Tanpa pikir panjang lagi. Luna raih kunci motor dan melajukan motornya menuju kantor di mana suaminya bekerja. Jabatan yang lumayan tinggi diberikan Paman Luna, itu membuat Bram gelap mata. Dan ia sudah berani bermain api. Padahal Ia tidak mengetahui siapa yang membuat dirinya memiliki jabatan di kantor itu. Kalau bukan Luna, pamannya tidak akan mengangkat Bram sebagai kepercayaan di sana.
Setelah tiba di kantor, berharap Luna menemui Bram dan wanita bernama Vanessa itu di sana. Luna langsung mengendarkan pandangannya Begitu sampai di parkiran. Namun, Luna tak melihat mobil milik Bram terparkir di sana. Itu artinya Bram sudah pulang dari kantor. Dengan langkah cepat luna memasuki kantor suaminya. Tak sedikit pengorbanan dan perjuangan yang diberikan Luna agar pamannya mempercayakan Bram bekerja di kantornya.
"Rini! Pak Bram ada di ruangannya?
tanya Luna pada Rini salah seorang pegawai di bagian resepsionis. Wanita berparas ayu itu tersenyum menampakkan deretan gigi putih yang tertata rapi.
"Selamat sore Ibu Luna, Pak Bram sudah pulang sekitar 30 menit yang lalu." jawabnya dengan senyuman ramah tersungging di bibirnya.
"Mas Bram pulang sama siapa Rini?
dan pergi ke mana kok pulangnya cepat bangat? tanya Luna beruntun karena diliputi perasaan yang makin tak menentu.
"Pak Bram pulang lebih awal Bu, Saya kurang tahu mengapa Pak Bram pulang lebih awal hari ini. Beliau tak titip pesan apapun sama saya bu." jawab Rini antusias sepertinya menangkap ada sedikit kegundahan pada ekspresi luna.
"Terima kasih Rini, Saya mau ke dalam sebentar."
"Iya Bu Luna," silakan.
Luna berjalan menuju ke ruang kerja Bram ia melihat kiri dan ke kanan. Semuanya masih sama seperti dulu waktu Luna sering ke sini. Sekarang memang Luna lebih banyak waktu di kantor dan mengurus rumah bersama Khairul.
"Mbak Luna!" seseorang memanggil Luna. seketika Luna membalikkan badan mencari sumber suara.
"Bimo!" sahut Luna saat melihatnya, tersenyum ke arah luna.
"Lama nggak mampir ke sini Mbak, gimana mbak sehat? tanya Bimo menghampiri Luna yang tengah berdiri di depan pintu ruangan Bram. Bimo ingin pulang, tetapi karena melihat sosok Luna masuk ke ruang kerja Bram sehingga dia menghampirinya.
"Alhamdulillah Mbak, sehat. Kamu gimana sehat? Oh iya emak di rumah gimana kabarnya?" tanya Luna kepada lelaki yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri.
Bimo anaknya ibu Maryam. Beliau dulu tetangga Luna saat masih tinggal di rumah kontrakan, sebelum Bram membeli rumah di salah satu komplek perumahan. Mereka dulu masih ngontrak dan ibu Maryam ini yang sudah luna anggap seperti ibunya sendiri.
Karena beliau begitu baik dan selalu memberikan nasehat layaknya anak sendiri, Waktu itu Bimo masih duduk di bangku SMA. Setelah Bimo lulus SMA, Ia meminta Luna untuk merekomendasikannya bekerja di perusahaan Paman Luna.
"Alhamdulillah emak sehat Mbak, malah sering nanyain Mbak loh." ujarnya
"Oh ya, nanti kapan-kapan Mbak main ke rumah emak ya." ucap Luna tersenyum di balas anggukan oleh Bimo.
"Mbak mau ke ruangan Mas Bram, ngapain? Mas Bram nya sudah pulang lebih awal hari ini."
"Iya, tadinya mau ketemu sama Mas Bram tapi kata Rini sudah pulang lebih awal jadi aku pengen masuk aja sebentar ke ruang Mas Bram. Eh, kamu tahu nggak Mas Bram pergi ke mana? kok dia cepat pulang hari ini"
"Ada sedikit kegelisahan terlihat di raut wajah Bimo. Luna yakin pasti dia mengetahui sesuatu tentang ini.
Bimo menarik nafas panjang.
"Hmmm....,Mbak sejujurnya sudah lama Ada yang ingin aku sampaikan sama Mbak Luna,"ucap Bimo membuat kening Luna berkerut.
