Seorang wanita datang memasuki ruangan ICU. Wanita dengan pakaian lusuh dan wajah penuh peluh itu kemudian duduk di samping Rendy dan mengusap lembut wajahnya.
"Cepat bangun Le, mama kangen," ujarnya kemudian mengusap air matanya
Rendy samar-samar membuka matanya saat wanita itu memalingkan wajahnya.
Mamah??
Rasanya ia begitu bahagia karena setelah puluhan tahun akhirnya bisa bertemu dengan mamahnya. Ingin rasanya ia memeluknya dan memanggilnya mama, namun belum saatnya.
Ia tidak boleh gegabah agar rencananya berjalan lancar. Terdengar suara Marini membaca ayat-ayat suci Alquran di samping putranya. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh wanita itu, berharap putranya akan segera bangun dari koma jika ia terus melantunkan ayat-ayat suci di dekatnya.
Terdengar suara pintu ruangan terbuka.
Seorang pria berperawakan tinggi besar dengan baju safari khas seorang pengusaha kaya memasuki ruangan itu dan menghampiri Marini yang masih khusu membaca kalam Illahi.
"Assalamualaikum,"
Marini langsung berhenti dan menjawab salam pria itu.
"Waalaikum salam,"
"Perkenalkan saya perwakilan dari keluarga Devano Mahendra, ingin menyampaikan uang santunan untuk putra ibu,"
Pria itu kemudian memberikan amplop coklat kepada wanita itu.
"Maaf, saya memang orang miskin tapi aku masih mampu membiayai putraku dan tak butuh santunan dari kalian," jawab Marini kemudian mengembalikan amplop coklat itu
Ia kembali duduk dan melanjutkan tadarusnya.
"Tapi Bu, isi amplop ini cukup besar dan kalau Ibu tidak mau menggunakannya untuk berobat, anda bisa menggunakannya sebagai modal usaha atau biaya hidup,"
"Memangnya dengan uang itu bisa mengembalikan senyum putraku, memangnya dengan uang itu kalian bisa mengembalikan kebahagiaannya dan menyembuhkan luka batinnya!" seru wanita itu dengan mata berkaca-kaca
"Kami memang membutuhkan uang, tapi uang tidak bisa mengembalikan putraku, kalau kalian memang ingin bertanggung jawab terhadap putraku, maka kembalikan ia seperti semula, apa kau bisa?" ucap wanita itu
"Baiklah kalau itu mau Ibu, yang jelas pihak keluarga Devano sudah berniat baik dengan memberikan santunan kepadamu tapi kau malah menolaknya, jadi jangan salahkan kami jika terjadi sesuatu dengan putramu,"
"Kalau kalian memang memiliki niat baik, kenapa Devano tidak mau meminta maaf kepada putraku dan mengakui kesalahannya di depan umum, bukankah itu tidak sulit?"
"Maaf Ibu, ini adalah sebuah kecelakaan dan Mas Dev juga korban. Jadi jangan menyalahkan dia, harusnya kalian berterima kasih karena kami tidak menuntut putramu yang sudah membuat Mas Dev mengalami cedera di tangannya," jawab Pria itu
"Beruntung ia hanya cedera, padahal aku berharap tangannya itu patah agar ia tidak merundung anak-anak tak berdosa seperti Rendra lagi," jawab Marini
Karena kesal dengan sikap Marini yang tak mau menerima uang pemberiannya pria itu kemudian meninggalkan ruangan itu.
Sementara itu Rendy tampak mengepalkan tangannya saat mendengar percakapan mereka.
Aku janji akan membalas apa yang telah kalian lakukan kepada kakakku dan juga Mamah.
Tidak lama seorang perawat datang untuk memeriksa kondisi Rendy.
"Bagaimana keadaannya sus?" tanya Marini
"Sepertinya putra anda sudah membaik, oh iya ada beberapa resep obat yang harus anda tebus hari ini," ucap sang perawat kemudian memberikan selembar resep obat kepadanya
"Baik sus," jawab Marini
Wanita itu kemudian membuka dompetnya dan menghitung jumlah uang yang ada di dalamnya.
"Sepertinya uangnya kurang, bagaimana ya, apa aku nyari pinjaman dulu baru nebus obat ini. Karena gak mungkin mereka akan memberikan obat jika aku tak punya uang," ucap Marini terlihat gusar
Tak tega melihat Ibunya bersedih karena tak memiliki uang untuk menebus Obat, Rendy perlahan menggerakkan tangannya membuat Marini langsung berteriak memanggil sang perawat untuk kembali dan memeriksa putranya.
Perawat itu tak percaya saat melihat Rendy membuka matanya. Ia buru-buru pergi untuk memanggil dokter yang merawatnya.
