Setelah melenyapkan Sekte Pedang Utara, orang tua serba putih itu pun langsung melesat pergi. Dalam satu kedipan mata, ia juga telah menghilang dari pandangan.
Malam semakin larut. Keadaan makin hening. Tidak ada lagi suara binatang malam. Tidak ada pula bintang-bintang yang bertaburan di angkasa.
###
Tiga hari sudah berlalu. Kabar tentang lenyapnya Sekte Pedang Utara sudah tersebar luas. Dunia persilatan langsung dibuat gempar oleh kabar tersebut.
Semua ahli bela diri yang ada, bertanya-tanya dalam benaknya masing-masing.
Ke mana perginya Sekte Pedang Utara? Siapa yang telah melenyapkannya? Benarkah sebelumnya, sekte itu telah diserang oleh anggota Sekte Gunung Tengkorak?
Tidak ada yang tahu pasti. Sebab sampai sekarang, belum ada satu pun manusia yang bisa menjawab semua pertanyaan itu.
###
Saat ini masih pagi hari. Mentari pagi bersinar dengan terik. Suara burung-burung yang berkicau memberikan kenyamanan bagi siapapun yang mendengarnya.
Di sebuah hutan belantara yang tidak berujung pangkal. Tepat di tengah-tengahnya ada sebuah goa. Goa itu berukuran lumayan besar, di sana sini sudah tumbuh lumut hijau yang licin.
Setiap orang yang melihatnya, pasti akan mengatakan bahwa goa itu sudah berumur sangat lama. Setidaknya sudah mencapai ratusan tahun.
Namun walaupun begitu, ternyata halaman di depan goa sangat bersih dan terawat. Meskipun di sekelilingnya terdapat pepohonan tinggi besar, tapi tidak terlihat ada satu pun daun yang berserakan di sana.
Halamannya benar-benar bersih. Malah kalau diperhatikan lebih lanjut, di pinggir kanan dan kiri goa ada sebuah taman bunga buatan. Selain diisi dengan bunga dari berbagai jenis dan warna, di taman itu juga terdapat buah-buahan sumber daya yang berguna untuk meningkatkan level pelatihan.
Beberapa jarak di belakang sana, ada sebuah sungai yang lumayan besar. Airnya sangat jernih. Ikan dan bahkan siluman air juga terlihat berenang hilir mudik. Uniknya, mereka hidup berdampingan dengan tenang dan damai. Di sungai itu pun pula air terjun setinggi belasan meter.
Suara deburan air yang jatuh terdengar keras namun sangat menenangkan.
Goa itu benar-benar terletak di tempat yang sangat strategis!
Lalu, apakah di dalam goa sana, ada penghuninya? Kalau ada, apakah dia itu siluman? Dewa? Iblis? Atau manusia?
Beberapa saat kemudian, setelah mentari pagi mulai merangkak naik ke atas, tiba-tiba dari dalam goa terlihat ada sosok serba putih yang berjalan keluar dengan langkah ringan.
Pada saat dia tiba di depan halaman, segera bisa terlihat jelas siapakah ia sebenarnya.
Ternyata sosok serba putih itu bukan siluman. Bukan Dewa, apalagi iblis.
Tapi dia adalah seorang manusia!
Manusia yang sudah sangat tua. Ia memiliki janggut panjang sampai ke dada. Alis matanya pun panjang, rambutnya putih secara keseluruhan.
Dengan penampilan serba putih mulai dari atas sampai bawah, sekilas dirinya memang tidak mirip seperti manusia. Melainkan lebih mirip seorang Dewa.
Apalagi kalau ditambahkan dengan wibawa dan aura agung yang setiap saat keluar dari dalam tubuhnya.
Sosok serba putih yang dimaksud itu bukan lain adalah dia yang tiga hari lalu telah melenyapkan Sekte Pedang Utara hanya menggunakan kibasan tangannya saja.
Siapapun tidak akan ada yang menyangka, ternyata sosok yang mempunyai kekuatan sangat tinggi itu, tinggal di dalam sebuah goa sederhana yang berada di tengah hutan belantara.
Saat ini, ia sedang menghirup nafas panjang sambil menengadahkan wajahnya ke atas, memandangi mentari pagi yang mulai berada di titik tinggi itu.
"Pagi yang cerah. Benar-benar indah," katanya bergumam.
Setelah puas merasakan udara sejuk dan menyegarkan, dia segera kembali masuk ke dalam goa.
Rupanya keadaan di bagian dalam goa itu sangat jauh berbeda dengan keadaan luarnya.
Bagian dalamnya sangat luas dan dipenuhi oleh batu mulia seperti giok, jamrud, dan lain sebaginya. Beberapa meja dan kursi yang terdapat di sana, juga terbuat dari batu pualam yang bernilai sangat fantastis.
