"Apa pesangon dan asuransi Fajri sudah kamu terima gita?!". tanya ibu mertua.
Sore itu Mertuaku menunggu di depan rumah. Dimana rumah masih terkunci. karena aku baru pulang dari bekerja.
"Belum bu!". jawabku menyalami ayah dan ibu mertua.
"Kenapa lama?!. ibu butuh uang.
"Kurang tahu bu. kan bang fajri belum tiga minggu pergi.
Keputusan dan urusan kantor bang fajri juga semua!". jawabku.
Bagaimana cair. kan orang kantor bang fajri baru datang kemaren. tidak mungkin langsung keluar. butuh proses untuk semua itu.
"Mari masuk ibu, ayah!". ajakku.
Saat aku membuka kunci pintu rumah.
Mereka masuk. dan langsung duduk di sofa yang baru beberapa hari yang lalu di susun di ruang tamu. Itupun di bantu abang dan sepupuku.
"Pokoknya ibu harus dapat bagian dari pesangon Fajri!". ucap ibu.
Ibu mertua langsung bilang padaku yang baru menyilahkan mereka duduk.
Aku hanya mengangguk saja, meng iyakan ucapannya. Karena aku juga tidak tahu kapan dan berapa pesangon dan asuransi yang akan keluar.
"Ayah sama ibu mau minum apa?!". tanyaku.
"Tidak usah.
ibu dan ayah ada acara kondangan. makan di sana saja!". jawab ibu.
Ibu berdiri kembali dari duduknya.
"Kalau pesangonnya sudah cair, kabarkan ibu. biar kita sama-sama menjemputnya!"
Akupun mengangguk saja, memandang mereka berdua.
"Ayo yah!". ucap ibu mertua.
Mengajak ayah mertua untuk pergi.
"Ayah pergi dulu gita!". ucap ayah mertua.
Ayah mertua mengiring istrinya berdiri.
"Iya yah, bu!". ucapku.
Merekapun meninggalkan rumah kontrakanku. Akupun menutup pintu dan menguncinya.
Membersihkan tubuh dan mandi karena gerah, sedari pagi aku beraktifitas dikantor.
Semenjak ditinggal selamanya oleh bang Fajri, aku membiasakan diri untuk sendirian lagi.
Bukan tidak ikhlas dengan kepergiannya. Aku sudah ikhlas, walau meninggalkan luka yang sangat dalam.
Selesai sholat magrib aku makan malam sendiri. sudah seminggu terakhir aku sendirian di rumah. kedua orang tuaku dan abang serta sepupu juga sibuk dengan pekerjaan mereka.
Tapi mereka sering menanyakan kabar melalui telfon atau mampir sebentar.
Aku makan dalam kesepian, Hanya suara audio televisi yang terdengar di ruang tengah.
Hanya itu yang aku lakukan jika aku di rumah. Aku menghidupkan televisi, walau kadang tidak menontonnya. Hanya untuk menghapus sunyi malam menjelang tidur.
Terbayang olehku, selama dua tahun pernikahan kami. tidak sekalipun aku dikecewaqkan bang fajri.
Bang Fajri sangat mesra dan romantis. Aku sangat diratukan oleh bang fajri.
Setia makan begini, bang Fajri sering memasaknya. Dia suka memasak. Dan masakannya enak.
Bahkan untuk sarapan pagi dan bekal untuk kekantor kami berdua, bang fajri yang lebih sering membuat.
"Sayang.
Bekal untuk kamu sudah abang Siapkan!". ucap fajri.
Saat itu Setiap pagi akan berangkat ke kantor.
"Iya bang, terima kasih. Aku bantu abang menganti pakaian kerja!". ucapku.
membuka baju rumahan yang di pakai bang fajri saat membuat sarapan, dengan pakaian kantor.
"Terima kasih sayang!". ucapnya menciumi wajahku.
Sambil mengelus pucuk kepalaku yang tertutup hijab. Akupun sudah memakai pajaian kerjaku.
"Apa rambutnya sudah kering sayang?!. Besok rambutnya di potong. Agar cepat kering.
Takutnya rambut kamu rusak karena keramas tiap pagi!". ucapnya.
Rambutku hanya sebatas punggung. dan memang harus memakai hairdryer untuk mengeringkan setiap pagi. dan selalu di batu bang fajri.
"Kan abang yang bikin aku keramas tiap pagi. bahkan mau sholat magrib atau isyapun sering keramas gara-gara abang!". ucapku.
