Satria beserta rombongan sudah berkemas dan akan melakukan penerbangan untuk kembali pulang.
Mereka banyak membeli cindera mata sebagai kenang-kenangan yang akan dibagikan kepada keluarga, rekan kerja dan juga untuk diri mereka sendiri.
Rombongan itu sudah sampai dibandara dan menuju pesawat karena keberangkatan akan dimulai.
Lalu mereka menuju kursi masing-masing bersama pasangannya. Tak berselang lama, pesawat melakukan take off dan bersiap mengudara.
*****
Setalah sebelumnya menginap dirumah Milik Satria yang kini ditempati oleh Hadi dan Shinta. Satria pergi kemakam Jayanti dan Bram untuk berziarah dengan ditemani oleh Syafiyah.
Satria menatap batu nisan yang berada dipusara kedua orangtua angkatnya. Meskipun kedua orangtua angkatnya pernah menculiknya dari rahim Mala, Ibunya dengan melakukan ritual pujon, namun keduanya menyayanginya dengan ketulusan hati, bahkan mewariskan seluruh kekayaannya kepada Satria saat mereka telah tiada.
"Ma.. Pa..ini Istri Satria, dan maaf jika Satria baru mengenalkannya sekarang" ucap Satria dengan lirih.
Syafiyah tersenyum mendengar ucapan Satria, dan Ia hanya dapat berdiam diri, karena sedang dalam masa menstruasi.
Setelah selesai berdoa, Satria mengajak Syafiyah pulang, lalu beranjak meninggalkan makam.
Satria, Syafiyah, Bayu beserta Mala berpamitan dan akan pulang hari ini.
Dimana Syafiyah tidak dapat berlama-lama karena akan menghadiri acara rapat yang akan diadakan untuk para kepala puskesmas se kabupaten.
Lalu mereka melakukan perjalanan pulang ke desa. Satria dan Bayu bergantian untuk menyetir, karena pastinya akan merasa kelelahan dengan menempuh perjalanan yang panjang.
Setelah menempuh perjalanan 10 jam, akhirnya mereka sampai dirumah dengan kondisi yang sudah kelelahan.
Satria segera memasuki kamar, lalu membersihkan diri dengan cepat, meski hari masih pukul 3 dini hari.
Setelah merasa segar, Ia segera menyalin pakaiannya dengan pakaian tidur. Lalu menuju ranjang.
Hal yang sama dilakukan oleh Syafiyah, setelah selesai mandi, Syafiyah menyusul keranjang dan tidur disisi Satria yang masih bermain phonsel pintarnya.
Sesaat Syafiyah merasa mengantuk, lalu mencoba tidur, meski satu jam saja agar tidak mengantuk saat rapat esok hari.
Tak berselang lama Syafiyah tertidur pulas dan mendengkur halus.
Satria menghentikan bermain pbonselnya, lalu mendekap erat tubuh Syafiyah. Ia begitu merasa dahaga, hasratnya menggebu, meski hanya sebuah pelukan kecil.
Karena kelelahan, akhirnya Satria tertidur pulas , lalu terbangun saat mentari sudah bersinar terang.
Ia celingukan mencari keberadaan Syafiyah, namun tak terlihat.
Waktu didinding menunjukkan pukul sepuluh pagi, membuat Satria terlonjak dan segera membersihkan diri lalu berwudhu dan mengganti shalatnya yang tertinggal.
Setelah shalat subuh selesai, Satria memeriksa phonselnya dan membuka aplikasi hijau serta melihat benerapa notifikasi kepadan-ya..
"Sayang, maaf tidak berpamitan, karena Sayang tidurnya lelap banget. Aku sekarang sedang dalam perjalanan menunju tempat rapat dan seminar yang melakukan kegiatan penyuluhan" isi pesan dari Syafiyah.
Satria hanya memberi reaksi love dalam membalas pesan dari Syafiyah.
Lalu Satria membuka paper bag yang berisi banyak ada cindera mata yang sangat lucu dan menggemaskan.
Sebuah farfum dengan botol unik ada beberapa botol yang dibelinya. Lalu Satria mengambil salah satu botol dengan bentuk unik dan warna botol yang unik dan juga cantik.
"Mirna" Guman Satria lirih. Ia teringat akan gadis itu, sudah hampir sepekan lebih Ia gak bertemu dengan sang gadis. Ia ingin melihat kondisi gadis itu saat ini.
Satria beranjak dari kamarnya, lalu membawa satu botol parfum yang akan dihadiahkannya untuk Mirna.
Satria mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia tampak begitu sangat santai.
Sesampainya didepan halaman rumah Mirna, Satria menghentikan mesin mobilnya, lalu beranjak dan menuju pintu depan rumah sang gadis, lalu belum sempat Ia mengetuknya, pintu sudah terbuka dan seorang gadis sudah berdiri diambang pintu untuk menyambutnya.
Tatapan gadis itu tampak begitu indah dan ber semangat.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Satria dengan senyum tipis.
