Bukan Aku Merampas Dia
"Assalamualaikum!. Ini dengan istri dari Saudara Fajri Anugrerah?!".
Tanya seseorang dari seberang sana.
Aku megeryitkan mataku. Aku lihat nomor yang menghubungiku adalah nomor suamiku.
"Maaf.
Ini siapa ya?!. ini kan nomor suamiku bang Fajri?!". tanyaku kesal.
Bisa-bisanya ada orang memakai ponsel suamiku, dan menghubungi aku.
"Betul buk. ini ponsel saudara fajri.
Kami dari kepolisian. mau mengabarkan pada ibu. kalau suami ibu, Fajri anugerah mengalami kecelakaan motor.
Sekarang sedang berada di rumah sakit umum. Kami menunggu kedatangan ibu. segeralah kesini.
Dan kami harap ibu hati-hati di jalan jika berkendara sendiri. agar tidak terjadi sesuatu yang akan merugikan diri ibu!". Ucapnya.
"Aku...".
"Hati-hati berkendara, kami menunggu sampai ibu tiba di sini!
Assalamualaikum". potongnya.
Telfon langsung dimatikannya.
Aku termenung.
Bang Fajri kecelakaan?!.
Tadi pagi bang fajri berangkat kan mengunakan mobil. tapi kenapa bang fajri kecelakaan motor?!.
Aku heran saja.
Kemana bang fajri dengan motor?!.
Aku yang mulai gemetaran dan berkeringat dingin sangat panik, hanya bisa manarik nafas dan menghembuskan kasar.
Aku melihat jam di pegelangan tanganku. Setengah tiga siang.
Aku mengemasi meja kerjaku. membereskan semua sedikit buru-buru, masih terus mengambil nafas dan membuang kasar.
Aku tidak mau ceroboh, berusaha menenangkan fikiran kacau dan kepanikanku.
lalu mengambil tas sandang pungung yang biasa aku bawa.
"Pak!. Aku izin cepat pulang.
Tadi ada telfon dari seseorang, katanya suamiku kecelakaan.
Aku ingin....". suaraku bergetar.
Karena menahan sesak di dada.Aku langsung saja menerobos masuk keruang bosku.
"Rumah sakit mana?!". tanya bos ku.
Seolah paham dengan nada bicaraku yang memburu.
"Rumah sakit umum..".
"Biar surya yang mengantar kamu!. kamu tunggu di lobby". ucapnya sambil menelfon seseorang.
"Terima kasih pak!". ucapku langsung keluar dari ruang bosku.
Aku sedikit berlari saat lift kantor berhenti di lobby.
Tetnyata pak surya sudah menunggu di depan pintu masuk loby. bahkan sudah berdiri di pintu penumpang dengan membukakan pintu. Pasti menungguku, pikirku.
Aku kangsung saja naik kemobil pak bosku. Aku tidak perlu basa basi karena panik dan kacau.
Pak surya adalah supir pribdi bosku. Tanpa aku bilang pak surya langsung mengemudi menuju rumah sakit.
Aku yakin pak bos sudah bilang pada pak surya.
"Terimakasih pak!". ucapku.
Saat mobil sampai di parkiran igd aku langsung turun dan berlari menuju pintu masuk igd.
Terlihat beberapa orang polisi dan keluarga pasien igd, yang mungkin sepertinya sedang menunggu keluarganya.
Hfff...
Aku menanik nafas, selain sesak karena berlari, juga dadaku sesak karena akan melihat suamiku yang katanya kecelakaan.
Aku kembali menarik nafas, sebelum membuka pintu kaca igd, dan
"Maaf. apa anda istrinya saudara Fajri anugerah!".
Tiba-tiba seseorang menghentikan langkahku. Aku membalikan tubuhku.
Dan berdirilah seorang polosi yang tinggi menjulang, hingga aku menaikan leherku untuk melihatnya.
"Iya.
aku istrinya bang Fajri!". jawabku dengan nafas masih memburu.
"Kenalkan, namaku Guntur. tadi aku yang menelfon kamu.
Mari aku antarkan kamu ke tempat suamimu, dia sedang di ruang intensif. karena keadaanya belum sadarkan diri.
Ayo!". tunjuknya kearah ruang intensif, yang berada di samping igd.
Aku mengangguk saja, dan mengikuti langkahnya yang terlebih dahulu melangkah.
"Aku akan minta izin penjaga dulu!". ucapnya menuju meja perawat.
Aku melihat dengan tatapan kosong.
"Ayo, kamu bisa melihat keadaan suami kamu. sebentar saja!". ucapnya.
"Terima kasih!". jawabku.
Dia menganguk, mempersilahkan aku masuk ruang intensif. Aku di arahkan oleh seorang perawat, setelah memakai pakaian pengunjung ruang intensif.
Aku lihat, suamiku terlelap diatas brangkar ruang intensif. banyak selang dan kabel yang berada di tubuh suamiku.
"Bang!. kenapa bisa kecelakaan?". gumamku.
Sambil memgenggan jemarinya. Suamiku yang sudah dua tahun menikahiku.
Walau kami belum di karuniai buah hati, tidak mengurangi kemesraan kami. bahkan semakin hari semakin mesra.
"Abang!". gumamku lagi.
Aku menangis melihat keadaan suamiku yang masih diam, belum sadarkan diri.
Tiba-tiba aku merasakan jemari suamiku bergerak. aku melihat kearah wajah suamiku yang masih terpejam.
"Gita... maafkan aku. maafkan aku...!". gumam suamiku.
"maaf sudah mendua.....
"Dokter....
Panggilku sesak.
Aku tidak tahu maksud gumaman suamiku tadi.
Dokter dan perawat sibuk menangani suamiku yang tiba-tiba sesak nafas dalam komanya.
Aku hanya bisa menangis saat di giring keluar ruang intensif. Berdiri di depan pintu.
Menangis. saat dokter memberi kabar yang
Dan
Tiba-tiba badanku melayang, entah apa yang terjadi setelah itu, aku tidak tahu.
.
.
terima kasih sudah mampir di tulisan otor yang baru 🙏
jangan lupa like dan komennya ottor tunggu.
🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments