^flashback on^
Di suatu hari yang indah terdapat sekumpulan lelaki sedang berbincang di suatu restoran.
"Eh, cuy, ada cewek cantik, tuh. Gebet, yuk!"
"Mana?"
"Itu, meja belakang sono."
Saat menoleh ....
^Bagaimana, makanannya enak? Apa sudah puas makannya?^
Ada seorang gadis, cantik, aneh, dan membingungkan.
Bicara dengan gerakan isyarat dengan kedua tangan.
"Yah, sangat disayangkan. Bisu! Bukan levelku."
Namun, ada seorang lelaki yang tersenyum.
"Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu? Naksir? Ih, tidak selevel!"
"Jangan seperti itu, jangan nilai orang secara sembarangan. Yang penting adalah kebaikan hatinya."
Gadis tersebut akhirnya ke luar restoran bersama beberapa anak yang kondisinya sama dengannya. Tuna wicara.
"Eh, sudah ke luar ceweknya, tuh. Tapi, ada yang tertinggal, tuh ... dompetnya!"
'Kesempatan!'
Seorang lelaki mengambil dompet tersebut dan mengejar si gadis bisu.
Si gadis menoleh menyadari ada barangnya yang tertinggal, namun ia langsung berhadapan dengan seorang lelaki.
"Apa kamu sedang cari ini? Nih, punya kamu."
Lelaki tersebut menyerahkan barang milik si gadis.
Saat si gadis ingin bicara.
"Tidak usah bilang terima kasih, tidak usah balas apa-apa. Bagaimana kalau kita berkenalan saja? Tapi, kan, kamu tidak bisa bicara. Aku tidak bisa mengerti bahasa isyarat. Bahaimana dong, ya?"
Si gadis hendak membuka mulutnya.
"Tidak usah dipaksakan, aku tahu kamu tidak akan bisa. Aku juga tidak akan mengerti bahasa isyarat kamu itu."
Si gadis itu pun hanya bisa tersenyum.
"Seperti ini saja, deh. Nama aku, Angga. Aku harap kita bisa bertemu lagi lain kali. Aku senang sekali bisa bertemu dengan kamu."
Saat lelaki tersebut hendak berbalik pergi, si gadis berdeham ringan.
Si gadis mengambil ponsel di dalam sakunya dan mengetik sesuatu, lalu memperlihatkan pada lelaki tersebut.
^Terima kasih sudah mengembalikan dompet aku. Namaku, Damia. Senang juga berkenalan sama kamu.^
"Oh, akhirnya ada cara juga. Damia ... nama yg cantik dan unik. Oh ya, yang tadi itu adik-adik kamu? Sebanyak itu?"
Si gadis kembali mengetik sesuatu pada ponselnya dan kembali memperlihatkannya pada lelaki yang bernama Angga.
Percakapan di dalam tanda ^....^ artinya yang menggunakan gerakan isyarat atau tulisan ketik di layar ponsel.
^Tadi itu anak-anak dari yayasan difabel. Anak-anak disabilitas yang punya berkebatasan bicara. Aku memang sering mengajak mereka makan di sini di hari-hari tertentu.^
"Oh, ternyata selain cantik, kamu jugag baik hati, ya. Kekurangan kamu ini tidak ada apa-apanya dari pada kelebihan kamu. Kamu itu bagai bidadari."
^Maaf, ya, aku masih ada urusan. Mereka tadi mungkin sudah menunggu aku. Aku pergi dulu, ya.^
"Oh, ya sudah. Hati-hati, ya."
Si gadis mengangguk, memberi bahasa isyarat dengan akhir gerakannya, menempelkan jari jemari tangannya pada bibirnya, lalu memberikannya pada Angga, seolah seperti gerakan 'kiss bye'. Angga terlihat bingung sekaligus merasa ge'er. Si gadis pun mengetik sesuatu di ponselnya lagi.
^Tadi itu maksudnya, terimakasih.^
"Oh, iya, sama-sama."
Si gadis pun pergi dan Angga kembali pada rombongannya di dalam restoran.
"Eh, apa yang kamu bicarakan dengan cewek tadi? Sampai dikasih salam kecup 'kiss bye' segala?"
"Jangan ngaco, deh. Tadi itu maksudnya dia bilang terima kasih."
"Oh ... tapi, tadi pasti kamu jadi ge'er juga, kan?"
Angga hanya terkekeh kecil.
"Benar kata aku tadi, cewek tadi baik sekali. Anak-anak yang sama dia tadi, dia yang traktir. Mereka dari yayasan difabel, orang yang punya keterbatasan. Dermawan sekali cewek tadi."
"Ah, itu karena dia anggap mereka semua tadi itu temannya. Kan, mereka sama."
"Tidak. Dia itu sangat baik! Aku tahu dari senyuman manisnya, senyumnya sangat tulus."
•••
"Jadi, ternyata kamu cewek normal? Kenapa kamu tidak bilang dari awal kalau kamu bisa bicara normal?"
"Maaf, Ngga. Tapi, dari awal kamu yang menduga seperti itu, kamu bahkan melarang aku bicara, jadi aku malah ikut sesuaikan dengan dugaan kamu. Aku memang salah, makanya sekarang aku jelaskan semua dan minta maaf. Maafkan aku, ya, aku mohon. Maaf."
