"Plak!!!
Telapak tangan gagah milik suaminya itu mendarat tepat di wajah cantik Luna. Ini kali pertamanya Bram menampar pipi Luna. Hanya karena Luna berkata tentang perbuatannya yang menjijikkan itu.
Segera Luna menyapu belur bening yang sudah di ujung netranya dan hampir terjatuh.
"Ayo tampar lagi Mas! biar kamu puas. Hanya karena wanita sampah itu kamu sekarang tega menampar ku, mas!" ucap Luna lagi dengan tatapan nanar dan menunjukkan Pipi kirinya.
Bram terdiam. Terlihat gurat penyesalan memandangi tangan kanannya yang beberapa detik lalu terayun ke pipi luna.
"Aku benci kamu Mas!" ucap Luna kemudian berlari meninggalkannya, yang mematung.
Luna berlari keluar rumah menuju kerumah mbak Rina. Di mana Khairul berada. Sesekali Luna sapu air mata yang tak sengaja menetes seiring dengan remuknya hati Luna melihat perlakuan kasar suaminya.
Luna menarik nafas panjang, saat hendak membuka gerbang rumahnya Mbak Rina. Ia berusaha menguasai diri agar tak terlihat kesedihan di wajahnya.
"Assalamualaikum Mbak Rina." Luna mengetuk pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam, terdengar yang mempunyai rumah menyahutnya dari dalam. tak Berapa lama pintu terbuka.
"Eh Luna, mau jemput Khairul ya?" Ayo masuk itu Khairul dan Putraku baru saja bangun masih di kamar." ucap Rina ramah.
Luna mengangguk dan mengekori di belakangnya menuju kamar putranya
"Mama... !!! teriak Khairul saat Luna sampai diambang pintu, Ia berlari ke arah luna dan memeluknya dengan erat. Luna pun menyambut dengan hangat pelukannya semalam saja tidak bersamanya rasanya begitu merindu.
"Hick....hick...hu hu.. hick!"
Luna terkejut saat merasakan tangis Khairul pecah dalam pelukannya, terasa air matanya menetes di bahu Luna." Apa gerangan yang membuatnya menangis? apa yang terjadi hingga ia menangis begitu pilu dan sesungguhkan?"
Luna merenggangkan sedikit pelukannya. kedua tangannya menangkup wajah tampan jagoan kecilnya, yang masih tersisa.
"Khairul Kenapa sayang?" tanya Luna lembut Seraya menyapu air matanya. Luna menakup pipi tembem putranya
"Mama, semalam Khairul mimpi buruk. jawabnya. Khairul menahan sesak di dadanya.
Luna Mengernyit mendengar jawaban itu. "Mimpi apakah gerangan yang bisa membuat anak kecil menangis pilu?"
"Memangnya Khairul mimpi apa sayang?" tanya Luna lagi mengelus rambutnya yang halus.
"Mbak Rina tertegun melihat pemandangan Bak sinetron di depannya. Dan putranya masih duduk di dalam kamarnya Yang juga memperhatikan Luna dan juga Khairul.
"Khairul mimpi Ayah, mau pergi dari rumah. aku nggak boleh ikut. Terus aku panggil-panggil Ayah, diam aja. Hu....hu....hu." ucapnya terbata sesekali sesungguhkan.
Luna tersentak. Betapa kuat feeling antara anak dan orang tuanya, hingga Khairul bisa merasakan keretakan hubungannya dengan ayahnya.
"Cup cup Sayang, ssttt.... sudah ya, Itu kan cuman mimpi." ujar Luna lembut menenangkan hatinya. Khairul mengangguk dan kembali memeluk luna.
Di hati Luna sendiri merasakan keresahan. karena pasti Khairul yang paling terluka jika melihat mereka berpisah.
"Ya Allah, berikan aku kekuatan. Aku tak sanggup jika aku harus berbagi hati dengan wanita lain. Tapi aku juga tak tega melihat anak kecil Khairul harus menjadi korban atas keegoisan kami." gumam Luna di dalam hati.
Setelah Luna melihatnya tenang, Luna mengajaknya pulang.
"Terima kasih banyak ya Mbak Rina, aku sama Khairul pulang dulu." pamit Luna.
"Iya Lun, sama-sama."sahutnya tersenyum. Luna dan Khairul berjalan beriringan menuju pintu.
"Maaf sudah merepotkan Mbak." ucap Luna lagi saat mereka sudah di halaman.
"Nggak merepotkan kok, sudah sepatutnya tetangga saling bantu."Luna mengangguk kemudian keluar pagar rumahnya.
