Kalung Venus

“Aw ... Sakit pelan-pelan!” pekik Venus.

“Ini aneh, tengah malam begini kamu bawa masuk cewek ke apartemen dengan keadaan luka tembak. Aku memang nyuruh kamu nembak cewek tapi jangan di tembak beneran kaya gini,” ucap Desta saudara dari Bagas.

“Kamu ngapain ke sini?” tanya Bagas ketus.

“Aku mau numpang nginap satu malam, tapi lihat ada cewek cantik di sini kayaknya gak jadi. Aku gak mau merusak malam bahagia kamu,” sahutnya.

Setelah beberapa menit peluru dari senjata laras pendek itu pun di keluarkan.

“Untungnya ini hanya peluru karet, sepertinya dia tertembak dari jarak kurang dari dua meter,” ucap Lingga dokter pribadi dari Bagas.

Sebuah peluru sudah dikeluarkan dari bahu Venus, luka Venus kemudian diobati tidak lupa Lingga memberikan resep obat untuk Venus.

“Nama kamu siapa?” tanya Desta sambil mendekat ke arah Venus.

“Jumi,” sahut Venus singkat.

“Pptttthh ... Jumi? Jumiati apa Jumi jubaidah?” sahut Desta.

“Di sini tertulis Venus,” ucap Bagas sambil menenteng sebuah kalung dengan lempengan logam tipis berukuran kurang dari satu sentimeter yang bertuliskan namanya.

“Balikin kalungku!” ucap Venus.

“Jadi nama kamu Venus?” ucap Desta.

Venus hanya diam sambil menatap tajam ke arah Desta.

“Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu. Dan kamu Bagas aku bersyukur akhirnya kamu ada kemajuan,” ucap Lingga.

Bagas menyenyitkan alisnya sambil memandang sinis ke arah Lingga.

“Aku juga gak nyangka kamu bisa juga bawa cewek, setidaknya kamu masih normal. Ya sudah aku mau balik aja. Jangan lupa pakai pengaman,” ucap Desta sambil menepuk bahu Bagas.

“Mereka otaknya gak waras,” ucap Venus.

Bagas perlahan mendekat ke arah Venus yang tengah duduk di atas kasur, Bagas menunduk hingga jarak antara mereka sangat dekat dan mata mereka saling bertemu.

Duk! 

Venus secara tiba-tiba membenturkan kepalanya ke kepala Bagas dengan cukup keras.

Bagas langsung mundur dan memegangi jidatnya sambil meringis, “Kamu apa-apaan sih?” ucap Bagas.

“Kamu yang apa-apaan. Dasar cabul!” ucap Venus.

“Cabul? Kamu pikir aku tertarik sama kamu? Dada rata, kaki panjang jidat lebar gak ada bagus-bagusnya,” sahut Bagas.

Karena kesal Venus melempar sepatu yang ia pakai ke arah Bagas dan langsung tepat mengenai wajahnya.

“Makan tuh sepatu biar kenyang!” 

Venus berdiri dan mengambil kembali sepatunya, Bagas yang syok hanya bisa terdiam.

Sebelumnya ia tidak pernah di perlakukan buruk oleh wanita, bahkan banyak wanita yang mengelu-elukan namanya.

Venus kembali memasang sepatu serta jaket kulitnya itu lalu berjalan keluar apartemen Bagas.

Venus dengan santai turun melalui lift dan keluar dari gedung apartemen mewah itu.

“Ganteng tapi gila! Nyesel aku pura-pura jadi fansnya,” omelnya sambil berjalan kaki menyusuri jalan yang sepi.

Venus terus berjalan menuju sebuah gedung tua yang lokasinya tidak terlalu jauh dari apartemen tersebut, di situlah Venus memarkirkan mobilnya.

Ia masuk ke dalam mobil dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat persembunyiannya, yaitu sebuah rumah yang berada jauh dari pusat perkotaan.

Saat sampai di rumah, Venus baru sadar kalau kalung miliknya masih tertinggal di apartemen Bagas.

‘Apa aku harus masuk lewat balkon lagi buat ngambil kalung itu,' pikirnya.

*** 

Denting bel berbunyi berulang-ulang tanpa jeda, hal itu membuat Bagas kesal dan langsung membuka pintu apartemenya.

Saat membuka pintu, seorang wanita cantik dengan tinggi yang hampir sepadan dengannya berdiri menatap tajam ke arahnya.

“Balikin kalung aku!” ucap Venus.

“Kalung itu bakalan aku balikin kalau kamu jawab pertanyaanku,” ucap Bagas.

