Syafiyah masih dalam kondisi traumatik. Ia menangisi nasibnya yang tak dapat disangkanya akan berubah menjadi seperti ini.
Ia meringkuk dengan Kaki yang masih berbalut perban.
Satria memeluknya, memberikan kekuatan yang untuk Syafiyah agar sabar menghadapi ujian hidup yang saat ini sedang dijalaninya.
"Bersabarlah, Sayang.. Aku akan mencarikan kaki palsu terbaik untukmu, agar Kamu dapat kembali berjalan normal" ucap Satria, sembari mendekap tubuh Syafiyah yang terguncang karena masih tersedu-sedu.
Syafiyah tidak menjawab ucapan suaminya. Ia masih belum dapat menerima kenyataan yang ada.
"Aku akan berusaha untuk membuat Kaki kirimu kembali berfungsi" ucap Satria mencoba memberikan sugesti kepada Syafiyah.
Namun wanita itu masih terus saja menangis dan tak menghiraukan segala ucapan Satria.
Bagaimana mungkin Ia dapat bersabar, jika kenyataannya Ia tidak dapat berjalan normal dan mengalami kelumpuhan.
Ia merasakan jika tulang ekornya seperti tidak dapat digerakkan, haruskah Ia mengalami kelumpuhan seumur hidupnya?
Jika menggunakan kaki palsu dan dapat berjalan menggunakan sebelah kakinya itu adalah hal yang mungkin dapat ditoleransi.
Namun Ia merasakan jika tulang ekornya terasa tidak dapat digerakkan dan sangat lemah. Ia begitu panik.
Maka timbul penyesalan dihatinya, jika selama ini telah begitu mengabaikan suaminya. Ia selalu ogah-ogahan melayani suaminya, alasan karena lelah bekerja.
Dan kini Tuhan sedang menghukumya dwngan tidak dapat bekerja sama sekali dan juga tidak mampu melayani kebutuhan suaminya.
Sesaat Mala datang menjenguk. Ia mengahampiri sang menantu, lalu membawkan makanan kesukaan Syafiyah dan mencoba untuk menyuapkannya.
Syafiyah merasa malu akan kondisinya saat ini, dan juga merasa menjadi menantu yang tidak berguna.
"Maafin Fiyah, Bu" ucap Syafiyah dalam isakannya.
Sesaat Mala memberikan seulas senyum tulus. "Tidak ada yang perlu di sesalkan, apalagi meminta maaf yang bukan atas kesalahan Kamu. semua sudah terjadi, dan Kamu harus tegar" ucap Mala mencoba menguatkan.
Syafiyah tersenyum kecut, Ia merutuki nasibnya yang malang.
*****
Seminggu berlalu. Syafiyah terbaring diranjangnya tanpa mampu berbuat apa-apa.
Sesekali Ayahnya datang menjenguk, dan memberikan semangat kepadanya.
Dengan kesabaran Satria mengurusinya, dari mulai memandikan, memakaikan pampers dan mengganti pakaiannya.
Setelah kejadian kecelakaan itu, tiba-tiba Mirna datang berkunjung, dan menjenguk Syafiyah.
Mala menyambut gadis itu dengan senang. Sudah lama Ia tidak bertemu Mirna saat setelah Mirna dipindahkan jauh diujung tepi hutan.
Namun Mirna juga bingung dengan apa gadis itu bisa sampai kerumahnya. Jika berjalan kaki, itu adalah hal yang mustahil. Sebab menempuh perjalanan sejauh 14 km dari rumah Mala kerumah gadis itu.
Mala mengetahui cerita dari Satria, Jika Mirna yang pertama kalinya menemukan Syafiyah terjepit badan mobil dan juga menolongnya.
Mala mengetuk pintu kamar, dan memanggil Satria.
Satria membuka pintu, dan tersentak kaget melihat kedatangan Mirna yang tiba-tiba sudah berada didepan pintu kamarnya.
Kejadian tempo hari membuat Satria merasa gugup dan kaku.
Mala menjelaskan jika Mirna ingin menjenguk Syafiyah. Lalu Satria yang masih merasa malu atas tindakannya saat itu merasa serba salah. Lalu Ia mempersilahkan Mirna untuk masuk kedalam kamar dan menemui Syafiyah.
Mala meninggalkan mereka, lalu mengerjakan pekerjaan rumahnya yang dibantu oleh seorang asisiten rumah tangga.
Mirna berjalan melenggang mengahampiri Syafiyah yang terbaring lemah di ranjang.
Cara berjalan gadis itu membuat sesuatu dibawah sana yang merupakan milik Satria tersa berdenyut.
Pria itu menggelengkan kepalanya, dan memilih meninggalkan kedua wanita itu untuk menuju dapur dan mengambil minum.
Satria berusaha keras untuk tidak terlalu dekat dengan gadis itu. Ia menyadari jika pesona Mirna bisa membuat pertahanan imannya oleng, maka Ia lebih baik menghindarinya.
Hanya melihat gadis itu berjalan saja sudah membuat senjatanya berdenyut, apalagi harus terus berada disisinya.
"Mirna kemana, Sayang" Tanya Mala yang sedang memotong kentang dan wortel. Sepertinya Mala akan membuat sup daging.
"Dikamar, Bu.. Sedang bersama Syafiyah" jawab Satria singkat. Lalu meneguk air minumnya dengan cepat.
Namun Ia tak juga bernjak dari duduknya, Ia menunggui Mala yang sedang memasak.
"Ibu masak apa?" tanya Satria penasaran.