"Ayah.....!!! Panggil Khairul saat mereka tiba di depan rumah dan melihat ayahnya mengeluarkan mobilnya. Sepertinya ia sudah mau berangkat meskipun baju yang dipakainya tidak serapi biasanya.
"Iya sayang, Ayah berangkat kerja dulu ya." sahutnya mengelus rambut putranya di anggukan oleh Khairul.
Luna hanya berdiri di dekatnya. Tapi membuang pandangan.
"Ya sudah, sekarang Khairul masuk yuk." ajak Luna tanpa melihat ke arah Bram. Dia pun seakan tak mempedulikan keberadaan Luna.
Luna menggandeng tangan mungil Khairul memasuki rumah. Hari ini tak ada jadwal Khairul sekolah, jadi Luna sedikit santai karena kebetulan Hari ini ada rapat penting guru kelasnya.
****
Saatnya hari ini Luna mulai menyusun rencana ke depan. Tak mungkin Luna hanya diam saja, setelah Apa yang dilakukan oleh Bram kepadanya. Luna tak ingin melihat dia menang bersama wanita sialan itu dan tertawa di atas penderitaannya.
Ting...
Sebuah pesan masuk dari Desi. Segera Luna membuka aplikasi bergambar gagang telepon itu.
Sebuah gambar dua manusia durjana itu. Di sebuah Cafe terlihat Bram tengah memakaikan sebuah kalung di leher wanita murahan itu.
Seketika dada Luna terasa sesak, teringat saat ulang tahun Luna bulan kemarin, Bram lupa tak memberinya kado apapun untuk luna. Tapi kini ia memakaikan sebuah perhiasan di leher wanita lain.
Terlihat pancaran senyum dari kedua manusia durjana itu." Ah kenapa rasa nyeri di sini kian terasa."
"Dia berada di cafe dekat kantorku."
sebuah kalimat pesan dari Desi menyusul gambar yang baru saja Ia kirim.
Luna segera menghubungi Desi.
Tak lama Desi menjawab panggilannya.
"Hallo Lun, sapa Desi dari ujung telepon.
"Iya Des, Bagaimana?" tanya Luna
"Tak salah lagi, Vanessa wanita penggoda dan gila harta." ucap Desi sedikit berbisik.
"Posisiku tak jauh dari mereka, hanya saja aku duduk membelakangi mereka. Nanti akan aku rekam percakapan mereka tambahnya lagi."
Sambungan telepon terputus.
Desi memutuskan panggilan secara sepihak. Luna mengernyit mencoba menguasai hatinya.
Satu menit kemudian, sebuah notifikasi pesan suara atau voice note masuk segera ke nomor ponsel Luna. lalu Luna mengunduhnya.
Luna sedikit mendekatkan benda pipih itu ke telinganya. Untuk mendengarkannya.
meski pesan suara itu terdengar kurang jelas, namun Luna bisa mencerna percakapan mereka.
"Terima kasih ya Mas, kalungnya bagus aku suka. Tapi kenapa nggak sekalian sama cincin dan gelangnya sayang! kan bagus kalau satu set gitu mas."
Terdengar suara manja dengan sedikit merajuk. Itu pasti suara Vanessa.
"Iya sayang, nanti Mas beliin lagi yang satu set biar kamu makin cantik." suara Bram menyahutinya.
"Sakit? tentu."
Seketika tangan luna terkepal kuat dengan Gigi mengerat usai mendengarkan pesan suara itu. Rasanya Luna sangat Tak rela wanita sialan itu menikmati uang milik suaminya.
Luna yang menemani Bram dari titik nol. Bahkan uang tabungan Luna habis untuk membantu Bram untuk meraih gelar sarjananya itu. Tapi kini saat semua sudah berjalan mulus, dan bekerja di perusahaan pamannya dengan seenaknya Bram membaginya dengan wanita murahan itu.
"Tidak, aku tidak rela. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan buktikan Mas, keputusanmu menduakan aku itu akan membuatmu menyesal." gumam Luna dalam hati saat mendengar rekam suara itu yang dikirimkan oleh Desi.
"Saat ini biarkan mereka bersenang-senang. Tapi nanti, mereka pasti akan menderita di dunia ini. Hukum tabur tuai itu selalu ada hanya menunggu waktu. Luna yakin jika kebahagiaan mereka itu pasti tak akan bertahan lama.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sunarti
betul " hukum tabur tunai " pasti ada
2023-03-28
1
cinta semu
hemm...q pikir Luna wanita tegas ... ternyata masih menunggu bom meletus dulu...giliran Luna kabur takut kena ledakan ...
2023-03-07
1