Syafiyah baru saja selesai melakukan agenda rapat bersama para kepala puskemas se-Kabupaten.
Ia segera berkemas dan akan segera pulang. Hari sudah mulai senja, dan Syafiyah tampak terburu-buru untuk segera pulang.
Syafiyah menyetir mobilnya dengan terburu-buru karena takut kemalaman dijalan. Ia sudah mengirimi pesan kepada Satria jika Ia pulang terlambat, dan meminta maaf.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya, Syafiyah sudah memasuki gapura yang menuju kerumah desa.
Sesaat Satria seperti melihat sebuah sosok berwarna hitam sedang berhenti dijalanan lintas, dan Syafiyah yang tersentak kaget, melakukan pengereman mendadak.
dan..
Ciiiiiiiiittt...
Suara decit rem dan ban mobil milik Syafiyah..
Buuuuum...
Mendadak Syafiyah kehilangan keseimbangan dan mobil yang dikendarainya oleng kekiri dan Ia terguling.
Suara decitan itu mengusik pendengaran seorang gadis yang mana suara itu berada tepat dihadapan depan rumahnya.
Rasa penasaran membuatnya ingin melihat apa yang terjadi. melalui kaca jendelanya, Ia melihat sebuah mobil terguling diseberang jalan tepat didepan rumahnya.
suasana terlihat sunyi, dan kegelapan malam yang tampak mulai mengitam.
Samar-samar gadis yang tak lain adalah Mirna mendengar suara rintihan dari seorang wanita yang meminta tolong.
Mirna keluar dari rumahnya, menuju mobil yang mengalami kecelakaan tersebut.
Ia menyebarangi jalan, dan melihat mobil yang terguling tersebut.
Ia melihat seorang wanita yang merintih kesakitan dalam kegelapan malam dan sedang terjepit.
Dengan mudahnya Mirna membalikkan badan mobil tersebut layaknya sebuah mobil mainan dan kini sudah berubah posisinya.
Lalu Ia membuka paksa pintu mobil, dengan cara menariknya hingga terlepas. Entah tenaga apa yang dimiliki oleh gadis itu, sehingga dengan mudahnya melakukan hal-hal yang diluar nalar.
Ia melihat kaki wanita itu terjepit, dan terus merintih kesakitan. Lagi-lagi Mirna melakukan hal diluar dugaan akal sehat manusia.
Hanya dengan menggunakan tangannya, tanpa alat bantu, Ia menyungkit badan mobil yang menjepit kaki wanita itu, lalu berhasil melepaskannya.
Kemudian Mirna mengangkat wanita itu dengan kaki yang terluka parah.
Dengan santainya Mirna membopong tubuh wanita itu masuk kerumahnya. Dan meletakkannya diranjang kamarnya, lalu membaringkannya. Ia tak begitu perduli dengan darah segar yang mengotori ranjang dan spreinya.
"Tolong ambilkan tasku.." Pinta wanita yang tengah terluka parah dibagian kakinya dengan nada lirih.
Mirna menganggukkan kepalanya, lalu menuju mobil yang tampak ringsek dan rusak parah.
Ia mengambil tas Syafiyah yang terlempar dilantai mobil depan.
Ia memungutnya dan membawanya lalu memberikannya kepada Syafiyah.
Lagi-lagi Ia meminta tolong Mirna untuk membuka penutupnya dan mengambil phonsel untuk segera menghubungi Suaminya.
Setelah mendapatkan benda yang dicarinya, Mirna memberikannya kepada Syafiyah.
Wanita itu menerimanya dengan lemah, lalu mencari satu nama, dan dengan kesakitan yang parah, Ia mencoba menghungi Satria.
Saat panggilan itu tersambung "Sayang.. Jemput aku.." ucapnya lemah lalu, tak sadarkan diri karena banyak kehilangan darah, dan phonselnya terlepas dari tangannya.
Mirna masih mendengar suara pria diseberang sana yang terus berkata hallo. Mirna merasa penasaran lalu mengangkatnya, dan mencoba mengingat yang dilakukan Syafiyah, Ia menempelkan benda pipih persegi itu ketelinganya.
"Hallo" ucap Mirna menirukan suara didalam phonsel tersebut.
"Mirna.. Mengapa phonsel Sayafiyah bisa ada ditanganmu?" tanya Satria panik, lalu tiba-tiba phonsel mati, sepertinya battereinya sedang lawbat.
Mirna meletakkan phonsel itu diatas ranjang. Ia memandang kaki kanan wanita yang ternyata adalah istri dari Satria, penuh dengan lumuran darah.
Mirna tampak bingung karena darah yang tampak terus mengalir. Ia melihat sepertinya bagian tulang betis depan patah karena terjepit badan mobil.