"Baik, Aku kangen kamu" jawab Mirna dengan lirih.
Lalu Ia memberi jalan agar Satria masuk kerumahnya.
Pria itu masuk kerumah, lalu duduk di sofa dan memberikan paper bag berwarna coklat kepada Mina. Gadis itu merasa sangat berbinar.
Kehadiran pria itu bagaikan oase di padang pasir. Ia begitu sangat dahaga.
"Ini parfum, cara memakainya seperti ini" ucap Satria sembari memberikan tutorial penggunaannya, lalu menyemprotkannya pakain Mirna.
Gadis itu menyesap aroma harum yang dihasilkan dari parfum tersebut.
"Aku suka" jawab Mirna lirih, lalu Satria tersenyum tipis.
Satria hanya tersenyum menanggapi kepolosan gadis itu.
"Apakah persediaan makananmu masih ada atau sudah habis?" tanya Satria lagi.
Gadis itu hanya menatap sang pria dengan penuh kerinduan. Setiap kali Ia menatap mata pria itu, ada keteduhan disana. Ia seolah tidak ingin pria itu pergi.
"Masih ada" jawabnya lirih.
Satria menganggukkan kepalanya "Baiklah, jika kamu kehabisan stok makanan, jangan sungkan untuk memberitahuku" ucap Satria mengingatkan.
Mirna hanya menganggukkan kepalanya dwngan lemah.
"Kalau begitu Aku permisi dulu" ucap Satria beranjak bangkit. Mirna ikut beranjak bangkit lalu menangkap pergelangan tangan Satria, menatapnya dengan tatapan memohon, agar tinggal meski sejenak lagi.
Satria menatap bola mata sendu, yang tampak begitu berharap.
"Aku sedang ada pekerjaan yang terbengkalai, sudah sepekan lebih tidak Aku kerjakan, lain kali saja, ya" ucap Satria, mencoba memberi pengertian kepada gadis itu.
Lalu Satria melepaskan cengkraman sang gadis. Namun tanpa diduga sebelumnya, gadis itu mendorong Satria hingga merapat kediding, lalu menyesap bibir pria itu dengan hasrat menggebu yang sudah lama tak mampu lagi Ia tahan.
Satria tersentak, mendapat serangan tiba-tiba dari gadis itu, namun Ia hanyalah seorang pria normal, mendapatkan kejutan seperti itu membuatnya terbakar.
Tanpa sadar Ia membalasnya dan mulai tidak terkontrol. Hasrat yang tak pernah tersalurkan dengan sempurnah membuatnya seakan gila.
Namun sesaat Ia tersadar, dan melepaskan tautan bibirnya, mendorong sang gadis dengan lemah, lalu berjalan mundur.
"Maaf, Maaf.. Aku khilaf" ucapnya, sembari mengatupkan kedua tangannya didepan dada.
Mirna hanya menatap penuh kecewa, karena pria berlalu pergi, meninggalkannya dengan deburan hasrat yang menggebu.
Sementara itu, Satria memacu mobilnya kembali pulang kerumah. Beberapa kali Ia memukul stir mobilnya, Ia begitu tak mampu mengendalikan dirinya yang begitu dahaga.
"Maaf... Aku khilaf" gumannya lirih, saat membayangkan begitu liarnya gadis itu saat menyesap bibirnya barusan.
Kejadian itu terus saja terngiang diingatannya. Namun Ia selalu menepisnya, Ia masih memiliki hati yang perlu Ia jaga.
"Maafkan Aku, Syafiyah.. Aku khilaf" gumannya kembali, seolah merasa bersalah kepada istrinya dan juga gadis itu.
"Aku bukanlah pengkhianat" Ia kembali berguman. Namun apa yang dirasakannya saat tadi, Ia tak berusaha munafik, jika Gadis itu sangat menggairahkan, namun sepertinya Ia harus menjaga jarak antara Ia dan gadis tersebut.
"Mungkin untuk beberapa saat Aku harus menjauhinya, karena ini akan sangat berbahaya bagiku, Aku hanyalah manusia biasa yang memiliki sebuah keinginan sama halnya dengan pria lainnya" guman Satria, yang tanpa sadar sudah berada dihalaman rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Apa karna mahluk bunian y mknya dri awal Satria tidak berniat menikahinya, sblm dia menjanjikan menikahi Shafiyah.
Padahal Satria klo berpasangn dngn Mirna hot bngt 🤭🤭
2023-11-14
1
🥀⃟ʙʀRos🥀
hampir khilaf satria knp gak di halalin aja Mirna trs Widuri jg di halalin biar bisa ngalahin nimar nya ya Thor
2023-03-12
1
V3
NGAPAIN Satria mikirin hati Istri nya ,, istrinya ja gak pernah mikirin hati hati dan perasaan suaminya , aku mh Gedeg dah jd nya ma Shafiyah 😏😡
2023-03-12
1