Suara bertemunya antara pedang kayu mulai meramaikan suasana. Keadaan di halaman depan Sekte Pedang Putih itu dilengkapi pula oleh dukungan murid-murid yang lain.
Beberapa jurus kemudian, lima pertarungan tersebut telah selesai. Lima orang menjadi pemenang. Lima orang lagi menjadi pihak yang kalah.
Setelah pertarungan pertama selesai, Ketua Hua segera memanggil murid-muridnya yang lain. Termasuk juga Qiao Feng dan Lu Tianyin sendiri.
Murid-murid yang sebelumnya sudah bertarung, sekarang sedang beristirahat sambil tetap menyaksikan jalannya pertandingan penentuan yang diadakan oleh gurunya tersebut.
Begitu pertarungan dimulai, sepuluh orang murid tersebut langsung saling serang satu sama lain.
Gerakan mereka cukup gesit. Para murid itu mengeluarkan kemampuannya masing-masing. Ketua Hua bersama dua orang anak kembarnya terus memperhatikan jalannya pertarungan dengan seksama.
Di antara lima pertarungan yang sedang berjalan, yang paling menarik adalah pertarungan Qiao Feng dan Lu Tianyin.
Kedua remaja itu bertarung dengan sungguh-sungguh. Karena mereka terhitung sebagai murid yang paling berbakat, maka hanya sebentar saja, mereka sudah bisa menyelesaikan pertarungannya tersebut.
Tidak lama setelah itu, para murid yang lain pun segera menyelesaikan pertarungan masing-masing.
Karena masih ada waktu yang cukup banyak, akhirnya Ketua Hua pun segera melanjutkan kembali pertandingan penentuan ini. Sepuluh murid yang tadi menjadi pemenang, sekarang sudah mulai bertarung lagi.
Pertarungan yang berjalan di halaman depan semakin seru. Sebab yang sekarang bertarung adalah para murid sekte menonjol.
Sekitar dua puluh menit kemudian, pertarungan kedua pun selesai juga. Lima orang kembali terpilih. Tentu saja Qiao Feng dan Lu Tianyin termasuk di dalamnya.
Ketua Hua memandang ke sebelah barat. Ia melihat matahari yang sudah berada di sana. Tetapi karena menurutnya masih ada waktu cukup, akhirnya orang tua itu memutuskan untuk terus melanjutkan pertandingan penentuan tersebut.
Di pertarungan yang ketiga ini, dengan cepat pula segera keluar dua orang pemenang. Lagi-lagi, yang masuk ke babak berikutnya adalah Qiao Feng dan juga Lu Tianyin.
Sampai sejauh ini, dua orang remaja itu belum juga mengalami luka. Mereka masih tampak baik-baik saja.
Bahkan keduanya seolah-olah tidak merasa lelah. Padahal mereka telah melewati pertarungan yang lumayan panjang.
Ketua Hua menyuruh tiga orang pemenang untuk istirahat selama lima belas menit. Setelah waktu yang ditentukan tiba, dia segera memanggil lagi tiga murid yang masuk ke bebek akhir itu.
Dengan cepat, tiga orang murid yang dimaksud sudah berdiri di tengah-tengah halaman.
Mereka adalah Qiao Feng, Lu Tianyin dan satu lagi yang bernama Kim Cun.
Ketiga anak muda itu mempunyai postur tubuh yang hampir sama. Mereka pun mempunyai wajah yang tampan. Yang membedakan di antara ketiganya adalah watak.
Di antara mereka, yang paling keras kepala dan susah diatur adalah Lu Tianyin. Malah bukan cuma di antara tiga orang itu, mungkin di antara dua puluh murid yang ada pun, dia tetap merupakan murid yang paling keras kepala.
"Kalian bertiga, dengarkan ucapanku baik-baik," Ketua Hua berbicara dengan nada serius.
"Baik, Ketua," tiga murid di depannya segara menjawab secara serempak.
"Ini adalah pertarungan terakhir. Di sini, kalian tidak akan bertarung melawan murid yang lain. Melainkan akan langsung bertarung melawanku,"
Ketiganya kaget setengah mati. Mata mereka terbelalak besar.
Bagaimana mungkin dirinya bisa menghadapi Ketua Hua? Bukankah untuk mengalahkannya, terlalu tidak mustahil?
Ketua Hua sendiri seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh tiga muridnya itu. Maka dengan cepat dia segera bicara.
"Jangan khawatir. Aku tidak menuntut kalian untuk menang," katanya menjelaskan.
Tiga murid itu langsung menghela nafas lega. Ternyata ketakutannya tidak sampai terbukti.
