Tiga hari berlalu lagi. Hua Xu sudah kembali ke Sekte Pedang Putih dua hari yang lalu. Dia hanya menginap satu hari di sana. Sebenarnya Ketua Hong Lin menyuruhhnya untuk menginap sampai satu minggu, tapi karena Hua Xu masih mempunyai banyak urusan, maka dia menolak dengan halus permintaan tersebut.
Untunglah Ketua Sekte Pedang Utara itu mengerti maksudnya. Dia pun tidak berusaha menahan lagi kepergian Hua Xu.
Sekarang, waktu sudah menunjukkan tengah malam. Kentongan pertama terdengar di kejauhan sana.
Suasana di Sekte Pedang Utara tampak sepi. Ratusan murid saat ini sedang beristirahat dengan lelap. Mereka semua merasa lelah karena sudah berlatih seharian penuh.
Tidak terkecuali dengan Qiao Feng. Dia pun merasa lelah, tapi karena tekadnya untuk menjadi pendekar nomor satu lebih kuat, maka ia tidak pernah mengeluh. Malah dirinya gembira karena bisa berlatih dengan murid sebanyak itu.
Satu hal yang perlu diingat dari Qiao Feng, bahwa anak remaja itu sangat disiplin. Semua kebiasaan baik yang ia bawa sebelumnya, masih tetap dijalankan walaupun sekarang sudah berbeda kondisi.
Contohnya saja, setiap malam, sebelum dia tidur, Qiao Feng pasti akan bermeditasi terlebih dahulu. Ia selalu melakukan hal tersebut setiap hari.
Tidak perduli apakah latihannya benar-benar menguras tenaga, tidak perduli walaupun rasa kantuk sudah menyerangnya, ia pasti akan tetap bermeditasi walau tidak terlalu lama.
Salah satu Tetua Sekte Pedang Utara, tanpa sengaja ada yang pernah melihat Qiao Feng saat sedang bermeditasi.
Pada saat itu, Tetua tersebut sedang mengontrol para murid sekte, kebetulan pintu kamar Qiao Feng terbuka.
Karena merasa penasaran, akhirnya ia menengok sebentar ke dalam kamar. Siapa sangka, ia justru menemukan Qiao Feng sedang bermeditasi.
Katana tidak mau mengganggu, akhirnya Tetua tersebut segera pergi tanpa melakukan apa-apa lagi.
Diam-diam, ia merasa kagum kepada Qiao Feng. Masih semuda itu, tapi ia sudah sangat disiplin.
Padahal siapapun tahu, menetapkan kedisplinan dalam kehidupan sehari-hari itu sangatlah susah.
Hal tersebut pasti pernah dirasakan oleh semua orang yang baru mencobanya. Namun kalau dipaksakan, lama-kelamaan, semua rasa malas dan sebagiannya itu, pasti akan lenyap dengan sendirinya.
###
Malam semakin larut. Rembulan yang sebelumnya bersinar terang, sekarang secara perlahan mulai tertutup oleh awan kelabu. Bintang-bintang yang tadi bertaburan, satu-persatu mulai lenyap dari pandangan mata.
Suasana di Sekte Pedang Utara semakin sepi sunyi. Para murid yang melakukan penjagaan merasa kantuk yang teramat sangat. Terpaksa mereka harus melakukan penjagaan secara bergiliran.
Pada saat pergantian penjaga itu, tiba-tiba ada angin yang berhembus ke arahnya. Bersamaan dengan hembusan angin tersebut, mendadak muncul satu sosok manusia.
Ia mengenakan jubah warna hitam pekat. Seperti pekatnya malam ini. Orang itu menundukkan kepala, sehingga para murid yang menjaga tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Siapa kau? Mau apa datang kemari?" tanya salah satu murid penjaga dengan nada tinggi.
Bersamaan dengan ia bicara, tangan kanannya juga sudah memegang gagang pedang yang disimpan di pinggang.
Si orang berjubah hitam tidak menjawab dengan mulut. Ia menjawab dengan tindakan!
Wutt!!!
Tubuhnya bergerak cepat. Kedua tangannya langsung mengirimkan serangan telapak tangan ke arah dua murid penjaga.
Bukk!!!
Tanpa mendapat perlawanan, dua orang murid penjaga itu langsung ambruk tergeletak di atas tanah. Dari masing-masing mulutnya meleleh keluar darah segar.
Keduanya tewas dalam satu kali serangan!
Tidak berhenti sampai di situ saja, orang serba hitam tersebut kembali menyerang tiga murid penjaga yang juga ada di sana.
