Bab 9

*Kosan Barra

Rendy memasuki kosan kecil sahabatnya setelah mendapatkan pesan singkat darinya.

Barra menyambut kedatangannya dengan sukacita.

"Melihat ekspresi wajahmu sepertinya kau menemukan sesuatu yang menarik. Apa ada berita bagus untukku?" tanya Rendy

Barra segera mengajak sahabatnya itu menuju meja belajarnya.

"Lihatlah apa yang ku temukan?" ucap Barr memperlihatkan foto-foto Devano sedang menikmati obat-obatan terlarang bersama teman-temannya di gudang sekolah.

"Gila, dia benar-benar gila. Bagaimana bisa dia berpesta narkoba di sekolahnya, apa tidak ada yang melihat mereka?" tanya

"Sepertinya memang perlakuan terhadap anak sultan itu beda, aku yakin pasti ada guru yang tahu hanya saja mereka tak mau menegur dan memilih membiarkannya. Sepertinya uang menentukan segalanya," jawab Barra

"Lalu, kau sendiri mendapatkan semua ini dari mana?" tanya Rendy

"Aku mendapatkannya dari seorang tukang servise handphone," jawab Barra

"Wah bagaimana bisa, apa dia mengotak-atik memori pada ponsel yang di reparasi olehnya?" tanya Rendy

"Sepertinya begitu, dan dia selalu menjual hasil curiannya itu,"

"Apa dia juga mencoba memeras sang pemilik ponsel dari sesuatu yang di retasnya itu?" tanya Rendy lagi

"Entahlah aku tidak tahu pasti, yang jelas aku hanya tertarik saat melihat video itu saja," jawab Barra

Rendy tampak memicingkan matanya melihat ekspresi wajah sahabatnya tersebut, namun ia tak mau menggali terlalu dalam bagaimana Barra mendapatkan foto-foto itu.

"Lalu apa rencanamu dengan foto-foto ini?" tanya Rendy

"Saat kita berharap mendapatkan permintaan maaf darinya itu adalah sesuatu yang tidak mungkin maka kita memberinya shock terapi. Aku yakin sanksi sosial lebih di takuti oleh orang-orang kaya sepertinya," jawab Barra

"Wah kau benar-benar keren, baiklah aku akan mengirimkan foto-foto ini ke kantor polisi,"

Rendy segera pergi menuju kantor polisi dan memberikan foto-foto itu kepada seorang petugas di sana.

Namun semuanya tak semudah yang ia bayangkan, para petugas bahkan awalnya menolak foto-foto itu dan mengira jika ia sengaja ingin menghancurkan nama baik keluarga Devano.

Apalagi dia anak seorang menteri jadi mustahil para polisi berani menyentuhnya. Mengetahui sulit mendapatkan polisi jujur yang berani menangkapnya.

Saat Rendy mulai putus asa ia kemudian membuang foto-foto itu ke tempat sampah.

"Memang mustahil menghukum orang-orang itu secara hukum, karena mereka kebal hukum, lebih baik aku memberinya pelajaran dengan tanganku sendiri," ujar Rendy kemudian meninggalkan kantor polisi

Seseorang yang terus mengikutinya diam-diam mengambil foto-foto itu. Lelaki itu begitu terkejut saat melihat foto-foto tersebut.

Ia kemudian menunjukkan foto-foto itu kepada atasannya.

"Wah tepat sekali, musim pemilu sudah dekat. Kita bisa menggunakan ini untuk menjatuhkan suara ayahnya," jawab lelaki itu

Pagi itu beberapa orang polisi menuju ke kediaman keluarga Narendra.

Mereka sengaja memarkirkan mobilnya ditengah jalan saat melihat Mobil Devano keluar dari kastil mewah itu.

*Tin, tin, tin!

Devano sengaja menekan klakson mobilnya untuk mengusir para polisi tersebut, sayangnya bukanya pergi para polisi itu justru turun dan membawa surat penangkapan untuk dirinya.

"Saudara Devano anda kami tangkap karena di duga membawa obat-obatan terlarang dan mengedarkannya di sekolah," ucap salah seorang polisi kemudian menunjukkan surat penangkapannya

"Cih yang benar saja, memangnya kau punya bukti yang menunjukkan jika aku adalah seorang pengedar?" tanyanya

Polisi itu kemudian memberikan foto-foto Devano sedang berpesta narkoba di sekolah dan membagi-bagikan barang haram itu kepada teman-temannya.

