5

Dewo frustasi, ini semua adalah kesalahannya. Ia berniat melakukan kejahatan denagn menjual Saras. Selama satu minggu ini, setelah ia mengenal Saras yang baik dan lembut. Ia malah jatuh hati kepada Saras.

Dewo mengusap wajahnya dengan kasar, ia benar -benar pusing tujuh keliling.

"Mas Dewo? Kenapa sih? Belum tidur? Ini sudah tengah malam lho," ucap saras pelan. Saras baru saja kembali dari kamar mandi menuju kamar tidurnya. Tak sengaja, ia melihat Dewo yang baru datang dan emnutup pintu depa saat akan ke kamar mandi, dan kini Dewo sudah berada di ruang tengah.

"Saras, Mas kaget lho. kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanay Dewo pelan.

"Tadi kebelet pipis, Mas. Mas sendiri dari mana, malam -malam begini?" tanya Saras pelan.

"Ohh ... Saras, Mas ingin jujur sesuatu, tapi Mas harap kamu jangan marah ya? Kita cari solusinya bersama, gimana?" tanya Dewo sudah pasrah dengan keadaannya.

Saras menatap Dewo lekat. Ia melihat ada sesuatu hal yang sangat penting yang membuat Dewo seperti ketakutan dan terintimidasi.

"Mas ada masalah apa? Kayak ketakutan gitu?" tanya Saras pelan..

"mas bingung mau di bicaranya dari mana? Mas takut kamu marah dan tidak mau memaafkan Mas. Tapi, Mas sudah memiliki solusi lain yang ekiranya bisa membantu," ucap Dewo lirih.

"Apa sih Mas? Ngomong aja. Saras janji gak akan marah sama Mas. Kalau Saras mampu, Saras akan bantu Mas untuk mencari solusinya," ucap Saras pelan.

Dewo melirik ke arah Saras yang juga sedang menatap dirinya lekat. Dewo berusaha menenangkan hatinya, dengan menaruik napas dalam lalu di hembuskan perlahan melalui hidungnya.

"Kerjaan kamu untuk besok, Mas cancel," ucap Dewo lirih.

"Hah? Terus? Bagaimana? Saras cari kerjaan sendiri saja. Saras tidak mau memberatkan Mas Dewo di rumah ini," ucap Sara pelan.

"Saras ... Gimana kalau kita menikah saja?" tanya Dewo tiba -tiba.

"Hah? Apa? Menikah?" tanya saras bingung.

"Iya menikah. Dengan begitu kamu aman," ucap Dewo memberikan alasan.

"Bagaimana bisa? Saras menikah dengan Mas Dewo semua aman. Saras hanya butuh kerja, dan Saras akan emnabung untuk membayar hutang -hutang mendiang kedua orang tuaku kepada Tuan Takur. Mas Dewo paham kan?" ucap Saras menjelaskan.

"Iya Mas paham, Saras. Tapi, pekerjaan yang di tawarkan Mario itu ternyata hina, bukan sekesar menjadi seorang penyanyi, akan tetapi kamu akan di jadikan budak cinta bagi para lelaki hidung belang. Kabarnya, kegadisanmu juga akan di renggut dan di jual dengan harga fantastis," ucap Dewo menakuti.

Dewo tidak ingin Saras marah lalu pergi. Ia butuh Saras untuk mendampinginya. Ia sudah jatuh cinta pada Saras.

"Apa?! Maksud Mas Dewo, Saras di jual sebagai kupu -kupu malam," tanya Saras ragu.

"Iya semacam itu. Mario itu punya banyak anak buah yang sering menemaninya tidur, dan kamu akan menjadi salah satunya. Memang kamu mau? Bekerja seperti itu?" tanya Dewo pada Saras.

Saras menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tentu ia tak pernah berpikir untuk menjadi seorang kupu -kupu malam di Kota ini. Lebih baik menjadi istri keempat Tuan Takur, hidupnya lebih terjamin dan tidak hina. Kalau seperti ini, sama saja keluar kandang buaya masuk perangkap komodo.

"Kok malah bengong? Kamu pasti bingung harus gimana?" tanya Dewo lirih.

"Iya, kau bingung banget, Mas. Memang maksud Mas mau nikahin aku itu apa?" tanya Saras pelan.

"Mas ingin menata hidup Mas kembali. Mas hanya ingin bertanggung jawab atas kamu, Saras," tegas Dewo dengan suara lantang.

Jujur, selain Dewo memang sudah jatuh hati pada Saras, ia memang merasa ingin emmbantu dan bertanggung jawab atas Saras. Terlebih, Saras bilang ia sudah tak memiliki orang tua. Kmebali ke kampung kecilnya bukanlah ide baik, tapi malah meeperkeruh dan menimbulkan masalah baru dnegan Tuan Takur. Rencana Dewo ingin menjual rumah besarnya dan hidup di pinggiran Kota besar itu membuka usaha sendiri.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***