Dulu Bram terlihat begitu antusias untuk menjadi pemimpin perusahaan milik sang paman. Dan Luna pun tak menyangka Jika ia akan menyeleweng. Kini Luna menyesal telah meminta kepada sang Paman untuk mempercayai Bram memimpin perusahaan itu.
"Mbak yang sabar ya, aku yakin suatu hari nanti Mas Bram akan menyesal telah menyia-nyiakan wanita sebaik Mbak." ucap Bimo menghibur Luna. Luna hanya menanggapinya dengan anggukan pelan.
Tok ...
Tok ....
Tok ....
Permisi terdengar seseorang mengetuk ruangan itu sepertinya itu suara Rini.
"Masuk Rin." seru Luna dari dalam ruangan
Ceklek...
Sekali hentakan pintu langsung terbuka.
"Ibu Luna, itu klien kita sudah datang." ucapnya setelah membuka pintu.
"Antarkan mereka ke ruang meeting sebentar lagi saya dan Bimo menyusul." jawab Luna.
"Baik bu." jawabnya dengan ramah disertai senyum tercetak di bibirnya.
Luna rapikan beberapa berkas di meja sebelum beranjak menemui Mereka. Kemudian bangkit dan melangkah menuju ruang meeting. Langkah terhenti Di depan pintu ruang meeting. Ia menghirup nafas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan hati.
Sebelum membuka pintu ruangan pertemuan, Bimo mengangguk seakan memberi support dan memberi luna semangat. Bahwa Luna pasti bisa menghandle semua ini. Luna pasti grogi karena sudah cukup lama ia tidak menangani kantor.
Setelah berbasa-basi sedikit, dan Bimo memperkenalkan Luna pada mereka. Kemudian mulai membahas kerjasama mereka dengan sang klien.
Alhamdulillah pembahasan kerjasama dengan salah satu perusahaan ternama itu, berjalan dengan lancar. Mereka meninggalkan kantor setelah berpamitan pada Luna dan Bimo.
Luna kembali menghela nafas panjang. Sedikit rasa lega karena luna semakin yakin akan mengambil alih kantor ini dari Bram.
Dia sudah memantapkan diri untuk mengurus pensiun dini dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil. Dan sepertinya permintaannya disanggupi oleh atasan.Bram sudah benar-benar lupa daratan sejak hubungannya dengan wanita murahan itu. Tak akan Luna biarkan kantor ini bangkrut atau jatuh ke tangan wanita murahan itu.
Dengan susah payah sang paman dan Luna membangun perusahaan ini, walaupun sang Paman sudah tidak ada lagi, dan sudah terlebih dahulu menghadap sang khalik. Luna mengetahui kalau perusahaan itu akan jatuh ke tangannya, walaupun selama ini Bram yang mengelolanya dan mengembangkan kantor itu.
Dengan Luna menemukan data keuangan yang janggal, Luna semakin yakin kalau wanita itu memang hanya menginginkan harta kekayaan Bram.
Luna berlirik jarum jam melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan jam sebelas. Luna harus segera menjemput Khairul karena sebentar lagi waktunya dia pulang.
Luna beranjak hendak keluar ruangan. Dengan ia akan kembali memegang pekerjaannya, sesaat Luna teringat sesuatu. Bram tidak boleh curiga kalau Luna sudah melihat laporan itu.
"Bimo, jika Bram tanya untuk apa aku datang kemari, kamu jawab saja karena menemui klien. Itu pun karena dia tak dapat menghubungi Bram, jangan bilang kalau aku sudah tau tentang laporan keuangan itu ya." ucap Luna saat berdiri hendak keluar ruangan itu.
"Baik Mbak, saya juga akan bilang sama Pak Anggara soal ini. Mbak jangan khawatir." jawabnya.
"Okey, Mbak langsung pamit ya. Karena harus jemput Khairul."
"Baik mbak."
Luna keluar dari kantor dan melajukan motornya menuju tempat sekolah Khairul, membelah jalanan sambil terus berpikir langkah apa yang harus Luna ambil selanjutnya. Satu hal yang harus luna urus Luna ingin perusahaan itu segera kembali kepadanya.
Selanjutnya Luna akan mengambil alih bisnis itu. Toh juga ada beberapa karyawan yang membantunya. Jadi Luna yakin pasti bisa. Dengan begitu, Bram tidak bisa seenaknya memberikan uang pada selingkuhannya itu.
Luna menyusuri jalanan yang mulai memanas membuat Luna ingin segera sampai di sekolah. Namun matanya seakan tertuju pada seseorang yang ia kenal. Sosok wanita yang tengah berdiri di halte bus. Dan Tampaknya sedang menunggu seseorang. Terbukti beberapa kali angkot melintas di depannya ia tak naik dan sesekali ia melirik jam di pergelangan tangannya.
Dari kejauhan Luna mengambil ancang-ancang hendak menepi dan menghampirinya. Namun, Luna terlambat seorang pengendara wanita berhenti di hadapannya. Mungkin wanita itu yang ia Tunggu Luna menepikan kendaraannya di bahu Jalan, tak terlalu jauh jarak antara mereka. Tapi sepertinya mereka tak mengenali luna karena Luna memakai masker.
Luna mengurungkan niatnya untuk menghampirinya. Luna terdiam memperhatikan mereka.
Belum juga hilang rasa penasaran luna, Kini Luna dibuat terkejut dengan wanita di balik helm yang kini menghampirinya itu.
Mbak Rima kakak perempuan Bram. Ia itu wanita yang Luna lihat di halte bus dan wanita yang menghampirinya itu adalah Vanessa. Perempuan yang sudah menjadi duri di dalam rumah tangga Luna. Luna tak mungkin salah lihat.
"Tunggu bukankah Mbak Rina itu tinggal di luar kota ikut dengan suaminya? Sejak kapan ia kembali ke kota ini?dan ada hubungan apa dia dengan perempuan itu?"
Ah Luna dibuat bingung sendiri. Mereka juga tampaknya sangat akrab memeluk dan cipika-cipiki layaknya teman lama yang bersua.
Luna melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Astagfirullah ini sudah hampir lima belas menit terlambat menjemput Khairul. Kasihan dia, jikalau harus menungguku lama. Luna harus pergi sekarang meskipun hatinya masih diliputi banyak pertanyaan. Perlahan kembali Luna melajukan kuda besinya dan meninggalkan dua orang yang membuat isi kepalanya bertanya-tanya.
"Mama....! teriak Khairul sambil berlari menghampiri luna. Luna langsung meraih tubuh mungil Putranya. Ia meminta maaf kepada Khairul karna sudah telat menjemputnya.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sunarti
perlu di curigai
2023-03-28
0
STARLA my journey
buang suami ngk guna itu luna...cari org ygvterbaik
2023-03-07
0