"Apa itu Bim?"tanya Luna serius
"kayaknya nggak enak kalau kita bicara di sini Mbak, khawatir nanti ada yang Mendengar pembicaraan kita,"tukas Bimo. Sepertinya memang lebih baik Luna dan Bimo bicara di luar.
"Okey Bim, kita bicara di luar ya. Mbak mohon kamu ceritakan semuanya sama mbak. Sekarang Mbak mau pulang dulu, kita ketemu di cafe dekat rumah mbak saja ya. Nanti Mbak akan kabari kamu Kalau Mbak sudah sampai di sana."ucap Luna kepada Bimo yang dibalas anggukan dari Bimo.
Luna melangkah keluar dari kantor, Luna mengendarai motor matic milikinya. Segera kembali ke rumah sebelum dirinya bertemu dengan Bimo. Kembali di salah satu cafe yang lokasinya tidak jauh dari komplek perumahan yang ditempati oleh Luna.
Setelah tiba di rumah, Luna melihat putranya sudah menunggu dirinya bersama dengan Ibu tetangga. Khairul memohon kepada Luna untuk dibelikan es krim untuknya, Luna mengembangkan senyumnya.
"Kalau mau makan es krim, Ayo naik kita let's go pergi." tukas luna memberi kode agar segera naik ke jok belakangnya.
Luna melajukan kuda besinya dengan kecepatan sedang menuju Cafe dekat kompleks perumahan. Luna menggandeng tangan mungil Khairul memasuki Cafe. Dan melihat ke penjuru ruangan mencari meja yang kosong
"Mbak Luna..... Panggil seseorang yang sudah duduk di dekat sudut ruangan, ketika Luna dan Bimo mencari sumber suara itu.
"Om Bimo ma, itu om Bimo!"ucap Khairul sembari menunjuk lelaki muda yang memang sudah menunggu mereka.
"Ayo Ma, kita duduk di sana saja sama Om Bimo."Luna mengangguk dan berjalan ke arah Bimo berada.
"Hello Khairul, tos dulu dong! Ayo duduk di sini, Bimo menyambut hangat Khairul. Terlihat antusias menepukkan telapak tangannya dan duduk di samping luna.
"Om Bimo lagi ngapain di sini Om?"tanya Khairul
"Om lagi ngopi aja di sini. Bimo pasti mau makan es krim ya?" kan di sini terkenal es krimnya yang enak banget,"terlihat segelas kopi di depannya sepertinya masih utuh.
"Kok Om Bimo tahu!"
"Iya jelas tahu dong, kan Om juga suka es krim. Sebentar ya Om pesan."
Luna hanya tersenyum melihat percakapan Khairul dengan omnya. Mencoba menyiapkan hati dengan apa akan Luna dengar dari Bimo.
"Mbak! seru Bimo mengagetkan Luna.
"Iya Bim!"Bimo melirik Khairul. Ternyata sedang sibuk dengan es krim di depannya. "Ah ternyata aku melamun tadi sampai-sampai aku tak melihat pelayanan terus membawakan es krim untukku dan juga Khairul."ucap Luna sambil mengembangkan senyumnya.
"Gimana Bim, Apa yang ingin kamu ceritakan tentang Mas Bram?
"Katakanlah dengan jujur Bim."ucap Luna lirih agar Khairul Tak Mendengar obrolan mereka.
Khairul anak yang cerdas. Tak menutup kemungkinan, Ia akan sedikit paham pembicaraan mengenai ayahnya ini. Khairul masih terlalu kecil untuk mengetahui carut masalah orang dewasa.
Bimo menarik nafas panjang.
"Mbak aku sering melihat Mas Bram pergi keluar kantor untuk menemui seorang perempuan,"ucapnya hati-hati mungkin dia tak mau Luna kaget atau marah.
"Seorang perempuan yang bernama Vanessa itu?"jawab luna balik bertanya, Bimo terlihat sedikit kaget mungkin karena Luna mengetahuinya.
"Mbak sudah tahu?"
"Iya Bim, mbak sudah tahu semuanya, tapi Mbak masih ingin tahu sejauh Apa hubungan mereka. Dan sampai detik ini Mbak masih pura-pura tidak tahu di depan Mas Bram."terang Luna kepada Bimo
"Siapa sebenarnya Vanessa itu Bim?"dan di mana mereka kenal?"tanya Luna lagi.
Hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA MORATA YANG BARU TERBIT." MENJANDAKAN ISTRI DEMI JANDA"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sunarti
sedikit demi sedikit perilaku Bian mulai terbongkar
2023-03-28
1