tatapanmu

POV chania Mahira

pagi ini aku akan berangkat bekerja seperti biasa. sebelum berangkat bekerja dan setelah menunaikan kewajibanku sebagai umat muslim yaitu sholat subuh. Aku bergegas kedapur untuk membuat sarapan pagi.

hari ini aku memasak nasi goreng plus telur ceplok diatasnya. setelah selesai sarapan aku gegas kekamar mandi dan melakukan ritual mandi.

sudah siap dengan segala perlengkapanku, hari ini aku memakai tunik selutut plus rok hitam span dengan pashmina hitam juga agar Senanda dengan rok ku. serta tak lupa memakai tanda pengenal yang kujepitkan didepan pashmanaku.

07.45 aku sudah sampai di kantor, jarak rumah dan kantor memakan waktu setengah jam saja. dan aku selalu menggunakan Scoopy hitam kesayanganku.

terlihat suasan kantor masih sangat sepi, hanya ada pak Budi si satpam baik hati yang sedang berjaga didepan.

"pagi pak Budi"

"eh, pagi ca"

"sudah sarapan kah pak" tanyaku kepada pak Budi.

"sudah ca" jawab pak Budi

aku tersenyum menanggapi ucapan pak Budi, dan segera pergi untuk memasuki ruangan kerjaku. disini aku hanya sebagai staff biasa bagian desain.

setelah beberapa menit kemudia, orang-orang pada datang untuk memasuki ruangan masing-masing. kantor kami masuk di jam 08.00 jika lewat dari itu memang ada kompensasi keterlambatan 10 menit, jika lebih dari itu maka siap-siap akan mendapat sanksi berupa potongan gaji.

"ca, desain kamu kemaren kayaknya terpilih deh buat dijadiin desain produk baru yang bakalan launching" kata mbak Dewi senior sekaligus ketua ku dibagian desain.

tentu aku terkejut mendengar penuturan mbak Dewi,secara aku masih baru disini dan tentunya aku merasa bahwa desain-desain seniorku yang lebih bagus daripada desainku.

"hah,mbak ini masih pagi loh. gak lucu tau becandanya" aku cemberut dengan apa yang dikatakan oleh mbak dewi. aku rasa ia hanya bercanda padaku.

"ihh, mbak gak becanda ca, serius. ya udah kalau kamu enggak percaya nanti mbak dan senior-senior lain bakalan rapat, kita mau bahas tentang desain produk itu. kita lihat aja nanti pasti punya kamu yang dipakai buat produk baru ini. soalnya kemaren bagian pemasaran sangat tertarik dengan desain yang kamu punya ca"

mbak Dewi sangat antusias bercerita mengenai desain yang kubuat kemaren. sedangkan aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan mbak Dewi yang menurutku ngaco sekali.

"Halah, desain jelek begitu mana bisa dipakai buat produk baru. anak baru aja belagu" sinis karin, salah satu rekan kerjaku juga dibagian desain.

"heh karin, kamu ini kalo ngomong ya dipikir dulu, intropeksi diri sendiri dulu. emang kamu bisa desain sebagus itu? aku aja heran kenapa kamu bisa masuk bagian desain sementara kamu gak bisa desain"

"mbak, kalau ngomong dijaga yah ucapannya. aku bisa ajaloh ngaduin mbak ke mas erlan biar mbak dipecat dari sini"

Karin terlihat emosi mendengar ucapan mbak Dewi yang mengatainya tidak bisa desain. aku juga tidak tahu darimana mbak Dewi punya keberanian berkata seperti itu kepada karin.

secara isu-isunya karin ini adalah mantan kekasih dari pak Erland CEO perusahaan Harisson Group. namun ada juga yang mengatakan jika karin dan Erland sudah bertunangan. entah lah aku tidak tahu yang mana yang benar. lagipun aku tidak terlalu peduli dengan semua itu, yang penting aku bekerja plus dapat duit sudah.