"Darimana kau mendapatkan foto-foto ini?" tanya Dev begitu terkejut

"Sebaiknya anda jelaskan semuanya di kantor polisi, dan silakan anda menghubungi pengacara untuk menemani anda saat proses interogasi," ucap polisi itu

Devano segera keluar dan polisi segera memborgolnya.

Setibanya di kantor polisi, beberapa orang wartawan sudah menunggu kedatangannya. Seperti pepatah ada gula ada semut para pencari berita terlihat berkumpul di kantor polisi.

Melihat banyaknya awak media di kantor polisi membuat Devano langsung menutupi wajahnya dengan Hodienya.

"Ah sial, darimana mereka tahu kalau hari ini aku akan ditangkap. Wartawan sialan itu kenapa selalu tahu apapun yang aku lakukan," gerutu Dev

Para awak medis segera berlari menghampiri Dev saat melihatnya turun dari mobil.

"Mas Dev, apa benar anda mengedarkan obat-obatan terlarang di sekolah anda?" tanya seorang wartawan

"Kalau boleh tahu apa pihak sekolah tidak menegur anda saat nyabu bareng di gudang??"

"Kabarnya anda juga pernah Party sabu bersama guru disekolah itu apa benar?"

"Maaf kepada rekan-rekan jurnalis untuk tidak memberikan pertanyaan kepada Mas Dev, karena nanti pihak kepolisian akan mengadakan konferensi pers setelah pemeriksaan. Jadi silakan kalian menunggu sebentar," ucap seorang polisi kemudian membawa Devano masuk ke kantor polisi.

Narendra yang melihat wajah anaknya di headline news televisi nasional segera menghubungi pengacaranya untuk membantunya.

"Dasar anak sialan, kenapa kau selalu saja membuatku malu!" gerutu Narendra

Pria itu kemudian menghubungi Bambang kepala sekolah tempat putranya belajar.

"Kenapa foto-foto tersebut bisa tersebar aku gak mau tahu kau harus mencari tahu siapa yang sudah mengambil foto-foto itu dan memberikannya kepada polisi. Kau tahu kan apa yang akan terjadi kepada sekolah jika Dev dinyatakan bersalah karena foto-foto itu. Bukan hanya nama baik keluarga ku yang akan tercemar tapi nama sekolah juga akan ikutan tercemar dan bisa jadi pihak kementerian akan mencabut izin operasional sekolah jika mereka tahu pihak sekolah sengaja memfasilitasi para siswa untuk melakukan pesta narkoba di sekolah. Dan yang lebih penting bukan hanya kehilangan pekerjaan tapi kau juga akan di tahan karena terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang di sekolah mu itu," ancam Narendra

"Baik pak secepatnya saya akan menemukan siapa yang mengambil gambar itu dan mengedarkannya," jawab Bambang

"Aku tidak mau menunggu lama, karena waktumu sangat sedikit. Aku sudah mentransfer sejumlah uang yang bisa kau gunakan untuk mencari pelakunya," tutur sang menteri kemudian menutup obrolannya

Pria itu kemudian meminta sekretarisnya untuk menghubungi pihak televisi yang sudah menyiarkan pemberitaan tentang putranya tersebut.

"Baik Pak, saya akan mengurusnya," jawab wanita itu dengan cepat wanita itu segera menghubungi pimpinan redaksi sebuah televisi nasional.

"Aku harap anda segera menghentikan pemberitaan mengenai Devano Narendra, jika tidak mau Pak menteri mencabut semua iklannya di televisi anda dan juga menghubungi kantor KPI untuk memboikot beberapa acara unggulan televisi anda," ucap sang sekretaris

*Kantor Polda Metro Jaya

Tiba-tiba para wartawan meninggal kantor polisi setelah mendapat telepon dari atasan mereka.

Tentu saja hal itu membuat sang komandan polisi menjadi bingung saat melakukan konferensi pers.

"Lanjutkan saja pak, masih ada kami berdua yang akan menyiarkan acara ini secara live," ucap dua orang wartawan yang baru tiba.

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

medis mau ke kantor polisi apa ke ugd

2023-05-14

0

@💜⃞⃟𝓛 Chipitz

@💜⃞⃟𝓛 Chipitz

bikin malu anaknya siapa coba

2023-04-11

0

☠ᵏᵋᶜᶟ𝒀𝑹ᵃᶦ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛˢ⍣⃟ₛ 𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟ𝒀𝑹ᵃᶦ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛˢ⍣⃟ₛ 𒈒⃟ʟʙᴄ

uang emang bukan segalanya tp segala nya butuh uang ...yg berkuasa akan selalu menindas yg miskin

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!