Di depan sana, terlihat ada sebuah pembaringan yang memantulkan cahaya terang. Pembaringan itu juga mengeluarkan hawa dingin menusuk tulang.
Si orang tua serba putih berjalan mendekat ke arah pembaringan tersebut. Begitu jaraknya semakin dekat, ternyata di atasnya ada seorang remaja yang sedang terbaring kaku.
Sekilas, anak remaja itu seperti sudah meninggal. Sebab dia sama sekali tidak melakukan gerakan walau hanya sedikit.
Tapi kalau dipandangi lebih selidik, sebenarnya dia belum meninggal.
Memangnya, di mana ada orang yang meninggal, tapi masih bernafas?
Siapa anak remaja itu? Kenapa bisa ada di atas pembaringan tersebut?
Dia bukan lain adalah Qiao Feng!
Rupanya, sosok serba putih itu bukan hanya melenyapkan Sekte Pedang Utara saja, melainkan juga menyelamatkan Qiao Feng.
Lalu mengapa dia melakukan kedua hal tersebut? Siapa orang tua itu sebenarnya?
Uhukk!!! Uhukk!!!
Tiba-tiba Qiao Feng terbatuk beberapa kali. Sesaat kemudian dirinya segera membuka mata.
'Di mana aku? Apakah aku sudah mati? Mungkinkah ... ini adalah alam baka?' dia bertanya-tanya dalam benaknya.
Qiao Feng belum mengetahui di mana sekarang dia berada. Yang jelas, baginya tempat ini sangat asing. Sehingga ia mengira dirinya sudah meninggal.
"Anak baik, kau sudah sadar?" tanya orang tua serba putih itu dengan suara lembut.
"Tu-tuan siapa?" tanya Qiao Feng sambil bangkit duduk.
"Nanti akan segera tahu, sekarang kau harus memulihkan dulu keadaanmu,"
Orang tua serba putih itu bicara sambil tersenyum. Tatapan matanya sangat lembut dan membuat siapapun akan merasa tenang apabila bisa memandangnya.
Begitu juga dengan Qiao Feng sekarang.
"Tuan, apakah ini adalah alam baka?" tanyanya memastikan lagi.
"Tentu saja bukan. Kau belum mati, jadi mana bisa pergi ke alam baka?" sosok serba putih itu tertawa kecil. Kemudian dia berbicara lagi, "Jangan banyak bicara dulu. Lebih baik sekarang kau berbaring lagi. Pembaringan ini akan membantu proses pemulihanmu,"
"Oh, baiklah, Tuan,"
Tanpa banyak membantah, Qiao Feng pun segera membaringkan lagi tubuhnya. Begitu ia sudah berada di posisi terlentang, dirinya segera merasakan ada hawa dingin yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
Semakin lama, hawa dingin itu mulai merasuk ke seluruh tubuhnya. Begitu masuk ke tubuh, Qiao Feng langsung merasa nyaman. Seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya tenang.
Sekitar lima belas menit kemudian, dia sudah bisa merasakan keadaan tubuhnya menjadi pulih kembali. Rasa sakit yang tadi sempat dia rasakan, sekarang menjadi hilang sama sekali.
Karena merasa sudah pulih, dia pun segara bangkit duduk kembali.
"Tuan, aku sudah pulih," ucapnya sambil tersenyum.
"Bagus. Kalau begitu, mari ikut aku,"
Orang tua serba putih itu berjalan lebih dulu. Ia lalu duduk di kursi batu pualam yang terdapat di tengah-tengah ruangan goa.
Qiao Feng segera mengikuti dan duduk di depannya.
"Pembaringan itu bernama Pembaringan Dewa Es. Aku menamakannya demikian karena apabila ada orang yang berbaring di atasnya, pasti akan merasa nyaman. Pembaringan Dewa Es ini mempunyai banyak manfaat. Salah satunya adalah bisa memulihkan luka-luka, menetralisir racun dan juga mengembalikan tenaga yang hilang," kata orang tua itu menjelaskan kepada Qiao Feng.
###
Mohon maaf kalau update tidak setiap hari. Sebab novel ini akan lebih dulu di daftarkan kontrak. Mungkin bulan depan, akan rutin up setiap hari.
Maka dari itu jangan lupa untuk menambahkan ke menu bacaan favorit kalian. Jangan lupa juga bantu promosikan supaya author lebih semangat ya, hehe ...
Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
anggoro kasih
pertanyaan seperti ini membuat ceritanya kurang menarik karna menganggu imajinasi pembaca
2023-10-09
0
herry bjb
ada yg cukup aneh dalam cerita ini,,authornya membuat pertanyaan atau tebakan lalu di jawab sendiri...kalau bukan bagian dalam alur cerita hal konyol seperti itu gak usah di buat
2023-09-20
1
Chafidzoh Roesanto
l like
2023-09-10
0