Luna berjalan menuju kamar Khairul setelah sebelumnya Luna mengambil wudhu yang ada di dapur.
Dengan mendekatkan dirinya dengan sang pemilik kehidupan, luna menjadi lebih tenang. Luna bersujud dan memohon kekuatan agar Luna bisa tetap waras menghadapi dua manusia durjana itu. Luna benar benar terluka atas Pengkhianatan yang di lakukan Bram. Ia hanya bisa mengadu pada yang pemilik kehidupan.
Sebenarnya bisa saja Luna langsung menggugat cerai Bram saat ini. Tapi itu akan membuat mereka merasa menang. Terutama perempuan murahan itu. Pasti ia akan tertawa bangga karena berhasil merebut Bram dari Luna dan Khairul.
Tapi Luna tidak akan membiarkannya menang. Luna harus bertahan sebentar lagi Hingga melihat mereka menyesal telah menancapkan duri di dalam hati Luna.
Cukup lama Luna berdiam diri di dalam kamar itu, hingga terdengar olehnya suara gaduh dari Bram dan juga Vanessa. Luna keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi. Terlihat Bram berjalan cepat masuk ke kamar mandi seperti menahan sesuatu yang ingin segera keluar dari bagian bawah pinggangnya.
"Kamu kenapa mas?" tanya Luna sok polos padahal dalam hati tertawa. Sepertinya obat pencuci perut yang ia taburkan di dalam makanan mereka, sudah mulai beraksi.
Bram tidak menjawab dan segera masuk ke kamar mandi. Luna melihat Vanessa yang duduk di sofa ruang tamu, tengah memegang perutnya dengan ekspresi meringis dan terlihat sangat lucu menurut Luna.
"Kalian kenapa sih, Kok aneh gitu?" tanya Luna pada perempuan yang duduk itu. perempuan yang telah merusak keharmonisan rumah tangga Luna dan Bram.
Setelah kami selesai makan, tiba-tiba sakit perut Mbak. Mules pengen buang air terus." ucapannya sama Luna dengan ekspresi menahan sakit perutnya.
"Makanya kalau makan tuh ingat bagi-bagi jangan cuma dimakan berdua. Kamu aja maunya berbagi suamiku." ucap Luna sinis dengan tatapan tajam ke arah Vanessa.
Vanessa terlihat kesal dengan kata-kata Luna. Biarkan saja, memang itu tujuannya dalam hati Luna tertawa puas.
"Mas cepat mas, aku juga nggak tahan nih Vanessa mengetuk pintu kamar mandi, tak sabar dan mengetuknya sedikit keras. Luna seakan mendapat hiburan di tengah carut marut suasana hatinya.
Tak lama Bram keluar dari kamar mandi berjalan lemas gontai dengan ekspresi wajah yang sangat lucu.
"Ini semua pasti ulah kamu, kan lun?" ucapnya melirik ke arah Luna yang sedang menahan tawa.
"Loh kamu sendiri yang pesan makanan kok malah aku yang disalahin! harusnya yang salah itu kamu sebagai suami. Nggak bisa membedakan antara berlian dengan serpihan pecahan piringan kotor." ucap Luna tegas entah dia mengerti maksud kata-kata luna atau tidak. Bram hanya menatap Luna dengan menahan perutnya yang mungkin semakin melilit.
Baru saja ia duduk sebentar, kembali Ia bangkit dan berjalan terseok-seok menuju ke kamar mandi. Hingga beberapa kali Luna lihat mereka bolak-balik ke dalam kamar mandi. Seolah tempat itu sedang menjadi rebutan mereka berdua.
Luna kembali masuk ke kamar Khairul. tawanya yang sejak tadi ia tahan Luna keluarkan di dalam kamar dengan ditutupi bantal. Tentunya agar tak terdengar sampai keluar.
"Ini baru pelajaran kecil Mas. Belum apa-apa hingga nanti tiba waktunya aku akan membuatmu menyesal telah menghianati ketulusanku." ucap Luna dalam hati setelah puas tertawa.
Luna melirik jam dinding menunjukkan waktu jam enam sore. Sebentar lagi akan tiba waktunya magrib. Luna keluar kamar hendak mencari Khairul dan mengajaknya pulang.
