Bab 11

Hari itu Barra kembali mendatangi tempat reparasi ponsel tempat ia menemukan foto-foto Devano berpesta shabu di sekolahnya.

"Apa bisa bicara sebentar?" tanya Barra

"Maaf aku sibuk, aku hanya menerima pelanggan yang ingin menservis ponselnya, jadi jika anda tidak memiliki kendala dengan ponsel anda sebaiknya pergi saja," jawab pria itu begitu dingin

"Aku perlu foto-foto lain untuk menjerat Devano, aku yakin kau punya banyak jadi berikan padaku dan aku akan membayarnya berapapun yang kau minta," jawab Barra

Lelaki itu tersenyum getir memandang Barra.

"Dasar brengsek, apa orang kaya seperti kalian selalu menilai sesuatu dengan uang?. Asal kau tahu uangmu tidak berguna di sini karena aku tak memberikan apapun padamu lagi, jadi pergilah!" seru Pria itu

"Apa kau benar-benar berhenti setelah ini. Apa kau tidak melanjutkan pencarianmu untuk memberikan pelajaran pada pada pemerkosa adikmu," jawab Barra membuat pria itu seketika menatap nanar kearahnya

Barra kemudian menunjukkan beberapa foto kepada pria itu.

"Aku tidak tahu apa motiv mu meretas semua ponsel yang diservis dan memberikannya kepadaku. Tapi setelah aku melihat satu persatu foto itu sekarang aku tahu, aku yakin kau berusaha mencari keadilan untuk adikmu. Hampir semua foto-foto yang kau kirim padaku selalu ada Naira. Siswa berprestasi di Madrid High School yang bunuh diri setelah mendapatkan beasiswa ke Harvard?"

"Bagaimana kau bisa tahu, siapa kau sebenarnya?" tanya pria itu penasaran

"Sama sepertimu aku juga seorang peretas, jadi aku bisa dengan mudah mencari tahu siapa dirimu dari jejak foto-foto itu," jawab Barra

Pria itu kemudian menceritakan alasannya membuka service ponsel dan meretas isi ponsel yang di servisnya. Lelaki itu awalnya mencari bukti-bukti pembunuhan adiknya di sekolah elite itu. Ia tahu benar jika Naira tidak akan pernah bunuh diri apalagi setelah ia mendapatkan beasiswa dari Harvard, itu adalah sesuatu yang mustahil baginya.

Belakangan ia baru tahu jika penyebab kematiannya adalah karena dia hamil, dan ia baru tahu siapa pelakunya setelah meretas video salah satu ponsel pelaku.

Setelah kejadian itu pria itu semakin banyak mendapatkan bukti-bukti mengenai pembunuhan adiknya, namun alih-alih mendapatkan bukti kekerasan yang menimpa sang adik ia malah menemukan banyak kejahatan yang dilakukan oleh Dev si pelaku.

Saat bertemu dengan Barra yang memergokinya sedang meretas salah satu ponsel pelanggan, pria itu terpaksa menunjukkan hasil retasan yang didapatnya kepada pria itu.

Melihat Barra memakai seragam Madrid High School ia berharap pria itu bisa membantunya mengungkapkan kejahatan Dev.

"Apa kau yakin bisa mengungkapkan semua kejahatannya?" tanya pria itu

"Tentu saja,"

"Apa kau tidak takut di kriminalisasi, bukankah usahamu sudah sia-sia kemarin?" tanya pria yang bernama Ferdi itu

"Aku yakin kali ini akan berhasil, aku bersumpah akan mengungkapkan semuanya meski harus mengorbankan diriku," jawab Barra

***********

Sementara itu Rendy yang khawatir dengan keadaan Rendra mengunjungi saudara kembarnya itu di rumah sakit tempatnya di rawat.

Seperti biasa ia mengendap-endap agar tak seorangpun mengetahui kedatangannya.

Ia memegang jemarinya erat untuk memberinya kekuatan. Air matanya tiba-tiba menetes saat melihat luka lebam di seluruh wajahnya. Bahkan matanya terlihat masih biru dan membengkak.

"Seumur hidup aku ingin bertemu denganmu, aku ingin bermain bersamamu bahkan bersekolah bersamamu, tapi sayangnya semua itu tak bisa terwujud karena keadaan. Sekarang aku tahu kenapa ibu lebih memilih tinggal bersamamu daripada denganku, maafkan aku jika selama ini kadang aku membencimu karena aku merasa ibu lebih menyayangimu. Aku harap kau segera sembuh agar bisa mewujudkan Semua keinginan adikmu ini kakak," ucap Rendy kemudian mengusap air matanya

"Jika nanti kau bangun, aku janji akan melindungi mu dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh mu. Satu lagi, aku juga akan membalas perbuatan orang-orang yang sudah membuat mu menjadi seperti ini, jadi cepatlah bangun agar kau bisa melihat mereka bertekuk lutut di kakimu," Ucap Rendy

Saat pria itu melepaskan genggaman tangannya ia merasakan tangan Rendra bergerak seolah menahannya pergi.