Angga pun terdiam.
"Angga, aku minta maaf."
"Kamu tidak usah minta maaf sampai sebegitunya. Aku juga yang salah kok, waktu itu aku seperti yang memaksa kamu untuk tidak boleh bicara."
"Tapi, sebenarnya memang aku yang bersalah, Ngga. Maafkan aku."
"Tidak apa-apa, aku tidak masalah tentang itu kok. Tenang aja. Aku yang sebenarnya bodoh. Sampai sekarang pun aku sangat bodoh."
"Kamu jangan bicara seperti itu dong. Semua kesalahan aku, aku jadi semakin merasa tidak enak."
Angga berjalan mendekat ke arah Damia.
"Kamu tidak usah merasa tidak enak seperti itu, aku memang bodoh. Aku bodoh karena dari awal aku sudah jatuh hati sama kamu. Aku sayang, cinta sama kamu, Damia."
Seketika saja Damia terdiam.
Angga tergerak menggengam kedua tangan Damia, namun Damia perlahan melepaskannya. Damia terkekeh kecil.
"Kamu ini ada-ada saja. Hati kok jatuh, sakit lah."
Angga kembali menggenggam tangan Damia, kini hanya sebelah tangannya.
Damia langsung tercekat.
"Aku serius. Damia, kamu mau tidak jadi-"
"Cukup, stop. Berhenti!"
"Kenapa, Damia?"
"Kamu bodoh, memang bodoh. Benar-benar bodoh! Cinta kamu bilang? Aku tidak akan biarkann kamu jatuh cinta sama aku. Tidak boleh! Tidak bisa."
"Tapi, kenapa?"
Damia melepaskan tangan Angga dan tertunduk lesu.
"Jangan seperti ini, Angga. Kalau kamu jatuh cinta sama aku, maka kamu akan benar-benar jadi bodoh! Aku ini sudah punya lelaki lain. Aku sudah punya kekasih. Selama ini aku berteman sama kamu karena kamu orang baik, walau pun kamu menyangka aku bisu. Dari dulu memang tidak pernah ada teman antara lelaki dan perempuan. Teori itu salah dan akan dikalahkan oleh perasaan. Karena baik jika keduanya punya perasaan itu, tapi tidak jika hanya salah satunya. Tapi, aku mau berteman sama kamu, ya, karena alasan itu tadi. Sekarang ini yang aku takutkan. Akan terjadi seperti ini dan kita malah akan bermusuhan. Sekarang lebih baik kamu lupakan aku, Angga."
"Tapi, perasaan cinta itu bukan merupakan sebuah kesalahan, Damia."
"Kamu yang bilang, kamu yang bodoh karena sudah cinta sama aku? Mungkin bukan cinta yang salah, tapi orangnya. Kamu salah sudah berperasaan seperti itu sama aku. Sekarang lebih baik kamu lupakan aku, lupakan semua yang sudah terjadi dari awal di antara kita, lupakan kita pernah bertemu. Maafkan aku, Ngga, tapi ini yg terbaik. Maaf!"
Damia melangkah pergi meninggalkan Angga seorang sendiri.
"Aku tidak mungkin bisa lupakan kamu, Damia. Kamu adalah hal terindah yang pernah ada dan yang pernah aku alami di dalam hidup ini."
^flashback off^
Malam yang indah telah berakhir dan kini pagi indah yang baru pun datang menggantikannya.
Damia terbangun dari tidurnya. Ia segera membersihkan dirinya dan bersiap untuk kembali bekerja.
Setelah siap dengan seragam suster miliknya, Damia pun melangkah pergi ke luar dari dalam kamar.
Seolah memang sudah menunggu, Damia melihat Angga di sana. Mungkin memang bukan suatu kebetulan karena rumah tersebut memang milik keluarga Angga.
"Selamat pagi, Suster ... " sapa Angga
"Pagi. Sepertinya hari ini akan jadi hari yang indah dan cerah, ya?" tanya Damia hanya sekadar untuk basa-basi.
"Mungkin iya, atau mungkin malah sebaliknya. Dan sepertinya semalam juga seperti itu," jawab Angga
"Apa maksudnya dengan itu?" tanya Damia lagi.
"Semalam aku bermimpi dan sepertinya itu mimpi tentang kamu. Tapi, setelah bangun aku tidak bisa mengingat isi mimpi itu lagi. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya balik Angga
"Kan, sebelum pulang ke rumah kamu, kita bertemu setiap hari di rumah sakit. Mungkin tanpa sadar kamu teringat dengan masa-masa kamu di rawat kemarin," jelas Damia
"Mungkin memang seperti itu," kata Angga
..."Apa semalam Angga bermimpi tentang pertemuan pertama kami dulu? Apa dia mengingat sesuatu?" batin Damia yang hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati tanpa bisa bertanya langsung pada yang bersangkutan....
.
•
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
@𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝓐ⷨ𝖒ⷷ𝖊ᷞ𝖑𝖑♛⃝꙰ ❤
bisa jadi Angga mulai Inget sama damia
2023-04-01
1
Aerik_chan
ada yang laper eh baper...
#When We First Met
2023-03-26
1
Terra Chi
episode berikutnya sudah terbit, yaa
2023-03-19
0