Menjadi Milik Jethro

"Ayo." Jethro pun menarik tangan si gadis muda itu keluar dari area tangga darurat.

KRIIING..

Baru juga beberapa langkah dari pintu tangga darurat tiba-tiba saja ponsel Jethro berdering. Panggilan masuk dari Alex.

Jethro pun menggeser tombol hijau di layar ponsel-nya.

"Halo." jawab Jethro.

"Dimana kau? Cepat kesini!" desak Alex.

"Cerewet! Sebentar lagi aku naik!" jawab Jethro lalu mengakhiri panggilan teleponnya sepihak.

Jethro pun meneruskan langkahnya sambil menarik tangan gadis itu. Sesampainya di meja resepsionis, Jethro pun membooking kamar VIP yang ada di hotel itu. Hotel yang di tempati mereka saat ini adalah hotel milik Tuan Anderson.

Tak sampai lima menit, resepsionis pun memberikan kunci yang berbentuk kartu pada Jethro.

"Pergi lah ke kamar duluan, nanti aku menyusul! Aku menghadiri resepsi pernikahan anak pemilik hotel ini dulu." ucap Jethro sambil memberikan kunci ke tangan gadis muda itu.

"Dan satu lagi, jangan coba-coba kabur! Aku sudah menebus mu dari Bibi mu! Kalau kau kabur, hanya dengan sekali jentikan jari, orang-orang ku akan membawa mu kembali padaku dan aku akan memberikan hukuman yang sangat berat untuk mu!" kata Jethro lagi.

Si gadis muda itu hanya mengangguk-anggukkan kepala-nya.

"Tolong antarkan gadis ini ke kamar!" pinta Jethro pada resepsionis.

"Baik Tuan." jawab resepsionis.

Jethro pun berlalu dari meja resepsionis meninggalkan gadis muda yang nampaknya masih bingung dengan situasi yang ia hadapi sekarang. Gara-gara Jethro memintanya menunggu di kamar hotel, otak si gadis muda itu pun jadi tidak karuan.

Apa aku baru saja keluar dari kandang singa tapi masuk ke dalam mulut buaya? Begitulah yang ada di pikiran si gadis muda itu sekarang.

***

Ruang resepsi.

Sesampainya di ruang resepsi, mata Jethro langsung berkunang-kunang dan perutnya juga terasa mual. Benar yang di katakan Alex kalau Jethro sekarang memiliki phobia aneh, yaitu pernikahan. Gara-gara dua kali menjadi duda, Jethro sampai memiliki phobia dengan pernikahan.

Jethro menghela nafasnya kasar, mata-nya pun langsung berkeliling mencari keberadaan Tuan Anderson. Yang di pikirannya sekarang, ia ingin cepat-cepat setor muka dengan Tuan Anderson sekaligus menyalami pasangan pengantin, setelah itu keluar dari acara resepsi pernikahan. Tak perlu mencicipi makanan atau sekedar berbasa-basi dengan tamu undangan yang lainnya.

Setelah menemukan keberadaan Tuan Anderson, dengan langkah panjangnya Jethro pun berjalan menghampiri Tuan Anderson yang nampaknya sedang memperkenalkan pasangan pengantin pada kolega-kolega bisnisnya.

PLUG..

Tiba-tiba saja tangan besar menepuk pundak Jethro. Sontak Jethro pun menoleh kebelakang nya. Ternyata yang menepuk pundaknya adalah Alex.

"Darimana kau? Kenapa lama sekali?" tanya Alex sedikit kesal.

"Kan sudah ku bilang ada urusan!" jawab Jethro.

"Urusan apa? Semua urusan mu ada di agenda ku, jadi tidak mungkin aku tidak tahu!" jawab Alex.

"Apa urusan aku buang air besar juga ada dalam agenda mu, hah?!" balas Jethro berbohong.

Alex menggelembungkan pipinya menahan tawa.

"Jadi kau buang air besar?" tanya Alex.

"Diam kau!" balas Jethro lalu melanjutkan langkahnya menghampiri Tuan Anderson.

"Apa segugup itu kau masuk ke ruangan ini makanya sampai-sampai kau buang air besar." ucap Alex.

"Berisik!" jawab Jethro.

Sesampainya di dekat Tuan Anderson, Jethro memberi ucapan selamatnya pada Tuan Anderson dan juga pasangan pengantin dan mengobrol sebentar.

Setelah sepuluh menit, Jethro pun pamit undur diri dari acara resepsi dengan alasan ada urusan lain dan mewakilkan kehadirannya pada Alex, sang asisten.

Untungnya Tuan Anderson yang tahu kalau Jethro adalah pebisnis yang serba sibuk mengerti dengan alasan Jethro. Tuan Anderson sama sekali tidak marah dan malah merasa senang di tengah kesibukannya Jethro masih menyempatkan diri untuk menghadiri resepsi pernikahan anaknya.

***

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***