“Oke. Aku bakal  jawab apa pun itu,” sahut Venus.

“Ngapain kamu menyelinap masuk ke apartemenku?” tanya bagas.

Venus mendengus, “Aku cari jalan keluar, kalau aku lompat ke bawah aku bisa mati. Makanya dari pada aku mati mending aku masuk lah, lagian salah sendiri jendela balkon gak di kunci,” sahut Venus.

“Lalu kenapa kamu bisa di tembak?”

“Itu bukan urusan kamu! Cepetan balikin!” ucap Venus sambil meraih tangan Bagas yang tengah memegang kalungnya tersebut.

Bagas berlari menuju toilet dan memasang ancang-ancang untuk membuang kalung tersebut ke dalam lubang toiletnya.

“Kamu gila ya!”

“Jawab atau kalung ini aku buang!” ancam Bagas.

“Aku habis dikejar-kejar sama anak buah Seno sialan itu. Aku lompat dari lantai 11 ke balkon lantai 10. Tapi sialnya aku malah kena tembak. Aku di kepung jadi aku loncat lagi dari kantor di sebelah ke balkon ini,” tutur Venus.

Bukannya memberikan kalung tersebut, Bagas malah semakin mendekatkan kalungnya ke dalam toilet.

“Awas aja kalau sampai kalung itu kena air dalam toilet kamu aku bakalan gundul semua rambut yang ada di tubuh kamu sampai habis!”

“Kamu jangan suka mengarang cerita, memangnya kamu siapa? Spider woman?” ucap Bagas.

Venus mendengus kesal, ia berjalan menuju balkon kamar Bagas, ia membuka jendela tersebut lalu langsung melompat ke balkon yang ada di samping. 

Dengan kemanpuan parkournya Venus dengan mudah menggapai setiap balkon.

Melihat hal tersebut Bagas baru mempercayai apa yang di ucapkan oleh Venus.

“Balik sini cepat kalau kamu mau kalungmu aman,” ucap Bagas.

Venus pun kembali menghampiri Bagas. Namun karena luka ya masih belum sembuh pegangan Venus sedikit lemah hingga membuatnya hampir jatuh ke bawah.

Beruntung saat itu Bagas sigap menangkap tangan Venus dan menariknya naik ke atas balkonnya.

Venus meringis kesakitan, baju kaos berwarna kuning itu pun seketika berubah warna. Rupanya luka itu belum mengering dan kembali mengeluarkan darah akibat Venus bergelantungan di sisi balkon.

Bagas pun tiba-tiba panik dengan tergesa-gesa menghubungi Lingga.

“Halo Lingga kesini cepat!” pinta Bagas.

Venus terus memperhatikan Bagas. Ia terlihat sangat panik hal itu membuat Venus berinisiatif mencoba menenangkan Bagas.

“H-hey tenang aku gak apa-apa,” ucap Venus.

“Gak kita harus cepat!” ucapnya.

Bagas kembali menghubungi Lingga.

“Kami dimana? Cepat kesini!” bentak Bagas.

‘Ini orang kenapa sih?’ batin Venus.

Bagas mondar-mandir di depannya, jematinya terlihat gemetar dengan wajah yang penuh keringat. 

Venus berdiri dan langsung menghampiri Bagas.

“Hey ... Tenang ini gak apa-apa,” ucap Venus sambil menggenggam tangan Bagas yang dingin dan gemetar.

Venus merasa tersentuh, karena selama ini tidak ada yang pernah sekhawatir ini dengan keadaannya bahkan jika ia berada diambang kematian pun tidak akan ada yang memedulikannya.

Venus pun refleks memeluk pria bertubuh kekar itu, dengan pelan ia menepuk punggung Bagas. “Aku gak apa-apa. Kamu tenang, aku gak akan mati semudah ini,” ucapnya.

“Bagas kamu-” Lingga tiba-tiba masuk dan langsung terdiam.

Sontak Venus melepas pelukannya dan menjaga jarak dengan Bagas. 

Rasa malu dan canggung pun tercipta akibat kejadian itu. Lingga yang mengetahui hal itu hanya bisa tersenyum simpul sambil sesekali meledek Bagas.

“Kamu ceritanya mau pamer ke aku,” ucap Lingga.

“Aku tahu kamu punya cewek sekarang, tapi jangan manggil aku mendadak gini cuma buat lihat kamu peluk-peluk sayang-sayangan sama cewek kamu,” sambungnya.

Terpopuler

Comments

momy ervina

momy ervina

hahay salah paham thor ko upnya lama terus sedikit sih

2023-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!