Pada saat itu, ketiganya sudah mengetahui bahwa niat orang serba hitam tersebut bukan bermaksud baik. Karenanya mereka segera melakukan persiapan.
Setelah dugaannya terbukti, mereka langsung menyerang lebih dulu. Tiga batang pedang melesat cepat secara bersamaan.
Namun meskipun diserang oleh tiga orang sekaligus, tapi di penyusup tidak merasa takut sedikitpun.
Ia hanya mengibaskan tangan kanannya ke depan. Tiba-tiba segulung angin tercipta lagi, tiga batang pedang itu langsung patah menjadi dua bagian.
Sebelum tiga murid sadar dari keterkejutannya, orang serba hitam sudah menyerang lagi. Sama seperti yang ia lakukan tadi, dirinya mengirim serangan dengan menggunakan telapak tangannya.
Bukk!!! Bukk!!! Bukk!!!
Tiga murid itu seketika ambruk. Di dada mereka terdapat bekas telapak tangan yang menghitam.
Tak ayal lagi, para murid itu tewas tanpa sempat mengeluarkan suara!
Semua kejadian itu berlangsung secara singkat. Kalau tidak menyaksikan secara langsung, niscaya tidak ada yang bakal percaya.
Bagaiamana tidak? Lima orang murid penjaga itu merupakan Pendekar Bumi tahap enam.
Walaupun kemampuan mereka belum begitu tinggi, tapi untuk membunuh lima orang, rasanya tidak bakal sesingkat itu.
Kecuali kalau si pembunuh mempunyai kemampuan tinggi!
Lalu, kalau orang serba hitam itu sanggup membunuh mereka dalam waktu singkat, kira-kira sampai di mana kemampuannya? Siapa pula orang tersebut? Kenapa dia membunuh para murid penjaga?
Setelah berhasil melakukan tugas awal, dia langsung membuka pintu gerbang yang berdiri kokoh tersebut. Hanya dengan mengangkat tangan kanan, gerbang itu seketika hancur berkeping-keping setelah dihantam oleh tenaga dorongan yang sangat besar.
Tepat setelah pintu gerbang hancur, dari berbagai sisi tiba-tiba terlihat ada sekitar dua puluh orang dengan pakaian sama yang masuk ke dalam Sekte Pedang Utara.
Tidak cuma dua puluh orang itu saja, malah sesaat kemudian, muncul pula dua orang lain. Kedua orang ini seperti setan. Entah sejak kapan datangnya, tapi saat ini mereka ada di sisi orang serba hitam yang pertama memunculkan dirinya.
"Mari kita masuk," kata orang yang berdiri di posisi paling tengah.
Keduanya mengangguk. Mereka segera masuk ke dalam.
Begitu tiba di halaman depan, tiba-tiba orang yang berdiri di posisi tengah berbicara dengan suaranya yang menyeramkan.
"Para petinggi Sekte Pedang Utara, keluar kalian! Aku ingin bicara,"
Suaranya menggema di tengah udara. Dalam suara tersebut juga mengandung tenaga sakti. Sehingga semua orang yang ada di Sekte Pedang Utara bisa mendengarnya dengan jelas.
"Siapa itu?"
Qiao Feng yang pada saat itu masih melakukan meditasi, tiba-tiba membuka matanya. Dia sangat kaget. Bocah itu kemudian berjalan dan mengintip di jendela kamar yang tersedia.
"Siapa orang-orang itu? Hemm ... sepertinya mereka mempunyai niat buruk," gumamnya perlahan.
Ia tahu akan hal tersebut. Tapi dirinya tidak mau melakukan apa-apa.
Dengan kemampuannya yang sekarang, memangnya apa yang bisa dia lakukan? Pergi menemui mereka? Bukankah hal itu sama dengan bunuh diri?
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba dari dalam sekte terlihat muncul sembilan orang. Mereka semua adalah petinggi utama dari Sekte Pedang Utara.
Ada Ketua, Wakil Ketua, bahkan para Tetua juga ikut keluar.
"Siapa yang bertamu malam-malam begini?" tanya Ketua Hong Lin sambil memandang orang-orang itu secara bergantian.
"Jangan banyak tanya. Di antara kalian, siapa yang menjabat sebagai Ketua?" tanya orang serba hitam yang berdiri di tengah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Chafidzoh Roesanto
update
2023-09-09
0
K4k3k 8¤d¤
🤲💝🤲💝🤲💝🤲💝🤲
2023-08-14
0
K4k3k 8¤d¤
semangat semangat terus semangat thor lanjutin update sampai tamat ditunggu sama para reader yang setia menanti mu update kembali
2023-08-14
1