Mirna mengambil selendang miliknya, lalh mengikat kaki tersebut, untuk menghentikan pendarahan yang terus mengalir hingga membasahi sprei dan ranjangnya.
Tulang kaki yang patah itu tampak begitu mengenaskan.
Tak berselang lama, sebuah deru mesin mobil berhenti didepan rumahnya.
Seorang pria yang tak lain adalah Satria menerobos masuk kedalam rumah Mirna. Ia telah melihat mobil milik Syafiyah yang rusak parah Ia dapat membayangkan bagaiamana kondisi Syafiyah saat ini, pasti terjadi sesuatu yang mengenaskan.
Sesaat Ia melihat Syafiyah sudah berada diranjang Mirna dengan kondisi parah. Ia tak mampu lagi berkata apapun saat mendapati kondisi Syafiyah yang sangat memprihatinkan.
"Aku akan membawanya ke puskesmas, terimakasih sudah menolongnya" ucap Satria tanpa menunggu lama langsung membawa Syafiyah yang sudah gak sadarkan diri karena banyak kehabisan darah.
Sesampainya dipuskesmas mendadak semua petugas merasa terkejut karena yang dibawa oleh Satria, mantan kepala ouskesmas terdahulu adalah Syafiyah yang kini menjabat sebagai kepala puskesmas.
Mereka mengetahui jika Syafiyah menghadiri rapat yang dilakukan diluar desa, dan tidak menyangka akan terjadi insiden yang mengerikan tersebut.
Dokter tidak ada saat malam hari. hanya perawat dan bidan saja. Lalu mereka membawa ke ruangan UGD. Karena tidak adanya dokter, terpaksa Satria yang juga notabene adalah dokter, lalu melakukan perawatan.
Dengan cekatan Ia melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Satria dibantu perawat lainnya melakukan pe.erjksaan, meskipun menyalahi prosedur, namun Satria tidak memiliki banyak waktu.
Satria membuka selendang yang mengikat kaki Syafiyah, dan selendang itu penuh lumuran darah.
Satria tersentak saat melihat Kaki sebelah kanan Syafiyah yang mana tulang kering betis bagian depan tampak patah bahkan sedikit mencuat keluar. Sedangkan kaki kirinya, mengalami kelumpuhan.
Saat semua sedang sibuk dengan penanganan Syafiyah, selendang milik Mirna yang berlumuran darah tiba-tiba menghilang dan kembali ketuannya dengan kondisi bersih tanpa noda darah sedikitpun.
****
Syafiyah mengerjapkan matanya saat cahaya mentari menerpa wajahnya. Tampak seorang pria sedang duduk disisinya "Kak.." ucapnya lirih.
Satria menganggukkan kepalanya, lalu menatap nanar Syafiyah. Hampir semalaman Ia tidak tidur karena menangani kondisi Syafiyah. Wajahnya tampak mengantuk.
Sesaat Syafiya merasa sesak ingin buang air, nakun seperti kesusahan.
"Kamu mau apa, Sayang?" tanya Satria dengan lembut.
"Mau pipis, Kak" jawab Syafiyah lirih.
Satria beranjak bangkit dan ingin membopong tubuh istrinya.
"Tidak, Kak. Fiyah bisa sendiri" ucapnya menolak. Namun saat Ia menyingkap selimutnya, matanya terbeliak saat mendapati satu kaki kanannya hanya tinggal sebetis saja, yang tampak dibalut dengan kain kasa.
Sedangkan kaki bagian kirinya juga berbalut kain kasa. Syafiyah membolakan matanya, menggelengkan kelalanya lalu berteriak histeris.
Syafiyah tidak terima jika terbangun dari tidurnya menghadapi kenyataan jika Ia sudah kehilangan sebelah kakinya dan kelumupuhan dibagian kaki kirinya.
Syafiyah meraung menahan sakit yang teramat sangat. Ia tidak dapat membayangkan kehidupan kelak tanpa kaki yang sempurnah.
Satria mencoba memeluk Syafiyah, namun wanita itu menolaknya, Ia masih begitu sangat traumatik dan belum dapat menerima apa yang kini sedang dialaminya.
Ia begitu terpuruk, dan juga hancur. Ia menangis dengan raungan yang menyayat hatinya.
Sedangkan kaki seb
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Josss
Jossss
2023-03-17
2
Josss
Josss
2023-03-17
1
Putri Bungsu
kok jadi begini ceritanya,klu safiyah lumpuh kasihan satria,masak iya satria sama mirna wanita siluman.kan ceritanya mengangkat tema org islam ada syehknya ada sholatnya ada zikirnya.ma'af 🙏
2023-03-14
0