Sepeninggalan Kiara, Elsa fokus membuka kembali panel sistem yang ada di kepalanya.
"Sistem Buka!" perintah Elsa.
{Selamat datang di sistem kebaikan, Nyonya Elisa}
"Status!"
__________________________
STATUS
Nama Pengguna : Elisa Putri
Umur : 25 Tahun
Level : 1/10
Saldo : Rp. 100. 000
Misi : 0/10
Ketrampilan : 0
Bank : - ( Level 2)
___________________________
"Sistem jelaskan bagaimana cara kerjamu!" Perintah Elsa lagi.
{Level adalah tingkatan jika ada berhasil menjalankan misi. Saldo akan otomatis bertambah jika anda dapat menyelesaikan misi. Misi anda adalah merawat anak. Misi pertama Anda membeli baju untuk anak dengan imbalan kekayaan sebesar 2 juta}
"Apa merawat anak! Bagaimana aku merawat anak jika aku tidak menyukai anak-anak." Elsa mengacak kasar rambutnya. Hal yang mustahil yang dapat dilakukan karena Ia sangat membenci anak-anak bagaimana Ia merawatnya.
{Jika anda dapat menyelesaikan misi pertama dan misi selanjutnya, sistem akan terus naik level dapat dipastikan anda akan menjadi kaya. Misi pertama dengan level 1, imbalan yang anda akan dapat adalah 2 juta dan untuk level selanjutnya imbalannya adalah kelipatannya}
"Level satu 2 juta lalu kelipatannya 20 juta dan seterusnya," gumam Elsa dalam hati. Ia tidak bisa bayangkan berapa banyak sistem akan memberikan kekayaan padanya jika bisa menyelesaikan misi-misi itu.
"Baiklah aku mengerti. Aku akan jalankan misi pertama tapi bagaimana jika aku gagal dan tidak menyelesaikan misi itu?" tanya Elsa lagi.
{Setiap anda gagal anda akan turun level dengan level dasar level 1. Anda juga dilarang berbuat jahat atau sengaja menyakiti orang lain jika anda melakukan pelanggaran-pelanggaran lebih dari 3 kali, sistem akan otomatis lenyap dari tubuh Anda}
"Baiklah aku mengerti. Sistem tutup!" perintah Elsa. Ia sudah sedikit mengerti cara kerja sistem yang tertanam di kepalanya.
Setelah sistem tertutup Elsa beranjak dari ranjangnya. Kiara yang baru saja dari luar untuk membeli makanan sudah kembali.
"Ibu makan lah bersamaku, Ibu pasti lapar." Kiara menarik tangan Elsa mengajaknya duduk. Setelah keduanya duduk Kiara membuka bungkusan nasi yang hanya ada satu bungkus.
Saat bungkusan itu terbuka berisi nasi telur juga sayur.
"Makan Bu." Kiara menyuapkan sesendok nasi pada Elsa.
"Aku tidak lapar. Ternyata anak ini baik buktinya walaupun sangat lapar tapi Ia terlebih dulu memberikan suapan pertama padaku." Elsa memilih mengucapkan kalimat terakhirnya dalam hati.
"Ayolah Ibu, bukannya kita selalu makan dengan cara seperti ini. Aku bahagia ibu sadar jika tidak aku akan hidup dengan siapa lagi hanya Ibu yang Kiara miliki." Kiara menatap nanar wajah Elsa seakan menggambarkan bagaimana sedihnya jika dirinya tidak bangun.
Elsa akhirnya menerima suapan pertama dari Kiara lalu mengambil sendok itu dan menyendok makanan yang langsung diarahkan tepat di depan mulut Kiara. Keduanya akhirnya makan dengan cara saling menyuapi. Sungguh kebahagiaan yang sederhana namun begitu terasa terutama bagi Elsa. Pertama kalinya Ia terharu dengan kebaikan yang diberikan seseorang padanya dengan tulus. Kebaikan itu diberikan dari seorang anak kecil yang menurutnya selama ini anak kecil hanya pembuat onar dan sial saja.
"Baiklah Kiara bisa ceritakan apa yang terjadi padaku, kenapa aku bisa pingsan?" Elsa berusaha mencari tahu apa yang terjadi sebelum Ia menjadi wanita yang kini berstatus ibu dari Kiara.
"Ibu kecelakaan karena berusaha menyelamatkan aku yang hampir ditabrak mobil. Untungnya Ibu sekarang baik-baik saja tapi sebenarnya ...." Kiara tidak meneruskan kata-katanya dan terlihat termenung
"Sebenarnya apa?" desak Elsa.
"Tidak, aku hanya senang Ibu bisa kembali bersamaku." Kiara lebih mementingkan saat ini Ia kembali bersama Ibunya daripada menceritakan kejadian yang sebenarnya memilukan saat kembali mengingatnya. Saat kecelakaan itu Elisa mengeluarkan banyak darah di kepala dan saat tiba di rumah sakit Dokter mengatakan jika Ia sudah meninggal namun keajaiban itu datang detak jantung Elisa yang sempat berhenti kembali berdetak.
"Maafkan aku, Kiara. Aku hanya masih sakit. Oh iya apa kita tinggal berdua, dimana ayahmu? Maaf karena kecelakaan itu aku kehilangan ingatan. Aku sama sekali tidak mengingatnya," ucap Elsa.
"Ibu kau pasti sangat kesakitan, maafkan Kiara." Kiara memeluk tubuh Elsa dengan berlinang air mata. "Kita hanya tinggal berdua Bu, hanya Ibu yang Kiara miliki." Kiara terisak-isak dengan ucapannya.
