Om-om

Seperti biasa, setelah mata kuliah selesai, Ev langsung pergi ke kafe tidak jauh dari kampus.

Tatapan mata Ev tertuju pada layar ponselnya, selagi ia menunggu menu makanan yang di pesannya datang.

Dan ia terus menatap layar ponsel, dimana ia sedang melihat foto Jo di galeri ponselnya.

Pria yang mengerti akan dirinya, dan pria yang bisa membuatnya nyaman, bukan hanya itu, tapi Jo juga pria yang ia cintai, meskipun cintanya tersebut salah, karena pria yang ia cintai sudah memiliki keluarga.

Dan sekarang Ev menghapus semua foto Jo dari galeri ponselnya, karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan perasaannya tersebut pada Jo, dan fokus pada tujuannya, membalas dendam pada seluruh anggota keluar pria yang sangat ia cintai.

"Kamu harus bisa melupakannya Ev," ucap ev pada dirinya sendiri, meskipun ia tahu, akan sangat sulit untuk melupakan Jo. Seperti kejadian semalam, akhirnya ia kembali luluh oleh sentuhan Jo, dan kembali melakukan hubungan terlarang di atas ranjang, padahal niatnya ia ingin segera membalas dendam.

"Pasti Jo lagi yang sedang kamu pikirkan," ucap Jessi yang baru menghampiri sang sahabat, lalu duduk tepat di sampingnya.

"Bukan,"

"Jangan bohong, aku tidak bisa di bohongi Ev,"

"Terima kasih mbak," ucap Ev pada pelayanan yang baru saja mengantar pesanannya, dan tidak ingin menanggapi ucapan dari Jessi sang sahabat.

"Sudah, lebih baik kamu lupakan Jo,"

"Jo, si om-om yang macho itu?"

Ev dan juga Jessi langsung menatap pada Jeni, yang juga sahabat keduanya.

Tapi Jeni tidak sama sekali mengetahui hubungan Jo dengan Ev, hanya saja beberapa kali pernah melihat Jo menjemput Ev di kampus, tidak seperti Jessi yang mengetahui semua tentang Ev.

"Si kepo datang," ucap Jessi pada sang sahabat, yang memiliki tingkat kekepoan level seratus.

"Eh, kepo juga sumber informasi, dan aku punya info yang sangat menarik, kalian mau tahu tidak?"

"Tidak!"

"Tidak!"

Jawab Ev dan juga Jessi bersamaan.

"Ish, kalian ini memang tidak asik. Padahal aku ingin memberi tahu kalian, jika ada mahasiswa baru yang sangat tampan, dan tampannya melebihi idol kpop. Aku saja langsung terpana melihatnya,"

"Eleh, kesing panci juga kamu bilang tampan," sahut Jessi.

"Ini benar Jes, pokoknya tampan sekali, seperti..." Jeni tidak jadi meneruskan ucapannya, karena kedua bola matanya menatap pada sosok pria yang sedang ia bicarakan, berjalan mendekatinya.

Tentu saja Jeni dengan segera merapikan rambut, dan mengukir senyum pada pria tersebut yang kini sudah lebih dekat mendekatinya.

"Ev, Jes. Sebentar lagi aku akan mencoba terong baru, lihatlah, dia akan mendekati aku," ucapnya, dengan tatapan terus tertuju pada pria tampan yang tadi sedang ia bicarakan.

"Ev," sapa pria tersebut, tentu saja membuat senyum di bibir Jeni memudar, dan kini menarik tangan pria tersebut agar menoleh padanya.

"Kamu kenal Ev?" tanya Jeni.

"Iya,"

"Tidak mungkin, Ev, kamu kenal si tampan ini?"

Namun, bukannya menjawab pertanyaan dari Jeni, kini Ev menjabat tangan Albert, salah satu teman sekolahnya dulu, ketika mereka duduk di bangku SMA, saat Albert mengulurkan tangan kearahnya.

"Ev, akhirnya kita bisa satu kampus," ucap Albert.

"Bukannya kamu kuliah di luar kota Al?"

"Dulu, tapi sekarang di sini, bagaimana kabarmu Ev?"

"Seperti yang kamu..."

Ev, tidak jadi meneruskan ucapannya, karena Jeni kini melepas tangannya yang masih bersalaman dengan Albert, dan iya yang sekarang menjabat tangan Albert.

"Perkenalkan, aku Jeni,"

Albert hanya tersenyum menanggapi ucapan pada Jeni, dan kini menatap kembali ke arah Ev.

"Ev, boleh aku ikut bergabung disini,"

"Tidak boleh, nanti kamu di marahin sama om-om Ev," sambung Jeni.

"Om-om?"

"Iya, Ev sudah punya pacar, lebih baik sama aku yuk, dan kita cari meja lain," ajak Jeni dengan mode genitnya.

"Maksudnya pacar Ev?"

"Om-om,"

"Apa?!"

Bersambung............

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***