Bab 3

"Iya dong, membujuk anak kecil itu mudah, tetapi yang sulit itu membujuk orang dewasa kalau sedang merajuk itu yang sulit. Hehe..." Amel tertawa cengengesan.

"Kamu kalau merajuk susah ya membujuknya?" tanya Radit.

"Hah? Nggak tahu, karena selama ini tidak pernah ada orang yang membujuk saat aku menangis atau bersedih. Bahkan aku tidak pernah merasakan nyamannya bahu seseorang," jawab Amel yang membuat Radit heran.

"Apakah kamu tidak mempunyai saudara? Apakah kamu anak tunggal?" tanya Radit kembali. Pria itu penasaran tentang kehidupan calon istri dadakannya.

"Ya, aku hanya anak tunggal." Amel berbohong tentang kehidupannya. Ia merasa minder dengan Pria baik itu. Sementara hidupnya tidak jelas. Sebenarnya ia menyimpan rasa cemas, bagaimana jika suatu saat Radit mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

Tetapi Amel sudah terlanjur melabuhkan perasaannya pada Pria itu. Amel sudah siap menanggung resiko bila suatu saat Radit mengetahui dan meninggalkan dirinya. Setidaknya dia pernah memberikan hatinya pada orang yang dicintai.

"Amel, besok kita urus dokumen nikah ke KUA ya. Aku minta izin untuk tidak ke RS," ucap Radit yang ingin menikahi Amel secara sah dimata hukum dan agama.

"Baiklah. Apakah orangtua Mas Radit sudah tahu tentang pernikahan kita?" tanya Amel, karena Amel tidak melihat siapapun dirumah itu selain ayah dan anak itu dan para Art.

"Papa dan Mamaku sudah meninggal. Aku juga anak tunggal sama sepertimu. Ada saudara tetapi jauh di pulau Jawa. Tetapi nanti aku akan memberi kabar kepada mereka saat tanggal pernikahan kita di tentukan," jelas Pria itu.

Amel hanya mengangguk paham. Walaupun kedua orangtua Radit sudah meninggal, tetapi dia tahu dari garis keturunan keluarganya. Sudah tentu mereka dari orang baik dan berakhlak, contohnya Pria itu menjadi pribadi yang baik dan sangat sopan, dan juga penuh kelembutan. Berbeda dengannya yang tak pernah tahu asalnya entah dari keluarga seperti apa, sehingga hidupnya terjerumus ke dunia hitam.

Cukup lama mereka duduk ngobrol cukup banyak yang mereka bahas, sehingga merembes pada wanita yang membuat Radit patah hati.

"Siapa sih wanita cantik yang beruntung dicintai Pria baik seperti Mas Radit?" tanya Amel menatap wajah tampan disampingnya. Terlihat Pria itu memalingkan muka dengan perasaan entah saat wanita itu disinggung kembali.

Radit hanya menghela nafas dalam, dia tak berminat untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan Amel.

"Kok diam, Mas?" tanya Amel masih penasaran.

"Aku rasa tidak perlu menjelaskan, karena itu akan menjadi masalalu. Mulai sekarang mari sama-sama belajar membuka hati," jawab Radit tenang.

Hatiku sudah terbuka saat pertama kali kita bertemu, Mas. Aku sudah jatuh cinta padamu.

"Maaf bila pertanyaan aku membuat mood Mas Radit rusak. Baiklah, aku janji tidak akan pernah menanyakan hal itu lagi," balas Amel tersenyum manis.

"Hmm, baiklah, aku masuk dulu ingin mandi." Radit beranjak meninggalkan Amel yang masih duduk di bangku taman belakang.

Sepertinya sikap Pria itu masih dingin. Mungkin hatinya belum bisa terlepas dari wanita yang sudah menempati hatinya yang selama ini kosong setelah sang istri meninggal dunia. Radit baru bisa membuka hatinya setelah bertemu dengan Arumi, yaitu perawat pendampingnya di RS. Namun,wanita itu sudah mencintai lelaki lain dan juga sudah melangsungkan pernikahan sebelum Radit sempat mengungkapkan perasaannya pada wanita itu.

