Baru saja Luna hendak memejamkan matanya, terdengar suara pintu ketika oleh seseorang dan memanggil nama Luna. Dan Luna sangat mengenali suara itu. Luna menutup telinganya dengan bantal dan memilih tak menghiraukannya.
Tak Berapa lama pintu yang terkunci itu dibuka dari luar, Siapa lagi kalau bukan Bram. Luna masih belum terlelap terus terbayang kembali semua kejadian hari ini, yang membuat Luna muak. Untung saja Khairul sudah tidur di rumah mbak Rina.
Kalau tidak, Khairul pasti melihat raut wajah Luna yang tampak murung dan sembab itu pasti akan menjadi pertanyaan bagi Khairul.
"Lun! buka pintunya! Mas tahu kamu belum tidur kita perlu bicara lun!"
Terdengar suara Bram di balik pintu kamar sesekali mengetuk pelan pintu kamar itu.
"Lun, buka pintunya! kita harus bicara." ucapnya lagi. Luna Masih betah berdiam di sini tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk menyahuti Bram.
"Luna!!! kali ini ia memanggil dengan sedikit keras.
"Luna, Mas mohon buka pintunya!"
lama-lama Luna pening juga mendengar suaranya berisik.
Luna menghela nafas panjang dan bangkit untuk membuka pintu.
"Ada apa lagi sih Mas ?" tanya setelah pintu Luna buka dengan kasar.
"Luna, mas minta maaf. Bram mencoba meraih tangan luna. Namun, seketika menghempaskan. Tak sudi rasanya tangannya menyentuh tangan luna, setelah ia puas menyentuh tangan atau mungkin bagian Lain Milik wanita murahan itu.
"Apa?
"Maaf? sekarang aja setelah ketahuan kamu minta maaf Mas! kemarin-kemarin ke mana saat kamu bermain gila dengan perempuan lain? apa kamu memikirkan perasaanku Mas?" teriak Luna lantang.
Bram terkesiap. Mungkin Ia juga tak menyangka Luna akan berbicara kasar dan sekeras ini padanya. Karena selama ini Luna menjadi istrinya, Luna selalu berusaha menjadi istri penurut dan penyabar. Hampir tak pernah berkata kasar padanya, selalu menghormati Bram sebagai imamnya.
Tapi saat semua pengabdian Luna dibalas dengan penghianatan. Jangan harap Luna akan tetap bersikap lembut dan penurut. Semua itu sudah tidak berlaku lagi.
"Tak perlu kamu teriak-teriak malam-malam begini Luna !" nanti Khairul bangun." ucapnya pelan namun penuh penekanan serta kedua netranya menelisik ke belakang Luna.
"Loh di mana Khairul, Luna? jangan bilang kamu menyembunyikan Khairul dari aku." tambahnya lagi. Bram terlihat kaget saat menyadari tak ada Khairul di ranjang kamarnya.
"Sudahlah mas, tak perlu kamu sok peduli dengan Khairul. Saat kamu sedang bersama gundikmu itu, apa kamu terpikirkan Khairul?"
"Luna cukup!di mana Khairul?"tanyanya ada sedikit gurat kekhawatiran tergambar di wajahnya.
Khairul di rumah Mbak Rina dan Bimo. Dia menginap di sana. Jawab Luna ketus terlihat ia menghembuskan nafas. Mungkin ia merasa lega setelah mendengar jawaban Luna.
"Bisa kan, ngomong sedikit lebih pelan?" ujarnya dengan kedua matanya menatap tajam ke arah Luna.
"Lalu Luna harus apa Mas? Luna harus tetap diam saja, gitu? Was hati ini kau cabik seperti itu? menyakitkan!tidak Mas. Aku tidak bodoh.
"Lalu Mau kamu apa lun?" ucapnya lagi sedikit menurunkan nada bicaranya.
Mungkin Bram kalah menghadapi Luna yang sedang meluapkan emosi.
"Hmmm, Kamu mau tahu aku maunya apa Mas? aku mau kamu merasakan penyesalan telah menyakiti aku dan Khairul." jawab Luna dengan senyum sinis terukir di bibirnya. Luna tidak ingin terlihat lemah. Apalagi menangis di depan laki-laki yang sudah jelas-jelas sudah berkhianat.
Brak!!!
Luna menutup pintu dengan kasar. Usai melontarkan kalimat itu, kalimat bahwa luna siap meladeni permainan bram. "Kau yang memulai semua ini, Ayo kita lanjutkan."