"Sup daging, biar Syafiyah selera makan" jawab Mala sembari menyeselaikan potongan wortel terakhirnya. Lalu mencucinya bersih dan memasukkan kedalam panci yang sudah berisi daging rebus dan bumbu lainnya.
"Mirna juga menyukai sup daging" ucap Satria keceplosan.
"Benarkah? Mengapa Kamu bisa tahu. Nanti kita ajak makan bersama sekaligus" ucap Mala sembari mengaduk supnya.
"Emm.. Ia, Dia yang pernah bilang begitu" jawab Satria berbohong. Tidak mungkin Ia mengatakan jika Ia sering mengunjungi gadis itu.
"Oo..begitu. Ini supnya sudah matang, mari kita makan bareng, nanti minta tolong antarkan sup ini sesudah makan ke Pak Bayu, Ya" pinta Mala kepada Satria.
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya. Papa tirinya itu sedang menyelesaikan proyek propertinya.
Panggil Miran kemari, tetapi kamu suapin Syafiyah terlebih dahulu" titah Mala, lalu mengambil nampan, dan meletakkan semangkuk sup, piring dan srndok, juga semangkuk kecil nasi.
"Bawalah, beri makan istrimu terlebih dahulu, nanti Kita makan bersama" ucap Mala, lalu memberikan nampan berisi makanan tersebut kepada Satria.
Seminggu ini Satria sudah terbiasa melakukan pekerjaaan ini, dan mejadi pekerjaan yang dilakoninya.
Satria memasuki kamar, melihat Syafiyah dan Mirna sedang bercanda dan terlihat Syafiyah sedang tersenyum untuk pertama kalinya semenjak Ia mengalami kecelakaan.
Satria membawa nampan berisi makan siang Syafiyah. Ia ingin menyuapi Syafiyah, lalu duduk ditepian ranjang, dan tak jauh dari posisi Mirna.
Satria berusaha agar tidak menatap gadis itu. Ia hendak menyuapkan nasi itu kepada Syafiyah. Namun phonselnya berdering, dan satu panggilan masuk dari Hadi.
Satria mengangkatnya, tampak pembicaraan Hadi begitu penting. Ia menjauhkan phonselnya.
"Maaf ya, Sayang.. Kakak angkat dulu telefon dari Hadi, ada urusan penting tentang perusahaan. Nanti Kakak lanjutin suapannya" ucap Satria, lalu menepika n nampan berisi makanan itu keatas ranjang diisisi Syafiyah. Lalu Satria menuju meja kerjanya, dan membuka laptopnya. Ia tampak serius menatap layar laptopnya.
Sementara itu, nasi dipirng Syafiyah keburu dingin. Mirna beranjak dari kursinya, lalu duduk ditepian ranjang, mengambil nampan itu, dan menyuapkannya sama halnya yang dilakukan oleh Satria saat tadi.
"Jadi ngerepotin Kamu" ucap Syafiyah sungkan. Namun Mirna hanya tersenyum tipis, dan terus memberikan suapannya kepada Syafiyah.
Sesaat Mala melintas dari depan kamar Satria, lalu tanpa sengaja melihat pemandangan itu, dan Ia melihat Satria yang terus tampak menatap layar laptopnya, entah apa yang tergambar dibenak Mala. Namun Ia hanya diam saja dan segera berlalu dari kamar tersebut.
Setelah menyelsaikan menyuapi makan Syafiyah, Mirna membawa nampan kotor itu kedapur. Dan melihat Mala sedang berada disana.
Sedangkan Satria tidak menyadari semua yang terjadi.
Saat Ia selesai dengan pekerjaannya, Ia tak lagi menemukan Mirna dan juga nampan berisi makan siang Syafiyah. Sedangkan Syafiyah tampak tertidur, mungkin pengaruh obat uang diminumnya.
Ia menuju kedapur,dan melihat nampan itu sudah bersih dan berada dirak piring.
Sedangkan Mirna dan Mala tampak sedang makan siang tanpa menunggunya.
"Bu.. nampan berisi makan siang Syafiyah kemana? Tadi Satria letakkan di diranjang, tetapi Hadi tiba-tiba menlefon dan ada urusan penting. Saat Satria selesai nampan itu tidak ada lagi" ucap Satria menjelaskan.
"Tadi.." ucap Mala menghentikan ucapnnya, karena Mirna memegang tangan Mala.
"Tadi Ibu masuk kekamar, dan menyuapi Kak Syafiyah" ucap Mirna menyela, dan melanjutkan suapannya.
Mala terdiam, lalu menganggukkan kepalanya dengan lemah dan tersenyum tipis.
"Oh.. Begitu, terimakasih ya, Bu.." ucap Satria, lalu kembali kekamar, dan menunggu Mirna selesai makan, baru Ia akan menyusul makan. Ia benar-benar tidak ingin berdekatan dengan gadis itu, Ia takut oleng..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Anisah Ani
Tu kan mlah jd suami nya yg mengurus km ketika km sdang lumpuh.tpi untung nya km masih d beri kesempatan hidup utk km nanti bisa menujukan bakti mu pd suami mu.
2023-06-20
0
Anisah Ani
Baru sadar ya ketika Tuhan sdh menghukum mu dgn kondisi sperti itu,
Akan kah km akan slalu mementingkan karir mu d bandingkan tugas seorg istri itu yg utama itu mengutamakan suami lbh tinggi mulia d mata Tuhan ketibang seorg istri mencari nafkah klw suami nya msih sangup menafkah.
2023-06-20
0
Bunga Indah
kapok🤣🤣🤣rasain lu
2023-06-02
0