Damia memperhatikan pantulan dirinya pada cermin di dalam kamar barunya di rumah Angga.
..."Semangat, Damia.. Kamu pasti bisa!"batin Damia yang menyemangati dirinya sendiri....
Saat itu, ia dikejutkan dengan suara seseorang. Saat berbalik, ia sudah menemukan pintu kamar dalam keadaan terbuka dengan seseorang berada di ambangnya.
"Hei, tolong buatkan aku makanan. Aku mau makan," pintanya
"Angga, apa yang sedang kamu lakukan? Ini kamar perempuan, bagaimana bisa kamu masuk kamar perempuan begitu saja?" tanya Damia
"Ini rumah aku. Aku lapar, mau makan. Mama sudah pergi," jelas Angga
"Tetap saja ini kamar perempuan. Tante Yuli, pergi? Kok tidak bilang dulu, ya?" gumam Damia
"Dia Mama aku, bukan Mama kamu, bilangnya pasti sama aku. Bukannya Mama sudah bilang, dia sibuk kerja? Ayo, masak sesuatu. Itu pun kalau kamu bisa," ujar Angga
Angga melangkah pergi. Damia menghela nafas, lalu bergerak menuju ke dapur
"Mau makan apa?"tanya Damia
"Makanan rumah sakit buat aku bosan. Bikin yang mudah saja, spagethi," jawabnya
Damia melihat persediaan makanan di dalam kulkas, banyak sekali bahan makanan di sana
"Bahan mie seperti spagethi tidak baik untuk orang yang dalam masa pemulihan seperti Tuan. Tapi, kalau mau steak ikan, saya bisa buatkan. Saya akan buatkan yangg baik dan sehat untuk Tuan," ucap Damia
"Kamu bisa masak?" tanya Angga
"Tuan, akan segera mencobanya. Mohon ditunggu," kata Damia
Damia mulai memasak. Setelah menunggu beberapa saat, steak ikan pun siap. Damia pun menghidangkannya pada Angga
"Silahkan, dicoba ... " kata Damia
"Makan steak pakai nasi?" tanya Angga yang merasa heran.
"Biar bagaimana pun juga orang seperti Tuan tetapp butuh karbohidrat seperti nasi. Lagi pula hanya sedikit, dari pada saya kasih bubur seperti saat di rumah sakit. Harus dimakan sampai habis," ujar Damia
"Terserahlah," kata Angga
"Bagaimana dengan rasanya?" tanya Damia
"Oke," jawab Angga
Damia tersenyum puas, sedangkan Angga melahap makanannya sampai habis
Menunggu Angga melahap makanannya sampai habis, ponsel Damia berdering. Damia beralih menjawab telepon.
-Raffa-
"Halo?"
'Damia, kok kamu belum telepon aku juga dari tadi? Kamu sudah sampai di rumahnya?'
"Maaf, di sini aku juga kerja. Aku sudah sampai, belumm lama kok."
"Lalu, di sana bagaimana?"
"Biasa saja. Rumahnya lumayan besar."
'Bukan itu. Kamu di sana sedang dan melakukan apa saja?'
"Tidak ada kok, cuma aku baru bikin makanan buat Angga."
'3 tahun kita pacaran, aku belum pernah coba masakan kamu'
"Selama ini kita sama-sama sibuk kerja, kita ketemu juga pas lagi kerja di tempat kerja. Bagaimana aku bisa masak buat kamu? Sudahlah, tidak enak pergi terlalu lama. Nanti habis melakukan apa pun di sini aku pasti lapor sama kamu kok. Sudah, ya, nanti aku hubungin kamu lagi."
'Ingat, hubungi aku lagi, ya. Janji?'
"Iya, janji. Sudah dulu, ya. Dahh ...."
Tut!
Sambungan telepon terputus.
...
Malam hari.
Selama beraktifitas di rumah, Damia selalu mengawasi Angga dari kejauhan. Seperti sekarang, Angga sedang menonton tv, sedangkan Damia memperhatikannya seraya membaca buku. Tante Yuli belum tiba di rumah.
"Hei, sedang di situ? Tidak lelah berdiri? Sini, temani aku nonton," pinta Angga
"Baik, Tuan," kata Damia
Damia menghampirinya dan duduk di sampingnya, di soffa.