Kini Amel hadir secara tiba-tiba dalam hidupnya, meskipun pertemuan mereka karena suatu kesalahan satu malam. Radit sudah berniat akan mencoba membuka hatinya untuk Amel. Ditambah Rafif juga sudah mulai nyaman bersama Amel.

Ya, bagi Radit kenyamanan Putranya lebih penting, sebab Radit sudah berjanji dalam hati bila dirinya menikah lagi, maka dia akan mencari wanita yang bisa menyayangi sang anak dengan sepenuh hati.

Satu minggu berlalu, kini persiapan pernikahan mereka sudah selesai. dua hari kedepan mereka akan melangsungkan akad dan resepsi sederhana, namun cukup elegan. Itu sudah mereka sepakati, tak ingin mengadakan resepsi besar, cukup sederhana tetapi berkesan.

Malam ini setelah makan malam, pasangan itu bercengkrama bersama bocah kecil itu diruang keluarga. Rafif sudah begitu menyayangi Amel. Selama satu minggu ini Amel begitu menikmati perannya sebagai seorang ibu pengganti untuk bocah kecil yang menggemaskan itu.

Amel benar-benar sudah meninggalkan dunia kelamnya. Wanita itu sudah menghapus semua aplikasi yang selama ini ia gunakan untuk mencari pelanggan. Amel juga menghapus semua sosial medianya dan menukar ponsel dengan yang baru. Ia benar-benar ingin terlepas dari masalalu kelamnya, karena sekarang ia sudah menemukan masa depan yang akan membawanya menuju bahagia.

"Tuan, di depan ada tamu yang mencari," ucap Bibik pada Radit.

"Ah, baiklah. Mel, aku tinggal sebentar ya," pamit Pria itu pada calon istrinya.

"Ya, Mas." Amel kembali menemani bocah itu bermain dan juga bercerita.

"Hai, Vin! Tumben malam-malam kesini, ada apa?" tanya Radit mempersilahkan tamunya untuk duduk.

"Yaelah, kamu tidak senang aku datang kesini?"

"Haish! Bukan tidak suka Bro. Hanya heran saja, kan biasanya kamu tidak pernah datang malam," balas Radit menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Aku kesini ingin membahas tentang pekerjaan kamu besok yang harus aku handle. Tadi mau aku tanyain di RS tidak sempat.

"Hmm, baiklah. Tadi ada tiga orang pasien aku yang tidak sempat aku periksa karena harus menjalani pemeriksaan lanjut. Dan dua orang harus dirujuk ke ahli bedah. Tetapi, tadi aku sudah jelaskan pada perawatku yang bertugas besok. Kamu bisa minta jadwal pasien yang tadi terpending," jelas Radit pada temannya yang juga seorang Dokter.

Dr Alvin juga seorang Sp, PD. Dia yang akan mengambil alih pekerjaan Radit, karena besok lusa Pria itu akan menikah, jadi Radit sudah mengambil cuti selama lima hari.

"Baiklah, akan ku urus besok. Kalau ada yang tak aku pahami, harap nomormu selalu aktif," ucap Alvin.

"Oke, nomorku selalu aktif dua puluh empat jam."

"Rafif, ayo tidur Sayang!" panggil Amel sembari mengejar bocah kecil itu yang masih berlarian.

"Nanti saja tidurnya, Tante, aku mau tidur dengan Papa!" seru bocah itu berlari menyongsong sang Papa yang sedang ngobrol di ruang tamu.

"Kenapa, Sayang?" tanya Radit segera membawa bocah itu duduk di pangkuannya.

"Rafif belum mau tidur, Mas, aku sudah..."

"Amelia? Benar kamu Amel 'kan?" tanya Alvin yang membuat Amel menghentikan ucapannya.

Ya, Alvin adalah salah satu pelanggan yang sering menggunakan jasanya. Amel terpaku, lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Radit menatap Amel dan Alvin secara bergantian.

"Ya tentu saja kenal. Gila ya kamu. Udah mau nikah masih saja jajan diluar. Apakah kamu tidak takut ketahuan dengan calon istrimu?" tanya Alvin tersenyum sembari ngeledek teman sejawatnya.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Amaracinta

Amaracinta

sialvin bibir jabir 😏

2023-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!