Luna buka pintu kamar yang posisinya bertatapan dengan ruang tengah. Terlihat Bram dan Vanessa duduk di sofa ruang tengah terkulai lemas dengan wajah sedikit pucat. Luna tersenyum memang itu tujuannya Jadi mereka tak akan mesra-mesraan di rumah ini.
"Sebentar lagi sudah masuk waktu maghrib, Mas sebaiknya kamu antar dia pulang." ucap Luna terus menunjukkan perempuan itu dengan dagu. Rasanya luna sangat malas menyebut namanya.
"Bram menatap Luna dengan tatapan aneh. "Iya." dia bilang dengan sinis, tapi juga tatapan mata itu sedikit sayu, apa karena efek obatnya belum hilang?" hati Luna tersenyum simpul.
"Lun, Mas lemes banget. juga dengan Vanessa. Biarkan dia menginap di sini ya, rasanya Mas gak mungkin mengendarai motor dalam kondisi seperti ini." ucap Bram dengan raut memohon.
Luna tersentak.
"Apa? enak saja perempuan yang sudah jelas-jelas mengambil separuh hatinya itu Luna biarkan menginap di rumahnya. Oh no? jawaban Bram membuatnya geram. Seketika napas luna naik turun seiring dengan luapan emosi yang siap meledak. Ingin rasanya Luna telan bulat-bulat dua manusia tak ada akhlak itu.
"Tidak Mas, aku tak sudi dia menginap di sini. cepat antar dia pulang." ucap Luna tegas menolak permintaan Bram
"Tapi Lun..., Apa kamu nggak kasihan sama mas yang sudah lemas begini?" tanya dengan memelas.
"Apa?
"Kasihan? saat kamu memutuskan untuk berselingkuh di belakangku ,Apa kamu tidak merasa kasihan sama aku dan Khairul?" ucap Luna.
Bram langsung terdiam.
Aku akan mencari Khairul dan mengajaknya pulang. Aku harap saat aku dan Khairul tiba di rumah ini, Mas sudah membawa pergi wanita ini." timpal Luna lagi.
"Lun... tunggu!" Apa itu artinya kamu menerima Vanessa menjadi madumu?" aku janji kalian tidak akan tinggal satu atap." ucap Bram saat luna baru saja berbalik badan melangkah.
"Untuk urusan itu, nanti malam aku sampaikan padamu mas. Sekarang kamu bawa dia pergi." ucap Luna tanpa menoleh ke belakang.
Luna melenggang keluar rumah dan di luar terlihat sepi. Luna mengandalkan pandangan ke sekitar. Sayup-sayup terdengar suara anak-anak bermain. Luna berjalan keluar pagar rumah dan mencari sumber suara itu. Ternyata mereka semua berada di rumah Mbak Rina. Luna melangkah cepat menghampiri mereka.
"Assalamualaikum." ucap Luna pada keempat anak-anak yang sedang asyik bermain di teras rumah termasuk Khairul.
"Waalaikumsalam." jawab mereka bersamaan.
"Khairul pulang yuk, sebentar lagi magrib." ajak Luna pada putranya dan diangguki olehnya.
"Eh ada kamu Lun," tiba-tiba Mbak Rina muncul dari dalam rumahnya.
"Iya Mbak, mau ngajak Khairul pulang. sebentar lagi magrib." ucap Luna.
"Iya, ini baru aku mau nyuruh mereka masuk. kalau mau masih bermain sebaiknya main di dalam. Pamali di luar rumah menjelang waktu maghrib." ucap Mbak Rina.
"Saat Luna sedang di rumah, Mbak Rina terdengar suara Bram keluar dari pagar rumah. Sepertinya ia menuruti kemauan luna mengantarkan perempuan itu pulang.
"Ayo anak-anak mainnya di dalam.Ajak Mbak Rina pada ketiga anak itu. sedang Khairul pun beranjak bersiap untuk pulang.
"Itu Bram Sama siapa Lun? tanya Mbak Rina yang tak sengaja melihat Bram berboncengan dengan Vanessa keluar pagar rumahnya.
"Hmm..."itu temannya Mbak, karena sebentar lagi malam, jadi aku suruh Mas Bram mengantarkannya pulang." ucap Luna sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Gibran
mkin. bego. ya. lun.
2023-03-22
1