KEBETULAN Mal dekat kampus lama mereka tak terlalu ramai.
Suasana terasa lebih menyenangkan. Lapang di segala sudut, tanpa kerumunan dan hiruk-pikuk yang berlebihan. Gea dan Mia bisa berjalan dengan leluasa.
"Ke mana dulu nih?" tanya Gea.
"Langsung ke arena skating aja. Lama gak main, berat. Masih lancar gak ya gue mainnya?" Ujar Mia.
"Memang di London sama sekali gak sempat atau gimana?"
"Gak sempat tahu! Bokap gue ngasih pekerjaan segunung! buat napas aja gue susah. Lo sendiri masih sering main kemari? Ama siapa?” Mia balik bertanya.
"Gue? Ama siapa sih buk gue kemari????? Kagak punya kawan mah gue! Ogah main skating sendirian! Kayak orang bego!” Jawab Gea.
“Ya siapa tahu kan, lo ke sini ama seseorang.” Goda Mia dengan lirikan mata khas nya.
"Seseorang Siapa?" Gea bingung dengan apa yang Mia maksudkan.
Mia tersenyum penuh arti. "Idih! Sok gak inget banget! Itu sih Robert, maksud gue." Ujar
Gea mengernyit."Loh, kok jadi ngomongin dia sih."
Perbincangan mereka terputus karena ternyata saking asik nya ngobrol mereka telah sampai di pintu masuk arena bermain skating.
Mereka segera ke loket untuk membayar tiket main, kaus kaki, dan juga koin loker.
"Soalnya pas di mobil tadi gue lihat lo serius banget liatin kampus kita sambil pegangin tu cincin yang melingkar di jari lo. Lo kangen ya ama doi?" Goda Mia lagi.
"Ah, masa?" Kedua alis Gea terangkat, tak sadar tangan nya kembali meraba memutar- mutar cincin di jari manis nya.
"Itu dari Robert, kan?" tanya Mia.
"Ini? Hmm...iya sih! Tapi bukan berarti gue kangen ya! cuma keinget aja karena kita mau ke sini. Pas lihat kampus teringat aja ama dia." Kilah Gea.
Mia angguk- angguk bego lalu nyeletuk, "tapi aneh juga sih Robert! Tiba-tiba pergi dan bilang kalian gak bisa komunikasi lagi dalam bentuk apa pun. Dia pikir ini novel, atau sinetron, ya?" katanya sambil menggeleng-geleng dan berdecak.
Gea mengangkat bahu. "Auh ah lap! Suka-suka dia lah. Dulu día cuma bilang dia akan minta cincin ini lagi suatu saat jika kami bertemu lagi tapi seperti nya kami gak akan pernah bertemu lagi deh." Jawab Gea pesimis. Bagaimana dia bisa bertemu lagi dengan Robert kalau dia sendiri akan segera angkat kaki dari kota itu.
"Jadi lo memang belum ada ketemu ama dia sejak satu tahun yang lalu?"
"Belum. Gue cuma tahu dia pindah ke Boston,," Gea menghela napas. "Gue gak tahu apa sekarang dia masih di sana atau gak." Jawab Gea jujur.
Sebenarnya mudah saja bagi penyihir seperti Gea untuk mencari tahu dimana keberadaan Robert.
Tapi satu kali saja di dalam hidup nya, Gea ingin jatuh cinta seperti manusia pada umum nya.
Tidak ada campur tangan magic di sana.
"Sebenarnya kalian dulu sedekat apa sih? Gue, nya tahu lo berdua sering pergi bareng diam- diam biar gak kami ganggu. Kalian cuma temenan, atau udah-"
"Apa sih malah ngomongin Robert?" potong Gea sambil bangkit berdiri, sudah mengenakan sepatu skate.
"Kita mau skating, bukan rumpiin si Robert. Yuk, ah!"
Mia bangkit lalu menyusul Gea ke arena.
Beberapa dari peseluncur tampak sedang kursus didampingi pelatih.
Gea tiba di permukaan es dan langsung meluncur dengan anggun.
Angin menerpa rambutnya. Dan hawa dingin arena es membawa memorinya kembali ke masa lalu.
Kurang lebih setahun lalu, tempat inilah yang mempertemukannya dengan Robert.
Gea pertama ke sini pada tahun pertama nya di bangku kuliah, mengikuti kursus skate karena ngambekan dengan kedua tante nya yang mengajak nya untuk tinggal di kota lain.
Alasan pindah nya sih crusial karena ternyata tetangga mereka dulu yang pernah tinggal di kota mereka sebelum nya malah menjadi rektor di kampus nya Gea. Kan bisa berabe kalau tanpa sengaja mereka bertemu dengan tetangga mereka itu.
Pasti akan sangat ganjil kelihatan nya kalau si tetangga melihat wajah Gea. Oke lah wajah dan nama tante nya sudah beda. Tapi kan wajah nya Gea sama. Kalau tu tetangga ingatkan berabe.
Ya masa mau bilang, “masa iya pak? Mungkin kebetulan wajah keponakan kita mirip dengan wajah tetangga bapak sekeluarga!” Kan srimulat aja!
Memang sih, mereka bisa saja menghapus ingatan orang- orang yang mereka inginkan. Tapi tetangga nya yang satu itu sudah empat puluh sembilan kali mereka reset ingatan nya. Kalau sempat satu kali lagi mereka reset di jamin bisa gila tu orang mereka buat.
Oleh karena itu lah mereka memutuskan untuk pindah kala itu. Tapi siapa sangka malah bertemu lagi di kota ini. Ini lah yang dikatakan benar- benar sebuah takdir.
Sambil meluncur pelan dan menikung, Gea tersenyum tipis. Ingatannya melayang kembali ke hari itu, saat pertama kali dia bertemu Robert...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Chania
gpp x kk upe...yg k 50 tu tetangga d reset
2023-03-25
2
Apit Latif
hadir kak upe
2023-03-07
2
Umi Tum
makin seru .....lanjuut kak ....💪🤗
2023-03-04
2