L.O.S.E 4 - Forging Martial Arts
ARC 1 - Fall To Rise
Pertemuan tertutup itu dihadiri oleh Ratu Zhang, Penasehat Hong Zi Ran, Jendral Chi Huangshan, Jendral Wang Zhi, Jendral Jie Hung, Patriark Sekte Matahari Suci, Patriark Sekte Seribu Pedang dan beberapa pemimpin sekte menengah kebawah lainnya.
Pertemuan itu dimulai dengan pembahasan penyerangan yang dilakukan pasukan Kekaisaran Jia di wilayah selatan Kekaisaran Zhang. Hampir seluruh wilayah selatan Kekaisaran Zhang dikuasai pasukan Kekaisaran Jia kecuali wilayah yang masih dalam perlindungan Sekte Seribu Pedang.
“Mereka benar-benar keji! Membantai semua saudara dan penduduk di kediaman Bangsawan Jie! Aku tidak bisa mengampuni mereka! Aku akan memastikan mereka mati dengan menderita!” ujar Jendral Jie Hung dengan sekujur tubuh yang terlihat masih terluka.
“Yang Mulia Ratu, apakah anda sudah membaca surat dari Kaisar Jia? Dia sudah merendahkan martabat kita karena berniat menjadikan anda sebagai jaminan perdamaian kedua belah pihak!” Jendral Jie Hung melanjutkan.
“Kita tidak bisa membiarkan ini!”
Melihat kondisi Jendral Jie Hung tentu membuat semua orang berpikir jika inilah saatnya mereka mengambil tindakan untuk berperang. Perjanjian damai yang dilakukan oleh ketiga kekaisaran di Benua Bulan Merah telah dihancurkan Kekaisaran Jia dan tidak ada salahnya jika mereka melakukan hal yang sama.
“Jika dilihat dari rute penyerangannya, maka selanjutnya yang menjadi target adalah Benteng Angin Utara, wilayah Bangsawan Chi...” Patriark Sekte Matahari Suci menanggapi.
“Tetapi Kaisar Jia benar-benar menunjukkan jati diri yang sebenarnya! Tujuan mereka adalah Yang Mulia Ratu dan mereka sudah berani melakukan tindakan berdarah terlalu jauh! Yang Mulia Ratu berikan arahanmu!” ujar Patriark Sekte Matahari Suci.
“Kami Sekte Matahari Suci siap bertarung melindungimu dan tanah kekaisaran ini!”
Melihat semua orang yang mendukungnya telah bertekad, akhirnya Zhang Xue memberitahu kepada semuanya tentang ancaman Kaisar Jia kepada dirinya dari jauh-jauh hari.
Zhang Xue menjelaskan tentang teknik kultivator kuno yang pernah melegenda dimasa lalu yakni Gulungan Seni Naga. Konon orang yang mempelajari dan dapat menguasai Seni Naga maka Qi dalam dirinya tidak terbatas.
“Gulungan Seni Naga? Aku belum pernah mendengar ini...” ujar Patriark Sekte Matahari Suci.
“Jika benar orang yang menguasainya dapat memiliki Qi yang tidak terbatas dari langit dan bumi, maka semuanya semakin jelas bukan, Saudara Chi?” sahut Patriark Sekte Seribu Pedang.
“Yang Mulia Ratu, jadi dimana sekarang Gulungan Seni Naga itu?” Jendral Jie Hung bertanya dengan antusias.
Zhang Xue menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Sebelum Ibuku meninggal, beliau berkata padamu jika Ayahku lah yang membawa gulungan tersebut. Sejak kecil aku tidak pernah melihatnya sampai saat ini...”
Melihat Zhang Xue nampak bersedih, Hong Zi Ran akhirnya melanjutkan apa yang ingin Zhang Xue sampaikan.
“Mari kita akhiri pertemuan ini dan persiapkan semua pasukan! Kita akan pergi ke selatan dua hari lagi!”
“Pertemuan selesai!”
Hari itu Zhang Xue tidak menyadari angin perubahan yang terjadi. Kaum bangsawan yang serakah dan para kultivator yang berambisi tunduk dibawah kekuasaannya, namun semua itu berkat apa yang dilakukan mendiang Kakeknya dimasa lalu.
Sekarang mereka bergerak tanpa menyadari adanya seorang pengkhianat yang bersembunyi. Selepas pertemuan itu semua orang memberikan penghormatan kepada orang-orang dari keluarga Bangsawan Jie dan penduduk di wilayah selatan yang menjadi korban pembantaian.
“Xuexue, sepertinya apa yang dikatakan Penatua benar apa adanya,” ucap Hong Zi Ran saat menemani Zhang Xue pergi ke pemakaman.
“Jika benar maka orang yang menjadi musuh kita adalah orang yang sama yang telah membunuh Kakak Shui.”
“Benar, mereka adalah orang yang telah membuat Saudari Penatua mati.”
Apa yang Hong Zi Ran maksud merujuk pada kejadian sepuluh tahun lalu saat Ibu Zhang Xue terbunuh dan terbantainya ratusan kultivator wanita dari Istana Rembulan oleh seorang pria yang mencari Gulungan Seni Naga.
Saat itu Zhang Xue masihlah seorang bocah seperti Shu En. Zhang Xue mengingat dengan jelas bagaimana sosok orang yang menyerang Istana Rembulan sepuluh tahun lalu. Jika bukan karena sosok pria misterius sudah dipastikan saat itu semua anggota Istana Rembulan mati.
Mengingat itu membuat wajah Zhang Xue memucat begitu juga dengan Hong Zi Ran. Sementara itu disisi lain Shu En yang sedang dalam perjalanan menuju wilayah utara Kekaisaran Zhang tidak mengalami gangguan yang berarti.
Hanya butuh sekitar dua hari lagi untuk sampai di kediaman Sekte Matahari Suci. Shu En menghabiskan waktu dengan membaca beberapa kitab pemberian Hong Zi Ran dan menikmati pemandangan.
Akhirnya Shu En bersama rombongan kereta kuda yang mengawalnya telah sampai di Sekte Matahari Suci. Disana Shu En disambut dengan kehadiran Jendral Chi Huangshan yang tiba lebih dulu karena kemampuannya.
Disamping Jendral Chi Huangshan terlihat seorang kakek tua yang berdiri. Kakek tua itu merupakan Patriark Sekte Matahari Suci sekaligus ayah kandung Jendral Chi Huangshan yang datang untuk menyambut Shu En.
“Apa menyenangkan perjalanannya En‘er?” tanya Jendral Chi Huangshan.
“Tidak, sama sekali tidak menyenangkan. Jika aku dapat berkultivasi maka semuanya menjadi mudah,” jawab Shu En menggerutu kesal.
“Hahaha! Jangan kecewa seperti itu! Kau sudah sampai di sini! Kau akan berlatih dibawah bimbingan Ayahku!” Jendral Chi Huangshan menepuk punggung Shu En dan tertawa.
Shu En menatap kakek tua yang berdiri itu dan tersenyum canggung, lalu dengan sopan ia menyapa sebelum akhirnya kakek tua itu memperkenalkan diri.
“Shu En, selamat datang di Sekte Matahari Suci. Aku sudah mendengar banyak tentangmu. Marilah masuk, aku akan membantumu mencari metode penyembuhan untuk titik meridianmu.”
Deg!
Seketika jantung Shu En serasa berhenti berdetak. Kakek tua itu terlihat memiliki jawaban atas apa yang ia alami selama ini. Dengan gembira Shu En masuk kedalam kediaman Sekte Matahari Suci dan mengikuti kakek tua itu menuju Paviliun Pedang Matahari.
Sesampainya di Paviliun Pedang Matahari, Shu En disuguhi makanan lezat sebelum akhirnya kakek tua itu mengajak Shu En masuk kedalam ruang bawah tanah yang ada di Paviliun Pedang Matahari.
“En‘er, apa kau ingin mengetahui jawabannya?” Kakek tua tersebut menatap Shu En dengan sorot mata tajam.
Shu En menelan ludah sebelum menjawab, “Murid... Murid? Junior... Junior ingin sekali mengetahuinya!”
“Kalau begitu, bertarunglah denganku! Aku ingin mengetahui seberapa kuat tekadmu itu!”
Seketika aura disekitar Shu En menjadi tenang. Semilir angin mulai menerpa tubuhnya dan secara perlahan menjadi suasana yang mencekam.
“Aku tidak akan menggunakan Qi ataupun teknik kultivator. Kita akan bertarung dengan tangan kosong.”
Setelah berkata demikian, kakek tua tersebut menyerang Shu En. Sebuah tendangan yang bertenaga hampir mengenai kepala Shu En, namun Shu En dengan gesit menghindar.
“Hooh... Bagus, kau memiliki reflek yang bagus.” Kakek tua itu tersenyum lalu melancarkan serangan beruntun.
Shu En kewalahan menerimanya dan berakhir dengan sebuah tendangan telak yang masuk mengenai ulu hatinya dan membuat Shu En kesulitan bernafas.
“Kau seperti ayam yang sekarat, tapi tidak buruk.”
Lalu Kakek tua itu tersenyum ramah dan beranjak menolong Shu En yang hampir pingsan karena tendangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Semoga Shu Er ? Meridia dan Segelnya bisa terbuka
2024-06-17
0
kenta jaya
ayo/Sleep/
2024-06-09
0
Ibad Moulay
Urraa
2023-03-14
1