Arrghhh!
Terdengar Bram begitu kalut di balik pintu. Tak Berapa lama derap langkahnya menjauh dari kamar Khairul.
Luna duduk bersandar di ranjang kecil itu. Ia memeluk bantal untuk menemani kesedihannya. Meskipun Luna berusaha tegar dan garam di hadapan Bram, Tapi sesungguhnya dalam hati Luna begitu pilu. Luna hanya manusia biasa.
Perempuan yang mengabdi pada suami, hingga berada di kota ini. Tapi laki-laki yang ia puja itu, kini telah menorehkan luka yang begitu dalam yang menyakitkan. Akan dibawa kemana nasib rumah tangga yang sudah tak sehat ini?"
"Lun, Apa kamu yakin dengan pilihanmu? apa tak sebaiknya kamu pikirkan dulu? Dia orang jauh." Terngiang ucapan ayahnya saat Luna akan menikah dengan Bram dulu.
Seketika belur bening luruh tanpa sanggup Luna bendung. Mengingat ucapan beliau sekarang ini, Luna belum menceritakan semua ini pada siapapun, kecuali Bimo dan juga Desi. Kedua orang tua luna yang berada jauh di kampung halaman tidak tahu tentang masalah keretakan rumah tangga nya dengan Bram. Jika mereka mengetahuinya, Pasti akan sangat kecewa. Luna terlelap dalam keheningan.
****
Seperti biasanya waktu subuh Luna bangun dan segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Usai melaksanakannya, Luna berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan bukan untuk Bram . Melainkan untuk luna dan juga Khairul.
Untuk Bram Biarkan saja, ia bisa membeli sarapan atau apapun itu terserah. Luna tak peduli lagi.
"Lun.....kemejaku dimana?" teriaknya dari dalam kamar. Luna tak menyahuti nya.
"Luna!!!! teriaknya lagi. Luna masih tak bergeming. Ia pasti bingung karena selama hidup dengannya, Luna selalu menyiapkan baju kerjanya yang sudah rapi dan wangi, karena Luna tak ingin suaminya terlihat kumal saat bertemu dengan banyak orang. Tapi hari ini Luna tak menyiapkan semua itu, biar dia tahu bagaimana rasanya menyiapkan apa-apa sendiri.
"Untuk Apa Lagi Luna melakukan semua itu, jika akhirnya semua lelahnya telah dibalas dengan penghianatan. Ini baru sedikit pelajaran untuk Bram.
"Luna!! kamu dengar suamimu lagi ngomong nggak?" teriaknya tiba-tiba. Entah Sejak kapan Bram sudah berdiri di belakangnya.
Luna mendongakkan kepalanya. Terlihat Bram masih pakai kaos dalam, dengan handuk masih dililitkan di pinggangnya.
"Ada apa sih Mas? ini masih pagi. Aku belum ingin ribut Mas." sahut Luna Ketus.
"Baju kerja Ku kemana? biasanya kan, udah kamu siapin saat aku sedang mandi." Bram menyugar rambutnya yang masih basah.
"Itu kan, biasanya Mas. Sekarang semuanya sudah tidak seperti biasanya. Semuanya sudah berubah. Seperti kamu yang sudah berubah. Kamu minta siapin sana sama Vanessa gundikmu itu." ucapnya tegas lalu melenggang keluar hendak menjemput dari rumah Bimo.
"Luna....!"
"Kamu itu masih sah istriku! jadi kamu wajib menyiapkan kebutuhanku. Kamu akan berdosa jika tidak menuruti suamimu Luna!" teriak Bram dengan nada naik turun.
Langkah kaki Luna berhenti mendengar ucapan Bram. Seketika Luna membalikkan badan dan mendekati Bram yang tak ada akhlak itu. Hingga kedua netra mereka bertemu dengan jarak yang cukup dekat.
"Tidak perlu kamu ngomongin dosa sama aku mas, kamu yang memulai bermain api, jadi jangan salahkan aku jika aku tak lagi seperti Luna yang penurut seperti dulu. Kamu pikir perbuatan kamu itu bukan perbuatan dosa? berselingkuh, hingga berzinah dengan wanita murahan itu?" ucap Luna pelan namun penuh penekanan.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Fitri Wanti
sedih kesal🤧
2023-04-17
0
Sunarti
nah loh kena kan Bram sakit kan hati mu dan kamu yg memulai Bran kemudian rasakan akibat nya
2023-03-28
1
STARLA my journey
kereeeen luna
2023-03-06
1