Vanessa terlihat tersipu malu, dengan kedua pipinya merona dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Bram. Bram mengelus rambut hitamnya dan mengecup pucuk kepalanya. Dia pun memejamkan matanya menikmati perlakuan Bram. Kecupan Bram berpindah di kedua pipinya hingga membuat hasrat Bram meningkat. Dan ingin melakukan lagi kegiatan yang mereka lakukan kemarin. Yang membuat Bram pulang larut malam.
Kruk....
Kruk....
Kruk...
"Ah, suara perutku. Cacing di dalam Sepertinya tak bisa diajak kompromi.
"Kamu lapar ya, Mas? tanya Vanessa tersenyum jari lentiknya mengelus pipi Bram. Bram mengangguk.
"Ya udah kita makan dulu, yuk."
"Tunggu sebentar aku ganti baju dulu ya." ucapnya. lalu masuk ke kamarnya.
Tak Berapa lama, ia melenggang keluar kamar dengan tampilan cantik.
"Ayo Mas, kok malah bengong?" ucapnya mengagetkan Bram
"Oh iya, sayang." jawab Bram gelagapan.
"Kenapa ngeliatin aku seperti itu, Aku cantik ya?" kelakarnya menggemaskan.
"Kamu cantik Vanessa." sahut Bram mengangguk dan mencolek pipinya.
Mereka sampai di sebuah rumah makan lesehan. Menu di sini terkenal enak jadi Bram mengajak Vanessa ke sini.
"Mas Bram!" teriak seseorang Memanggil nama Bram, saat baru saja tiba dan memarkirkan mobilnya. Seketika Bram membalikkan badan. Bimo rupanya. Mereka pun bersalaman
"Mau makan di sini Mas? Hai, Mbak Vanessa." tanyanya sekaligus menyapa Vanessa yang berada di sampingnya.
"Ya, iyalah, mau makan. Masa mau tidur di sini. Kamu sendirian Bim?" sahut Bram sedikit Ketus menanggapi pertanyaan konyol Bimo.
"Iya Mas, aku ke sini karena emak pengen ayam bakar, ini mau pulang!"ucap Bimo menunjukkan satu kantong plastik di tangannya.
"Oh iya, Bagaimana kabarnya Ibu Maryam? tanya Bram basa-basi
"Alhamdulillah sehat Mas, Ya udah aku pulang dulu ya Mas, Mari Mbak Vanessa." pamit Bimo.
"Okey hati-hati Bim." seru Bram saat dia melihat motor Bimo dan berlalu menjauhi mereka.
Bram dan Vanessa pun masuk ke dalam rumah makan dan menikmati suasana menjelang malam ini. Mereka berjalan bergandengan mesra. Vanessa seperti tidak ingin jauh-jauh dari Bram. Ia sudah terpesona dengan ketampanan Bram." batin Bram bangga.
Mereka duduk ditemani alunan musik dan Vanessa memesan makanan untuk mereka bersantap malam.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Vanessa mengajaknya berfoto selfie. Tak Berapa lama, makanan pesanan mereka datang. Ayam bakar dan beberapa menu lainnya tersaji di meja. Bram langsung menyantap dengan lahap, karena memang perutnya sudah lapar. Begitu juga dengan Vanessa.
Setelah selesai makan, Bram segera membayar ke kasir. Mereka kembali pulang ke rumah Vanessa. Disepanjang perjalanan, Bram ingat tadi Bimo mengangkat ponselnya apa dia tengah mengambil foto mereka? atau memang dia ada perlu lain dengan ponselnya? Ah, biarkan sajalah." batin Bram menebus rasa khawatir Itu.
Akhirnya mereka sampai di rumah Vanessa waktu menunjukkan jam 08.00 malam.
"Biarlah aku pulang agak larut, malam ini. Toh aku juga sudah kirim pesan pada Luna. Aku Masih Ingin berduaan dengan Vanessa. Bram kembali duduk di sofa. Vanessa masuk ke kamarnya.
Bram menyesap kopi yang tadi dibuatkan Vanessa. Tak Berapa lama Vanessa keluar dari kamar dengan pakaian yang tipis dan aroma parfum yang wangi ia duduk di samping Bram. Senyum dan menjatuhkan kepalanya di dada bidang Bram. Bram mendekatkan wajahnya, namun ia menghindar dan berdiri menarik kedua tangannya.
"Kita lanjutkan di kamar yuk." ucapnya dengan kedipan matanya. Bram mengangguk tersenyum.
Mereka melakukan hubungan layaknya suami istri. Toh juga sebentar lagi Bram akan menikahi Vanessa. Pikirnya saat sedang panas-panasnya.
Tiba-tiba.
Brakkkk!
Suara pintu terbuka dengan kerasnya membuat Bram kaget Bukan main, matanya membulat sempurna dan jantungnya berdegup kencang, seakan ingin lompat dari tempatnya. Saat tahu siapa yang datang dan membuka kamar itu.
****
"Kamu ada ide berlian apa Desi?" tanya Luna cepat dengan rasa penasaran dan Desi kembali tersenyum.
"Kita akan menangkap basah mereka Lun." ujarnya menatap
"Caranya bagaimana?" tanya Luna yang masih bingung dengan ide Desi.
"Mas Bram biasanya pulang dari kantor jam berapa?
"Sekitar jam lima sore." jawab Luna.
"Jam lima sore kita akan ke kantor dan kita akan mengikuti ke mana Mas Bram pergi. Jika benar ia akan bertemu dengan Vanessa, kita akan menangkap basah mereka hingga mereka tak akan bisa berkilah."
Luna mengangguk, menyetujui ide Desi.
"Tapi bagaimana dengan Khairul?" tak mungkin kan, aku bawa Khairul untuk ikut serta melihat kelakuan ayahnya." ucap Luna. Desi terlihat berpikir. Bola matanya sesekali memutar ke atas mencari solusi.
Luna memang tak punya sanak saudara di sini. Luna asli dari daerah Sumatera dan ikut sama Bram ke kota Jakarta. Sedangkan kedua orang tua Bram sudah lama meninggal.
"Hmmm, Khairul kita titipkan dulu saja gimana?"ucapnya menemukan solusi.
"Hmmm, titipkan ke mana ya? Luna sejenak berpikir.
Kemudian Luna teringat kalau anak sepupu Bimo itu akrab dengan Khairul. Mereka pun kerap main bersama. Dan anak sepupu Bimo dan suaminya pun baik kepada Luna dan Khairul. Mereka pasti tak akan keberatan jika Luna menitipkan Khairul.
"Khairul kita titipkan dulu sebentar, kepada Bimo dan sepupunya. Biar dia main bersama di sana. Anak sepupu Bimo seumuran dengan Khairul dan Meraka akrab." jawab Luna atas pertanyaannya sendiri.
"Okey, kita akan jalan nanti."Luna mengangguk.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments