"Maaf ya sayang! mama telat jemput kamu." Ucap Luna mencolek hidung Khairul yang mancung.
"Ngak kok,Ma! Khairul juga baru keluar soalnya ada nyanyi bareng dulu. Jadi agak lama ma!" jelasnya menggemaskan. Luna tersenyum mendengarkannya. Ia pun tersenyum kemudian naik ke jok belakang luna.
"Sekarang kita pulang ya," ajak Luna.
"Ayo ma!" serunya bersemangat. Luna melajukan kendaraan menyusuri Jalan kompleks perumahan. Tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di rumah.
Luna jatuhkan bobot tubuhnya di sofa. Dan merogoh ponsel di saku. Kemudian Luna menghubungi Desi. Luna akan meminta bantuan dia untuk mengurus balik nama kepemilikan perusahaan milik sang Paman menjadi atas nama Luna. Karena menurut surat wasiat yang ditinggalkan oleh sang paman, kantor itu akan sah milik Luna jika sang Paman sudah tiada.
"Ma...., aku main ke rumah teman dulu ya."Pamit Khairul. Terlihat ia sudah berganti baju sendiri. Memang dia anak yang pintar.
"Iya sayang, tapi nanti waktu adzan zuhur pulang ya, makan dan bobok siang." sahut Luna pada Khairul. Ia mengangguk kemudian berlari keluar.
Setelah panggilan sambungan telepon selulernya kepada Desi tersambung, Luna menunggu Desi mengangkat ponselnya.
"Halo assalamualaikum, lun!"
"Waalaikumsalam Desi, kamu lagi sibuk nggak?" tanya Luna pada sahabatnya di ujung telepon.
"Nggak kok, ini juga sebentar lagi istirahat jam makan siang. Ada apa lun? sahut Desi.
"Begini Des, aku mau balik nama sertifikat perusahaan atas nama pamanku agar menjadi atas namaku. Kamu tahu sendiri kan Berapa banyak dana yang aku keluarkan dan Paman keluarkan untuk kantor itu bisa berdiri?
Sekarang rasanya aku tak rela jika Bram dan perempuan murahan itu menikmati hasil jerih payah pamanku, dan juga uang tabunganku terkuras habis untuk membangun kantor itu. kamu ngerti kan, maksudku?" jelas Luna kepada Desi.
"Iya, aku paham Lun. Kamu juga sih dulu ceroboh padahal sudah aku ingatkan loh agar kamu jangan terlalu mempercayai Bram karena 25% dananya dari kamu sementara 75% dana dari om firman. Cetus Desi mungkin juga sedikit kesal akan kebodohan Luna yang dulu.
"Jangankan Desi, Luna sendiri pun merasa sangat bodoh bisa sangat percaya dan bucin sama Bram. Tak menyangka semua pengorbanan Luna dibalas dengan pengkhianatan.
"Itu dia Des, aku menyesal sekarang. Aku mau ambil alih semua Sebelum jatuh pada wanita murahan itu." ucap Luna di dalam sambungan telepon selulernya."
"Nah gitu dong, Kamu harus tegas jangan kamu mau diinjak-injak oleh Bram.
"Baiklah, aku akan bantu kamu. Kamu tenang saja, aku ada untuk kamu. Desi yang biasa mengurusi balik nama sertifikat. Jadi Luna jamin sama dia semuanya akan beres tapi....." ucapnya menggantung membuat Luna mengerutkan keningnya.
"Tapi apa Des?tukas Luna cepat
"Tapi kita akan butuh tanda tangan Bram sebagai bentuk bahwa Ia setuju mengalihkan sertifikat itu atas nama kamu.
"Kenapa begitu?
"Karena yang menjadi pemimpin kantor itu adalah Bram sendiri. Apalagi om firman sudah tiada.
"Luna terdiam, menggaruk alisnya yang tak gatal. Memikirkan Bagaimana caranya Luna bisa mendapatkan tanda tangan Bram. Luna tidak yakin ia akan mau tanda tangan. Apalagi jika sudah tahu kalau tabungan di rekeningnya sudah luna kuras. Sudah pasti ia tak akan setuju.
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Hello Lun... ,Apa kamu masih di sana?" ucap Desi mengagetkan Luna dari seberang sana. mungkin karena Luna terdiam dan tak menyahutinya.
"Iya Des, aku masih di sini Kok. Cuman aku lagi mikir bagaimana caranya aku dapat tanda tangan Bram." ucap Luna menyahuti Desi.