"Siapa nama kamu?" tanya Angga
"Damia Lutfiah," ungkap Damia
"Oke, Suster Damia. Tidak mungkin jika aku selalu panggil kamu dg kata 'Hei',"ujar Angga
"Panggil nama saya saja. Lagi pula, umur kita tidak jauh beda dan Tuan lebih tua dari saya. Mungkin," ucap Damia
"Berapa umur kamu?" tanya Angga
"Tahun ini mendekati 21 tahun. Saya perawat magang," ungkap Damia
"Magang? Kok bisa kamu yang merawat aku?" tanya Angga
"Menurut kamu kenapa bisa?" tanya balik Damia
"Karena mereka percaya sama kamu," tebak Angga
"Tuan, percaya sama saya?" tanya Damia
"Ya, seperti Mama percaya sama kamu," kata Angga
Damia tersenyum.
"Kata Mama, kamu yang banyak menolong aku. Mulai bawa aku ke rumah sakit, mengabari Mama, kasih tahu letak UGD, mendonorkan aku darah. Dan Mama bilang, kamu teman aku. Benar?" tanya Angga
"Kalau Tuan percaya sama Mama Tuan, maka percayalah bahwa itu benar," ujar Damia
"Bagaimana bisa aku ingat lagi sama semuanya?" tanya Angga karena merasa bingung.
"Secara perlahan. Saya di sini siap membantu Tuan," jelas Damia
"Buku apa yang sedang kamu baca?" tanya Angga
"Buku tentang perawatan kesehatan. Saya juga bawa buku novel remaja, fiksi, juga beberapa komik yang biasa saya simpan di loker rumah sakit. Tuan, mau baca? Saya bisa ambilkan untuk Tuan," ujar Damia
"Tidak usah. Terlalu pusing selama di rumah sakit, aku tidak mau pusing baca buku walau itu hiburan, aku mau santai nonton tv," tolak Angga
"Baik, Tuan," kata Damia
"Tidak usah terlalu formal. Kamu juga bisa panggil nama aku, kita cuma beda 1 tahun," ujar Angga
"Ya, Angga ... " patuh Damia
"Damia ... seperti pernah kenal," kata Angga
"Hmm ... ya, saya cukup lama kerja dan disebut di rumah sakit," ujar Damia yang menyembunyikan sesuatu
Setelah lama membaca, menonton, mengobrol, dan lelah. Angga tertidur dengan kepalanya bersandar di bahu Damia. Damia meraih remot perlahan dan mematikan TV. Saat itu juga Tante Yuli pulang.
"Damia ... eh, Angga?"
"Tante, sudah pulang ... " pelan Damia
"Iya, itu Angga ...."
"Angga merasa bosan dan kelelahan menonton tv. Dia minta saya menemaninya," jelas Damia
"Nggh~ Mama, sudah pulang?" tanya Angga terbangun
"Iya, baru saja. Pindah tidur di kamar sana. Kasihan bahu Damia keberatan," ujar Tante Yuli
"Oh, maaf," kata Angga
"Tidak masalah," maklum Damia
Semua bubar pindah ke kamar masing-masing untuk istirahat di malam hari
...
Ponsel Damia kembali berdering. Kali ini video call dengan pemanggil yang sama
"Halo?"
'Kamu belum tidur?'
"Baru saja mau tidur, eh .. ada telepon,"
'Maaf deh ganggu. Seharian ngapain aja?'
"Tidak banyak. Terakhir aku awasi Angga nonton, lalu aku baca buku."
'Itu saja?'
"Iya."
'Ya sudah, sudah malam, sepertinya kau sudah lelah. Tidur yang nyenyak. Selamat malam.'
"Malam ...."
Tut!
Sambungan telepon video terhenti.
Penutupan hari di malam yang indah. Esok hari akan segera tiba.
Damia pun membaringkan tubuhnya di ranjang dan langsung memejamkan kedua matanya. Lambat laun, tapi pasti dirinya pun mulai menyelami dunia mimpi di dalam tidurnya.
Sebelum tidur, Damia berharap bisa menemukan esok hari yang indah dan aktivitasnya akan dilancarkan setiap harinya. Semoga tidak ada hal sulit yang menghalangi meski ia tidak bekerja di tempat kerjanya yang biasa. Semoga pekerjaannya dimudahkan, meski saat ini pasiennya hanya satu dan berbeda saat bekerja di rumah sakit.
Yang terpenting semoga semua dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapannya.
.
•
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Aerik_chan
Bikinin bubur aja..
#When We First Met
2023-03-25
1
R.F
lanjyt
2023-03-16
1
Terra Chi
eoisode berikutnya sudah terbit, yaa
2023-03-09
1