Matanya membelalak menatap Rendra yang masih terbaring koma.

"Mulai sekarang aku tidak akan pernah meninggalkan mu, aku akan selalu di sisimu untuk melindungi mu,"

Saat Rendy akan meninggalkan tempat itu, ia terkejut saat melihat ibunya berdiri di depan pintu kamar.

"Ibu??" tatapan matanya terlihat sangat gusar. Marlina bisa melihat jelas gurat kerinduan dalam diri anak bungsunya itu.

"Jadi kau yang kemarin menyamar menjadi Rendra?" ucap Marlina tampak berkaca-kaca

"Jadi ibu sudah tahu,"

"Seorang ibu lebih mengenali anak-anaknya. Mana mungkin aku tidak tahu," jawabnya gusar

Wanita itu langsung memeluknya erat, " Maafkan Ibu yang selama ini tidak pernah memberikan kasih sayang padamu," ucap Marlina tersedu-sedu

*Tok, tok, tok!

Marlina segera melepaskan pelukannya dan menyuruh Rendy bersembunyi di toilet.

Wanita itu segera membuka pintu dan menyambut kedatangan Bambang bersama Arman.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Bambang

"Tidak ada perubahan," jawab Marlina datar

"Sebelumnya saya minta maaf karena harus menyampaikan kabar yang tak mengenakan," ucap Bambang

"Katakan saja Pak, saya sudah siap," jawab Lina

"Kami memutuskan untuk tidak memperpanjang beasiswa Rendra karena dia sudah tidak belajar hampir sebulan lebih, selain itu kami juga akan berhenti membiayai biaya pengobatannya mulai besok pagi,"

"Tidak papa, aku tahu anda hanya menjalankan tugas saja. Lagipula aku juga ingin merawat putraku di rumah saja," jawab Lina

"Tapi kami akan melanjutkan beasiswa Rendra dan kembali membayar biaya pengobatannya jika anda mau menandatangani surat damai dengan keluarga Devano," Bambang kemudian memberikan sebuah surat perjanjian Padanya.

"Maaf aku tak bisa berdamai, bagaimanapun juga perbuatan Dev sudah melanggar hukum dan dia harus diadili. Lebih baik aku membiayai biaya berobat sendiri daripada harus menjilat ludahku sendiri," jawab wanita itu menghampiri putranya

Wanita itu tiba-tib terkejut saat melihat Rendra tiba-tiba membuka matanya.

"Rendra, kami sudah sadar nak?" ucapnya lirih Bambang dan Arman segera menghampiri Rendra untuk memastikan jika pemuda itu benar-benar sudah siuman

Melihat Rendra sudah sadar, Arman segera bergegas keluar untuk memanggil dokter. Tidak lama seorang dokter datang dan memeriksa kondisi Rendra.

"Alhamdulillah, kondisi Rendra sudah mulai membaik. Alat vitalnya sudah berfungsi hanya saja dia mungkin belum mengenali siapapun," ucap sang dokter

"Apa dia tidak akan mengingat ku selamanya?" tanya Marlina gusar

"Tidak ibu, mungkin sekarang ia masih belum mengingat siapapun karena pukulan yang mengakibatkan rusaknya saraf otak, aku yakin dengan pengobatan terbaik dan terapi ia bisa kembali pulih,"

"Alhamdulillah, terimakasih dok," jawab Marlina

Amar begitu senang saat mendengar kabar Rendra sudah sadar.

Seminggu kemudian, Bambang dan para guru terkejut saat melihat Rendra kembali bersekolah.

"Apa kau yakin akan kembali bersekolah di sini tanpa beasiswa?" tanya Bambang tampak meragukan kemampuan keluarga Rendra.

 

Terpopuler

Comments

@💜⃞⃟𝓛 Chipitz

@💜⃞⃟𝓛 Chipitz

uang di atas segalanya

2023-04-11

0

☠ᵏᵋᶜᶟ𝒀𝑹ᵃᶦ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛˢ⍣⃟ₛ 𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟ𝒀𝑹ᵃᶦ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛˢ⍣⃟ₛ 𒈒⃟ʟʙᴄ

amar siapa LG 🤔...
kok GK ada dari awal nama itu

2023-04-03

0

Sumawita

Sumawita

lanjut Kak

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!