Alvin Danu atau pemuda yang lebih sering di sapa sebagai Alvin itu kini tengah berlari dengan kencang sepanjang jalan menuju ke sebuah kafe.
Pemuda itu tampaknya sudah tidak ingat lagi cara mengatur nafas karena yang ada di pikirannya saat ini hanyalah cara untuk cepat sampai ke tempat tujuannya.
Alvin menghentikan langkahnya beberapa saat karena sudah terlalu lelah.
Jika bisa, ingin rasanya saat ini ia terbang saja atau pergi menggunakan ilmu teleportasi karena ia sudah benar-benar terlambat untuk menemui kekasihnya hari ini.
Alvin kembali mengecek jam pada pergelangan tangannya untuk yang kesekian kalinya dan langsung berdecak sebal.
"Karina pasti akan marah lagi padaku hari ini!" ujar Alvin.
Ia kembali berlari dan terus berlari hingga akhirnya langkahnya terhenti saat tiba di halaman kafe yang menjadi tujuannya.
Namun, tepat saat itu juga Alvin bisa melihat sosok Karina, kekasihnya. Gadis itu tengah berjalan keluar dari kafe dengan wajah yang cemberut.
'Ah, sial! Dia pasti sangat marah.' batin Alvin.
Alvin berjalan perlahan mendekat pada Karina yang saat ini tengah berjalan menuruni tangga kafe, sepertinya gadis itu akan pulang.
"Karina, kau mau kemana?" tanya Alvin sambil meraih tangan Karina, namun segera di tepis gadis itu dengan kasar.
"Pulang!" jawab Karina cuek.
"Pulang?" tanya Alvin menatap kekasihnya itu dengan senyuman canggung, "Tapi aku kan baru sampai. Ayo kita masuk dan makan dulu."
Karina menggelengkan kepalanya singkat. "Tidak, aku tidak mau makan. Aku sudah kenyang. Dan aku mau pulang saja sekarang!"
"Tapi Karina, aku kan belum makan. Pulang dari kampus tadi aku harus mengerjakan tugas kuliah lebih dahulu. Setelah itu baru aku langsung kemari, jadi saat ini aku sangat lapar. Ayo kita masuk dan makan dulu!"
"Itu bukan urusanku, Alvin." sentak Karina. "Kau sudah makan atau belum, aku tidak peduli. Intinya aku mau pulang!"
Karina hendak melangkah meninggalkan tempat itu namun tangannya kembali di tahan oleh Alvin.
"Karina, kau marah padaku?" tanya Alvin.
Karina mendengus sinis.
Gadis itu tak menjawab. Lebih tepatnya tidak ingin menjawab. Ia hanya tersenyum sinis setelah mendengarkan pertanyaan konyol dari Alvin itu.
"Karina, kau marah padaku, ya kan?" tanya Alvin lagi karena kekasihnya itu tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
Alvin bergerak mendekat lalu kembali meraih tangan mulus gadis itu.
"Sayang, aku benar-benar minta maaf karena sudah datang terlambat. Ban motorku bocor tadi. Dan bis yang akan aku tumpangi juga datangnya agak terlambat, jadi-"
"Ck, memangnya alasan apalagi yang bisa keluar dari mulutmu itu, Alvin." ujar Karina dingin, ia terus menatap Alvin dengan tatapan datar.
"Karina, aku-"
"Kau tau Alvin, hal seperti ini-lah yang sangat aku benci darimu. Kau selalu saja datang terlambat, tidak pernah tepat waktu saat membuat janji denganku. Selalu banyak alasan. Mulai dari tugas kuliah, terlambat pulang kerja karena lembur dan banyak alasan lainnya."
"Tapi tadi kau mengajakku mendadak, jadi aku tidak sempat mengatur waktu dan-"
"Aku memintamu datang kemari karena kau sendiri yang mengatakan di telepon kalau kau sedang libur bekerja."
"Ya, itu benar. Tapi kan-"
"Ah, ada satu hal lagi." potong Karina sembari mendekatkan wajahnya ke telinga Alvin. "Kau ini juga sangat bodoh. Dan itu benar-benar membuatku muak."
"Apa, Karina?" kedua mata Alvin sontak membulat ketika mendengar kalimat kasar yang keluar dari bibir kekasihnya itu. Ia sungguh terkejut dengan kata-kata Karina padanya barusan.
Alvin memegang lengan Karina. "Sayang, apa yang kau katakan barusan?"
"Aku bilang kau bodoh!" Karina mengulangi kata-katanya, kali ini dengan nada yang di tekan. Dan hal itu kembali membuat Alvin membeku di tempatnya.
Alvij melepas pegangannya dari lengan Karina.
"Karina, kenapa kau harus semarah ini. Aku kan sudah mengatakan padamu semua alasan dari keterlambatanku. Motorku mogok dan juga bis yang akan aku tumpangi tadi terlambat datang, tapi kenapa kau malah-"
"Apa kau tidak punya pikiran?" Karina memotong perkataan Alvin. "Kau bisa menggunakan taksi, kan? Sesekali saja bisa kah kau gunakan otakmu itu, Alvin!"
"Tapi taksi terlalu mahal untukku, Karina!" Alvin masih berusaha membela diri, "Aku mana punya lebih uang untuk membayarnya. Lagi pula uang satu kali naik taksi itu bisa kugunakan untuk pulang pergi beberapa kali jika aku pergi menggunakan bis, ya kan?"
Karina memutar kedua matanya malas "Terserah kau saja. Aku juga sudah tidak peduli lagi."
Karina kini sudah hampir melanjutkan langkahnya namun kembali terhenti saat tiba-tibw ia mengingat sesuatu. Ia menatap singkat kantong plastik di tangannya dan tersenyum sinis.
"Ah ini! Ini benda milikmu... ambillah!" ujar Karina.
Karina lalu mengeluarkan sebuah boneka dari kantong plastik itu kemudian melemparkannya ke dada Alvin. "Aku tidak butuh lagi barang murahan itu!"
"Boneka ini?" Alvin mengernyit bingung menatap boneka di tangannya itu. "Bukankah boneka ini adalah barang pemberianku di hari jadi kita yang pertama?"
"Ya."
"Tapi kenapa dikembalikan?" Alvin menatap Karina dengan tatapan bingung. "Bukankah harusnya kau menyimpan dan menjaganya?"
"Ya, memang. Tapi itu dulu. Sekarang aku kembalikan padamu karena mulai sekarang kita bukan lagi sepasang kekasih." jawab Karina dengan nada dingin.
"Bukan kekasih?"
"Benar. Mulai sekarang kita sudah putus!"
Alvin menatap Karina tak percaya. "Apa?"
***
Peringatan Keras :
KALAU TIDAK SUKA, JANGAN DILANJUT!
Kasihanilah mata kalian yang harus membaca cerita jelek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments