melihat itu, Qing Yuan menyalurkan Qi nya kedalam tubuh Lin Lianhua untuk menambah kekuatannya yang terkuras akibat melahirkan.
Setelah dirasa cukup dan kondisi Lin Lianhua terlihat lebih baik, Qing Yuan mengambil bayi mungil itu dari pelukan Lin Lanhua sambil berkata,
"Terimakasih, telah melahirkan seorang putra untuk kita. Memang benar, dia terlihat sangat tampan sepertiku. Tapi lebih tampan aku, ayahnya.. Hehehe.."
Diakhir ucapannya, Qing Yuan tanpa malu membual yang diikuti kekehan serta tawa ayahnya Tetua Rui dan mertuanya Lin Shihai dan Xue Lanmei.
Mereka bergantian menggendong dan mengamati bayi mungil itu dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Selamat Tuan Yuan, Nyonya Hua, Tetua Rui, Tetua Shihai, Tetua Mei, kalian telah dianugerahi seorang putra dan cucu yang gagah, tampan dan sehat." Ucap sang Tabib, setelah dia selesai membersihkan dirinya dan mengemas peralatannya.
"Haha... Terimakasih Tabib Ying, tanpa bantuanmu, semua tidak akan berjalan lancar." Balas Qing Yuan. Kemudian dia melanjutkan dengan senyum lebar dia berkata, "Hari sudah mulai gelap, Tabib Ying lebih baik tinggal dan beristirahat di kediaman Klan kami, besok, biar seseorang mengantarkan Tabib Ying kembali."
"Terimakasih atas keramahannya, Tuan Yuan. Saya senang dapat membantu persalinan Nyonya Hua. Lagipula, ini adalah tugas saya sebagai tabib." Jawab Tabib Ying dengan suara lembut.
Qing Yuan dan yang lain mengangguk. Lalu Tetua Rui memanggil pelayan untuk mengantarkan Tabib Ying ke Rumah Tamu.
Qing Yuan memandang bayi mungil di pelukan ibu mertuanya dengan tatapan hangat. Kemudian, dia memandang Lin Lianhua, Ayah, serta mertuanya. Setelah hening sesaat, Qing Yuan berkata dengan serius namun tetap tenang, "Anakku lahir dengan fenomena alam yang mengerikan. Pertanda petir terakhir kali, aku bahkan tidak bisa mengetahui apa artinya. Oleh karena itu, aku sebagai ayahnya akan memberikan dia sebuah nama... Qing Shandian... Dengan harapan, kelak dia akan tumbuh kuat, sekuat dan seganas petir, secepat dan setangkas kecepatan petir. Semoga suatu hari, dia bisa membawa dan membangkitkan kembali kejayaan Klan Qing kita, serta bisa menuntut balas atas tragedi dimana lalu yang menimpa Klan kita."
Lin Lianhua yang berada disampingnya mengangguk setuju, begitu pula dengan ayah Qing Yuan, Tetua Qing Rui, juga mertuanya Lin Shihai dan Xue Lanmei. Mereka juga berharap hal yang sama. Karena mereka sendiri juga sadar pentingnya sebuah kekuatan. Tanpa kekuatan, sebagai kultivator, seseorang hanya akan menjadi bahan tertawaan, hinaan, dan cacian, serta membuat malu nama Klan.
Mereka bergumam pelan sambil memandang bayi kecil yang tertidur pulas dengan tatapan hangat,
"Qing Shandian..."
...………...
*** Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt
2023-07-25
1
Vanny Candra
lanjut thor
2023-06-19
0
Al^Grizzly🐨
Cerita yg menarik
2023-04-19
0