"Kamu cari ide dulu, buat dapetin tanda tangan Bram. Nanti aku pulang kerja mampir ke rumahmu, akan aku bawa berkas-berkasnya. Sekarang sudah jam makan siang, aku mau makan dulu. lapar!" ujarnya dengan nada sedikit gusar.
"Ah dasar kamu, perut melulu yang dipikirin." ejek Luna pada sahabatnya.
"Ha.. ha....ha Kamu kan tahu sendiri aku mana bisa mikir kalau perut lapar." kelakarnya.
"Iya, deh iya. Makan yang banyak ya, terus bantuin aku untuk cari ide Bagaimana supaya mendapatkan tanda tangan Bram."ucap Luna sambil terkekeh membuat Desi pun ikutan terkekeh.
"Oke deh luna bawel! Apa sih yang nggak buat kamu. ucap Desi kepada Luna.
"Oh iya, tapi kan aku punya surat wasiat dari paman, kalau kantor itu akan beralih atas namaku. Jika Om firman sudah tiada.
"Iya, tapi tetap saja kita harus mendapatkan tanda tangan Bram karena dia sang pengelola.
"Oh iya, kalau begitu terima kasih banyak ya Des, kamu sudah banyak bantuin aku. Apalagi di saat seperti ini kamu itu udah kayak saudaraku Des. Aku merasa bersyukur disaat aku terpuruk masih punya sahabat sebaik kamu Des." ucap Luna di dalam sambungan telepon selulernya.
"Iya sama-sama Luna, udah ah, aku mau makan."
Panggilan telepon pun ia matikan setelah berpamitan tentunya.
Sekarang Luna Harus berpikir bagaimana caranya Luna bisa dapatin tanda tangan Bram. Luna mencoba hubungan nomor lelaki yang masih bergelar suami itu ternyata masih belum aktif. "Ke mana dia sebenarnya? tak Tak biasa dia tidak datang ke kantor. Juga tak dapat dihubungi.
"Apa dia sedang bersama wanita itu, ya? tapi siang tadi perempuan sialan itu bertemu sama Mbak Rima sendirian, lalu Mas Bram ke mana?
"Oh iya, aku masih penasaran ada hubungan apa Mbak Rima dengan perempuan itu? apa ini ada hubungannya dengan retaknya Rumah tanggaku? ah sebaiknya nanti aku cari tahu tentang mereka.
****
Hari sudah sore, Bram belum juga pulang. Tak Berapa lama suara motor berhenti di depan rumahnya Luna. Ia selipkan sedikit gorden jendela, ternyata Desi. Luna langsung membukakan pintu untuknya, dan mempersilakan masuk
"Luna sudah kamu siapkan apa saja berkas yang harus kamu kumpulkan? tanya Desi.
usai melakukan panggilan telepon siang tadi, Desi mengirim Luna pesan terkait berkas apa saja yang harus Luna kumpulkan, untuk keperluan balik nama sertifikat kantor itu.
"Alhamdulillah semuanya sudah lengkap dan ini sertifikat aslinya." ucap Luna menyerahkan satu map berisikan berkas yang sudah Luna kumpulkan. Ada sebuah sertifikat kantor yang dipimpin oleh Bram yang di atas namakan oleh om firman yang sudah tiada.
"Okey , ni ada juga berkas yang harus kamu dan Bram tandatangani. Desi menyerahkan beberapa berkas pada Luna.
"Gercep juga ini sahabatku, tahu saja kalau aku membutuhkan cepat. Sebelum Bram sadar akan tabungannya yang tinggal tak seberapa. Karena jika ia sudah mengetahui atau menyadari, pasti ia akan marah dan akan semakin sulit Luna mendapatkan tanda tangan itu.
"Usahakan malam ini kamu dapatkan tanda tangan Bram. Dan berikan padaku semua berkas ini, agar langsung bisa diproses." ucapnya lagi dengan serius.
"Okey Des, aku sudah ada ide untuk mendapatkan tanda tangan Bram." ucap Luna menyeringai.
"Okey bagus, jadi besok semua berkas ini kamu antar ke kantorku ya. Biar aku yang urus bersama temanku. Dia seorang notaris." tukas Desi.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
arniya
makin seru.....
2024-01-17
1
Sunarti
Luna pura" hrs berbaik hati sama Bram utk mendptkan tanda tangan Bram
2023-03-29
0