"Iya. kan kamu sangat mengairahkan sayang. membuat aku tidak bisa melepaskan kamu setiap dekatmu!". ucapnya.
Dia ******* bibirku yang sudah memakai lipstik warna maroon kesukaan bang fajri. dan aku membalasnya.
Hingga. nafas kami berdua tersengal karena bibir dan lidah kami saling ***** dan sedot.
Membuat bibirku bengkak, dan. bibir bang fajri ikut merah. kami tersenyum dan tertawa kecil sambil saling membantu membersihkan nya.
Begitulah bang fajri. Selalu menyosor kapanpun dan dimanapun.
Bang Fajri aku rasa mempunyai nafsu dan libido tinggi menurutku.
Awal aku menikah, aku sangat kaget. bang Fajri setiap malam melakukan olah raga malam.
Tidak jarang saat sepulang kantor juga minta.
Tapi setelah mendengar cerita teman yang sama penganten baru, suaminya juga begitu.
Bahkan curhatan para teman- teman perempuan, memang laki-laki baru menikah sangat menikmati mainan baru mereka. Yaitu istri.
Makanya aku menikmati melayani suamiku dengan. membuat kami selalu mesra. dan dekat.
Sekarang aku hanya bisa mengenang suamiku yang sudah tidak lagi di sisiku.
Mengenang kebaikannya. Aku ikhlas. Dan sekarang aku harus mengadapi hari kedepan tanpa bang fajri.
Tok.. tok.. tok...
Pintu rumahku di ketok dari luar.
Aku melihat jam di dinding, pukul tujuh lewat sedikit. Aku tinggalkan saja makan malamku yang baru separo aku makan.
Aku menuju pintu.
"Maaf.
Apa ini rumahnya saudara Fajri Anugerah?!". tanya seorang bapak.
Yang aku perkirakan seumuran mertuaku, atau ayahku. Dia datang denga seorang wanita paru baya. aku yakin itu istrinya.
"Betul pak, bu.
Maaf bapak dan ibu orang tua teman bang Fajri?!". tanyaku sedikit bervasa basi.
Aku yakin. mereka ingin melayat.
"Kami..."
"Masuk dulu pak, buk!". tawarku.
"Tidak usah.
Kami kesini hanya ingin minta pertangung jawaban dari kamu.
Sebagai istri Fajri kamu harus ikut bertanggung jawab. Karena anak gadis saya sudah rusak oleh suami kamu.
Bukan hanya jadi pacar dan diselingkuhi, hingga anak kami hamil.
Pasti anak kami akan buruk namanya karena dihamili suami kamu.
Kami sebagai orang tua minta hak dan bagianuntuk anak kami dari kamu!!". ucapnya tanpa jeda.
bahkan masih berdiri di teras, depan pintu.
Hhfff
Aku hanya menarik nafas pelan.
Yang aku khawatirkan seoertinya akan mulai terjadi.
"Bapak, ibuk. masalah ini sebaiknya kita bicarakan bersama dengan orang tua bang fajri!". ucapku setelah melihat mereka berdua bergantian.
"Kamu cukup berikan saja bagian untuk anak kami. Urusan dengan mertua kamu, itu urusan kamu!". tegasnya.
"Maaf pak. aku tidak bisa memutuskan sendiri. Selama masa idahku dan belum ada surat dari pengadilan agama starus jandaku. Aku masih tanggung jawab mereka.
Jadi kalau bapak dan ibu minta hak, harus melalui mereka. katena mereka masih bagian keluargaku!!". jawabku tegas.
"Kami tidak peduli. Anakku harus dapat haknya. Kalau bisa anakku akan tinggal di rumah ini. Karena ini rumah suami kamu.
Mungkin jika mereka tidak kecelakaan sudah pasti mereka sudah suami istri sekarang. Dan juga mendapat bagian dari suaminya. Sama seoerti kamu.
Termasuk untuk tinggal di rumah ini!!". tegasnya.
Hff. Aku pasrah.
Jika mereka bersikeras, kalau anaknya itu untuk menempati rumah ini silahkan.
Tapi tunggu masa iddahku habis. Aku dengan senang hati keluar dari rumah ini.
Tunggu saja.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
N Wage
manusia2 gak ada akhlak!!!!
2023-12-11
0
Wandi Fajar Ekoprasetyo
banyak amat selirnya si Fajri......
2023-12-10
0