Tidak lama seorang dokter datang dan segera memeriksa kondisi Rendy.
"Wah ini suatu keajaiban, jarang sekali pasien koma dengan luka seperti dia bisa siuman dengan cepat," ucap sang dokter
"Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doa-doaku. Terimakasih nak sudah mau berjuang dan kembali sadar lagi," ucap Marini begitu bahagia
"Setelah ini kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dan jika semua hasil pemeriksaan bagus maka putra ibu bisa beristirahat di rumah," ujar sang dokter
"Terimakasih dok,"
Siang itu juga Dokter langsung melakukan tes menyeluruh kepada Rendy. Seluruh rumah sakit tiba-tiba gempar atas apa yang terjadi dengan Rendy.
Mereka benar-benar tak mengira jika pemuda itu bisa pulih dengan cepat.
Kabar itu bahkan terdengar oleh keluarga Devano Mahendra. Mereka kini bisa bernafas lega karena sang korban bully tidak mati.
Setidaknya mereka bisa lolos dari tuduhan pembunuhan.
Saat mendengar Rendra sudah pulang ke rumah para aktivis dan penggiat masalah sosial mendatangi kediaman pemuda itu.
Mereka kemudian menyuruh Rendra untuk mengangkat kasus perundungan yang menimpanya ke publik. Mereka berjanji akan membantunya agar ia bisa mendapatkan keadilan.
"Maaf tapi aku tidak mau membesar-besarkan masalah ini. Biarlah aku sendiri yang akan menyelesaikan masalah ini dan orang-orang tidak perlu tahu apa yang terjadi padaku," jawab Rendy
"Kenapa kau tidak mau mengangkat kasus ini, bukankah jika kau menutup kasus ini sama saja kau membiarkan penjahat itu akan melakukan hal yang sama kepada siswa lainnya," ucap seorang aktivis
"Kata siapa aku akan menutup kasus ini dan melupakannya. Meskipun aku tidak mengangkat kasus ini ke media, tapi bukan berarti aku melupakannya. Bukankah aku sudah memberitahu anda jika aku akan menyelesaikan sendiri masalah ini dengan caraku sendiri," jawab Rendy
Para aktivis dan penggiat masalah sosial akhirnya pergi meninggalkan kediaman Rendy dengan wajah kecewa. Mereka tak mengira jika Rendra akan berubah pikiran dan memilih tidak mengangkat kasus ini ke media.
Pagi itu Rendy memakai baju seragam Rendra dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Marini yang menganggap ia belum sembuh benar, melarangnya untuk masuk sekolah. Namun Rendy bersikeras untuk masuk hari itu.
"Aku sudah kangen untuk belajar Mah, Aku juga kangen bertemu teman-temanku mah. Jadi boleh kan hari ini aku masuk sekolah?" ucap Rendy
"Tapi apa kamu benar-benar sudah merasa baikan?" tanya Marini
"Tentu saja, kalau tidak kenapa aku berani pergi hari ini," Rendy kemudian mencium punggung tangan ibunya.
Pemuda itu kemudian naik angkutan umum menuju ke sekolah.
Setibanya di kelas, seorang siswa laki-laki menghampirinya.
"Wah tidak ku sangka kau benar-benar datang hari ini, welcome back Rendra to the Hell School!" seru Devano kemudian menertawakannya
"Oh ya, karena ini adalah hari pertama mu maka aku tidak akan membully mu, tapi sebagai gantinya kamu harus membelikan aku air minum dingin seperti biasanya," Devano melemparkan uang kertas ke wajah Rendy membuat pemuda itu seketika merasakan Rahangnya mulai mengeras saar menerima perlakuan darinya.
Rendy segera memungut uang itu kemudian bergegas ke kantin. Tidak lama ia kembali dengan membawa dua botol minuman dingin.
Ia kemudian menghampiri Devano dan kawan-kawannya yang sudah menunggunya.
"Jangan lupa sekalian bukain tutup botolnya!" seru Devano
Rendy kemudian membuka botol itu dan membawa minuman itu kepada Dev.
Namun bukannya memberikan minuman itu Rendy justru menyiramkan isi botol itu ke wajah Devano.
⁷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐌𝐀⃝🥀𝐗🧸ᴼᴺᴼᶠᶠ
gas bro jgn diam lg klau dah d bully hajar aj
2023-04-03
0
jadi mereka kembar tp karena keadaan mereka terpisah gitu? satu ikut nenek satu ikut ma²h
2023-04-03
0
Chelle
kaya bukan berarti bisa semena mena terhadap orang lain, kasih pelajaran ren supaya devano kapok
2023-04-03
0