"Ternyata kehidupan mereka begitu menyedihkan dan bahkan aku bukan membantu malah menghina mereka. Mungkin ini karma dari Tuhan yang harus aku terima," gumam Elsa.
Di kehidupan lalu Elsa adalah manusia tersombong. Sejak kecil Elsa tidak pernah merasakan kekurangan karena ia terlahir dari keluarga kaya. Sayangnya kesuksesan dan kekayaannya hanya membuatnya menjadi manusia sombong yang merasa paling tinggi derajatnya hingga menghina orang lain adalah hal biasa. Hal terburuk dalam hidupnya adalah tidak mempercayai adanya Tuhan hingga Ia menggugat keberadaan Tuhan itu hanya bualan.
Perjalanan yang membuatnya sadar dan membuka hati ketika pertemuannya pada Kakek tua yang bercahaya yang memberinya pilihan untuk langsung masuk neraka atau reinkarnasi untuk menebus kesalahannya.
"Baiklah jika ini kesempatan kedua yang Tuhan berikan maka lakukan itu sebaik-baiknya. Kita jalankan misi pertama dengan mendapatkan uang untuk membelikan baju untuk Kiara," gumam Elsa dalam hati. Ia berusaha meyakinkan hati dan jiwanya Ia harus berubah dengan kesempatan kedua yang Tuhan berikan.
"Kiara apa pekerjaanku, kenapa banyak tumpukan baju?" Elsa menunjukkan ranjang baju yang sudah penuh dengan baju yang harus disetrika. Walaupun Ia belum sepenuhnya menyukai Kiara namun Elsa akan berusaha membuka hati dan berusaha dekat Kiara.
Kiara hanya terdiam, disisi lain Ia senang ibunya kembali lembut saat berbicara dengannya namun Ia juga tidak tega karena terlihat wajah ibunya masih pucat menandakan ibunya masih sakit jika harus mengerjakan pekerjaannya kembali.
"Ibu beristirahat saja, biar Kiara yang menyetrika baju-baju itu." Kiara menarik tangan ibunya untuk kembali beristirahat di kamar.
"Aku baik-baik saja Kiara, bagaimana jika aku membantumu," bujuk Elsa.
Kiara mengangguk. Ia mulai menyetrika baju itu sementara Elsa memperhatikannya.
"Kiara berikan padaku, aku sudah bisa menyetrika." Elsa mengambil alih setrika dan berusaha melakukan pekerjaan yang seumur hidupnya belum pernah dilakukannya. Elsa hanya tahu bajunya bersih juga rapi tanpa tahu bagaimana prosesnya.
"Aw," pekik Elsa. Tidak sengaja lengan Elsa menyenggol setrikaan itu membuat lengannya terluka.
Dengan cepat Kiara meniup lengan Elsa lalu berlari ke dapur untuk mengambil garam lalu mengolesnya ke luka bakar itu.
"Kenapa pakai garam untuk mengobatinya?" Elsa merasa heran karena biasanya obat luka bakar itu berupa salep namun Kiara malah mengoles dengan garam dapur.
"Aku belajar dari Ibu, garam akan membuat luka Ibu tidak melepuh," jelas Kiara.
Setelah mengobati ibunya, Kiara bangkit dari duduknya. Ia menuju dapur memeriksa apa ada yang bisa dimakan untuk nanti malam. Hanya ada sebutir telor dan juga segelas beras.
Elsa begitu miris dengan apa yang dilihatnya kini, sebutir telur dan segelas beras sangat berguna bagi hidupnya kini. Dulu Ia bahkan membuang dan melempar makanan yang sudah tersedia di meja makan hanya karena tidak sesuai dengan seleranya.
Sungguh miris kehidupan ini kenapa ada orang yang hidup berlebih dan kembalikannya ada orang yang kesulitan hanya untuk makan. Kenapa Tuhan tidak membagi adil kekayaan yang ada di bumi ini hingga semua orang tidak akan kesusahan seperti ini.
...
Malam tiba.
Kiara membantu ibunya untuk menyiapkan makan malam. Meski lauknya sangat sederhana namun Elsa yang seumur hidupnya tidak melakukan pekerjaan seperti itu sangat kesulitan.
"Bagaimana cara memasak nasi?" Elsa menatap butiran beras yang berada di sebuah wadah.
Dengan sabar Kiara mengajari ibunya walaupun masih kecil Kiara sering membantu ibunya hingga Ia tahu bagaimana cara memasak.
"Aku benar-benar payah sampai anak sekecil ini mengajari aku cara memasak, bagaimana Ia menjalani hidupnya selama ini?" gumam Elsa. Ia menatap Kiara dengan tatapan kagumnya.
Setelah masak nasi selesai, kembali Elsa menatap bingung sebutir telur di tangannya. Hampir saja Ia melempar telur itu untuk mengeluarkan isinya namun dengan cepat ditahan Kiara.
"Berikan pada Kiara, Bu." Kiara mengambil alih telur itu dari tangan ibunya. Kiara menggetok telur dengan perlahan dengan sendok lalu mengeluarkan isi telur itu dengan sempurna karena tidak ada kulit telur yang masuk ke teluk itu.
"Wah kau hebat Kiara!" Elsa mengangkat jempolnya memuji Kiara.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Narimah Ahmad
bruu mampir
2023-12-06
1
Frando Kanan
yg bner aja 🤦
2023-11-29
1
Frando Kanan
ahh.... ternyata begitu....asliny emak 1 ini udh mati tpi Tiba2 hidup kembali...tpi syngny hidup kembali itu berarti....jiwany itu..
2023-11-29
1