RIC ° Bab 17

Wajah Mazaya kali ini benar-benar membuat Della dan temannya syok. Wanita yang biasanya menunduk takut, kini menatap mereka dengan senyum menyeringai yang terlihat mengerikan.

Namun, bukannya menyerah, asisten rumah tangga bernama Della itu sama sekali tidak mau mundur. Dia balas mendorong tubuh Mazaya, berharap agar wanita itu jatuh tersungkur. Sayangnya, Mazaya berhasil menahan serangan itu.

“Mazaya yang tidak tahu diri. Suami mana yang kamu maksud?” tanya Della dengan tawa yang terdengar mengejek.

“Arnold Dave Mahendra, Tuan Muda sekaligus pemilik rumah ini adalah suamiku yang sah. Sedangkan kamu siapa? Pelayan rendahan, berani sekali menantang majikan!” balas Mazaya tak kalah sinis.

Kakek Arnold mendengar keributan di dapur dan mengintip apa yang sedang terjadi. Lalu, dia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana cara Mazaya melawan Della yang merupakan pelayan kesayangan Arnold.

Mata Della membulat sempurna saat Mazaya berani bertanya tentang statusnya yang seolah telah merendahkan dirinya yang hanya seorang pelayan.

“Aku? Aku tidak hanya pelayan untuk Tuan Arnold. Tapi, aku teman masa kecil, sekaligus orang kepercayaan Tuan Arnold di rumah ini!” balas Della tanpa ragu.

Dia merasa di atas awan karena tumbuh bersama dengan Arnold dan laki-laki itu juga tidak pernah memandangnya sebelah mata hanya karena status. Oleh karena itulah, Della merasa Arnold akan lebih mendukungnya daripada Mazaya, istri yang Arnold benci.

“Auh, aku takut!” kata Mazaya sambil menutup mulut dan wajahnya dengan ekspresi ketakutan yang dibuat-buat. Wanita itu justru semakin mengejek Della yang tak tahu diri. “Sayangnya, aku nggak ada waktu buat meladeni kamu, soalnya suamiku minta dibikinin kopi, em mungkin sebentar lagi minta dipijitin kali ya!”

Della hendak menyerang Mazaya karena rasa kesalnya, tapi dengan sigap Mazaya mencekal tangannya. “Nggak perlu bertindak anarkis!” Mazaya mendorong tubuh Della hingga jatuh dan bersimpuh di kakinya.

“Kamu bukan lawan yang sepadan buatku. Kalau kamu memang sepadan, coba rayu Arnold di depan mataku, dan katakan padanya untuk menceraikanku. Aku akan tunduk dengan pelayan sepertimu kalau kamu berhasil!” sentak Mazaya sebelum akhirnya mendorong tubuh Della dan memerintahkan temannya untuk membawa wanita itu pergi dari dapur.

Kakek Arnold yang melihat keberanian Mazaya dari kejauhan, akhirnya muncul untuk menghentikan keributan. Benar saja, Della langsung melarikan diri begitu kakek Arnold muncul.

“Ada apa, Mazaya?” tanya kakek Arnold yang sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi.

Mazaya tentu sangat terkejut karena kemunculann sang kakek mertua yang tiba-tiba menghampirinya di dapur.

“Nggak ada apa-apa, Kek!” Mazaya berusaha tersenyum sebisanya tanpa menimbulkan kecurigaan.

“Oh, syukurlah. Kakek kira mereka kurang ajar sama kamu!”

Mazaya akhirnya selesai membuatkan kopi untuk Arnold. Wanita itu dengan hati-hati membawanya ke kamar untuk diberikan pada Arnold.

“Besok-besok, minta Della aja yang bikin kopi, sama masakin kamu!” kata Mazaya saat meletakkan kopi di depan suaminya.

Kening Arnold pun berkerut mendengar usulan istrinya itu. Dia menatap sang istri dengan sorot mata kebingungan. “Kenapa? Kamu nggak mau melayani aku? Bukankah kamu sudah menghabiskan uangku untuk salon kecantikan itu?” tanya Arnold mulai salah paham.

Mazaya mencondongkan tubuhnya ke depan, sehingga posisinya kini menjadi sangat dekat dengan Arnold. “Bukan begitu! Cuma, sepertinya dia tidak suka kalau kamu makan dan minum hasil karya tanganku sendiri. Yang tadi mengadu dapur berantakan juga dia, ‘kan?”

Mazaya kembali memundurkan tubuhnya dan berbalik badan meninggalkan Arnold. Dia duduk di tepi kasur karena sofa yang menjadi tempat tidurnya, kini dipakai oleh Arnold.