"aduin aja sana, emang kamu kira aku takut sama mas erlan mu itu" mbak Dewi terlihat tidak mau kalah dengan karin. aku mngulum senyum agar aku tidak tertawa mendengar perkataan mbak Dewi.

karin segera pergi sambil menghentakkan kakinya kelantai mendengar perkataan mbak Dewi. setelah kepergian karin, aku tak bisa menahan tawaku dan segera terbahak-bahak sangat kuat dihadapan mbak Dewi.

"mbak mbak, punya nyali darimana sih buat ngeladenin karin kayak gitu"

"mbak tuh udah muak banget sama karin semenjak dia ganbung sama tim desain ini, bikin emosi aja kerjaannya" mbak Dewi mengelus dadanya tanda ia harus bersabar menghadapi tingkah laku karin si tunangan pak CEO.

"wi, emang kamu gak takut apa sama karin. kalau dia ngaduin kamu sama pak Erland?" sahut mbak meli merasa penasaran. mbak meli ini juga salah satu senior ku dibagian desain.

"enggak, lagian pak Erland gak bakalan dengerin omongan karin, kayak biasa pasti" kekeh mbak Dewi, aku hanya geleng-geleng kepala mendengarkan mbak Dewi dan mbak meli berbincang.

beberapa saat kemudian semua hening dengan pekerjaan masing-masing dimejanya. aku bangkit dari tempat dudukku ingin menuju pantry membuat coklat panas menemaniku dengan setumpuk kertas yang ada didepan mejaku.

"sin, aku mau Ke pantry. kamu nitip gak biar sekalian aku ambil" ucapku menawarkan pada teman kerjaku sintia yang lumayan akrab denganku. kami sama-sama seorang junior dibagian desain. bedanya Sintia sudah sekitar satu tahun disana sedangkan aku baru memasuki dua bulan.

"hmm kalo gak ngerepotin aku mau roti aja deh ca soalnya gak sempat sarapan tadi kesiangan" ucap Sintia kepadaku

aku mengangguk lalu bergegas pergi kepantry. dipantry aku melihat dua orang lelaki sedang berbincang disalah satu meja yang disediakan untuk duduk-duduk. salah satu dari mereka aku mengenalnya yaitu pak Daniel sekretaris dari bapak CEO kami di perusahaan ini. namun satunya lagi aku tidak mengenalnya.

"pagi pak" ucapku menyapa kedua lelaki itu, pak Daniel tersenyum menanggapi ucapan ku sementara lelaki yang ada disamping pak Daniel terus menatapku tanpa berkedip.

aku sedikit canggung dengan tatapan yang diberikan lelaki itu, aku segera berlalu dari hadapan mereka dan mengambil coklat panas ku serta roti pesanan Sintia.

aku melirik kearah mereka dan lelaki itu masih saja menatapku serti tadi. aku memutuskan kontak mata dengannya dan segera pergi dari sana setelah coklat panas ku siap ku seduh.

"dasar lelaki buaya, ingin sekali aku mencongkel biji matanya itu agar keluar dari sana" aku sangat kesal dengan lelaki yang berada dipantry tadi.

"sin, nih rotimu" sungutku kepada Sintia

"kamu kayak gak ikhlas aja ca" ucap Sintia heran melihatku.

"bukan,, tadi pas dipantry itu aku kesel banget sama lelaki mata keranjang itu" aku menceritakan kepada Sintia tentang lelaki yang terus menatapku tadi dengan kesal

Sintia tertawa mendengar ucapan ku

"kamu kok malah ngakak sih sin, aku tuh lagi kesel tau gak?" sungutku kepada Sintia yang masih saja tertawa.

"maaf,maaf ca, aku kelepasan. mungkin dia naksir kali sama kamu ca"

"ada - ada saja kamu sin" aku tak lagi menanggapi ucapan Sintia dan melanjutkan pekerjaanku kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!