"Kalian hanya perlu menyerangku sebanyak mungkin. Yang akan aku nilai dalam pertarungan ini ada tiga. Pertama, dari segi serangan kalian. Kedua, dari segi pertahanan. Dan ketiga, dari kematangan kalian dalam bergerak," kata Ketua Hua melanjutkan kembali bicara.
"Apakah kalian mengerti?"
"Kami mengerti, Ketua,"
"Bagus. Kalau begitu, silahkan dimulai,"
Hua Xu dan Hua Wei langsung melemparkan pedang kayu kepada ketiganya. Sedangkan Ketua Hua, segera mengambil ranting kayu yang terdapat di sana.
Sekarang kedua belah pihak yang akan berhadapan sudah sama-sama siap.
Beberapa saat kemudian, tiga murid itu langsung menyerangnya secara bersamaan.
"Jangan setengah-setengah. Keluarkan saja seluruh kemampuan kalian," ujar Ketua Hua memberitahu kepada muridnya.
Tiga orang remaja itu menganggukkan kepala. Setelah mendengar perintah tersebut, tentu saja mereka tidak bisa menolak.
Maka dari itu, beberapa saat kemudian, ketiganya segera mengambil langkah mundur. Lalu dengan cepat kembali menyerang Ketua Hua.
Tiga Jurus Pedang Besi segera digabungkan. Gulungan sinar kuning kecokelatan telah mengelilingi seluruh tubuh orang tua itu.
Serangan tiga anak remaja tersebut terbilang cepat. Apalagi, pada dasarnya Jurus Pedang Besi adalah salah satu jurus pedang yang berbahaya.
Maka tidak heran apabila pertarungan di halaman depan tersebut berlangsung semakin seru dan menegangkan.
Ketua Hua tersenyum sepanjang jalannya pertarungan. Dia bangga melihat tiga anak remaja yang mampu menggempurnya tanpa henti.
Walaupun mereka belum bisa mengalahkan dirinya, tapi orang tua itu tetap merasa bangga. Sebab dia bisa mendidik dan menciptakan para murid yang memang berbakat!
"Ayo, serang dan jangan pernah menaruh belas kasihan!" teriaknya kembali memberikan semangat kepada muridnya.
Di satu sisi lain, tujuh belas orang murid Sekte Pedang Putih yang ada di sana, saat ini mereka sedang memperhatikan pertarungan dengan mata melotot dan tanpa berkedip.
Murid-murid itu juga merasa bangga karena rekan mereka ternyata ada yang memiliki kemampuan hebat.
Suara dukungan segera keluar dari mulut mereka. Sorak-sorai semakin ramai.
Di arena pertarungan, murid yang paling banyak menyerang dan menggempur Ketua Hua adalah Qiao Feng.
Anak muda itu menyerang dengan ganas. Gerakannya lebih lincah dan matang daripada dua rekan di sisinya.
Tebasan pedang dilancarkan berkali-kali. Hawa pedang menerbangkan debu di sekitar sana.
Ketua Hua melayani tiga batang pedang kayu itu dengan sebatang ranting kayu.
Kalau ranting itu berada di tangan orang biasa, sudah tentu sejak awal sudah hancur lebur. Sayangnya, ranting itu berada di tangan Ketua Hua.
Ketua dari Sekte Pedang Putih!
Trakk!!!
Suara berat terdengar. Tiga pedang kayu bertemu dengan ranting miliknya di tengah jalan. Yang hebatnya lagi, tidak lama setelah benturan tersebut, pedang kayu yang digenggam oleh murid-muridnya langsung patah menjadi dua bagian.
"Ba-bagaimana bisa ..." Qiao Feng berkata gugup.
Dia tidak percaya bahwa pedang kayu itu bisa patah hanya dengan ranting pohon yang kecil.
"Hebat, hebat. Kemajuan kalian benar-benar pesat," kata Ketua Hua memuji tiga orang murid terbaik itu.
Qiao Feng dan yang lain masih berdiri mematung sambil memandangi pedang kayu di tangannya.
"Sudah, jangan terus melamun. Pergilah beristirahat. Sebentar lagi aku akan mengumumkan siapa saja yang akan dikirim ke sekte cabang," ucap Ketua Hua kepada mereka.
"Baik, Ketua," mereka menjawab serempak. Kemudian segera berjalan ke pinggir untuk beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Chafidzoh Roesanto
update
2023-09-09
0
K4k3k 8¤d¤
❣💪🏼❣💪🏼❣💪🏼❣💪🏼❣
2023-08-14
0
K4k3k 8¤d¤
semangat semangat terus semangat thor lanjutin update sampai tamat ditunggu sama para reader yang setia menanti mu update kembali
2023-08-14
2