Di saat yang sama...
Jauh di timur di seberang samudra, di Kekaisaran Orient, Kaisar Qin sedang bersantai bersama selir-selirnya dan dayang-dayangnya serta para wanita penari. Berbeda dengan ketiga kerajaan, Kekaisaran Orient memiliki wilayah kekuasaan terluas dengan laut yang menyimpan banyak kekayaan maritim, tanah yang sangat subur, tambang batu bara serta tambang logam mulia dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Langit selalu cerah sepanjang tahun. Iklim tropis yang hangat dan lembap. Siang dan malam memiliki durasi waktu yang sama. Dan tidak pernah ada salju. Itulah sebabnya Orient sering disebut sebagai Tanah Surga.
Jadi siang itu, meski di tiga kerajaan lain musim semi baru tiba sehingga udara masih sedikit dingin, di Orient cuaca sangat cerah dan hangat. Kaisar menikmati minuman segar yang terbuat dari madu murni dan potongan berbagai buah-buahan yang tumbuh di Orient. Dayang-dayang yang cantik jelita mengipasinya dan memijat tubuh kekarnya yang mulai menua. Selir-selir muda belia berparas rupawan bagaikan dewi berlomba-lomba menarik perhatiannya dengan memuja-mujinya. Sementara para wanita penari berpakaian minim meliuk-liukkan tubuh elok mereka dengan lihai dan bermain mata dengannya.
Semua terlihat senang dan menikmati suasana sampai akhirnya putra kedua Kaisar, Pangeran Yi datang dengan membawa pasukannya. Para penari mendadak menghentikan tarian mereka dan menyingkir dari jalan yang dilalui Pangeran Yi dan pasukannya. Para dayang tampak kebingungan, tangan mereka yang masih sibuk mengipasi Kaisar, bergetar hebat saat melihat pasukan Pangeran Yi. Para selir menjauh sedikit, memberikan ruang bagi ayah dan anak itu untuk bicara.
Kaisar membenarkan posisi duduknya. Pangeran Yi berlutut di hadapan ayahnya, diikuti oleh pada pengikutnya yang bersujud di hadapan Kaisar. Kekaisaran Orient menganggap Kaisar setara dengan Dewa dan memujanya.
"Wahai Ayahanda, Matahari Kekaisaran, Penguasa Tujuh Samudra dan Putra Langit, Saya datang untuk menyampaikan berita yang saya dengar dari wilayah Utara." Ucap Pangeran Yi. Suaranya lantang namun tetap tenang dan penuh hormat.
Pangeran Yi sudah berusia lebih dari empat puluh tahun, namun wajahnya dan tubuhnya tidak terlihat demikian. Orang-orang di Orient terkenal memiliki penampilan yang lebih muda dari usianya. Rakyat percaya hal itu karena leluhur mereka pernah meminum darah naga sehingga mereka awet muda.
"Utara? Kerajaan Musim Dingin Abadi itu? Negeri Es itu?" Gumam Kaisar.
"Benar, Ayahanda."
"Apa yang kau dengar, Putraku?"
"Saya mendengar berita bahwa Putra Mahkota dari Negeri Es itu sudah mati dan Raja mereka dalam keadaan sekarat." Kata Pangeran Yi. Dia terdengar sangat bersemangat saat mengatakannya.
"Lalu bagaimana dengan pewaris lainnya, Putraku? Bukankah Raja mereka memiliki banyak putra?"
"Pewaris lainnya adalah Putra dari seorang Penyihir, Ayahanda. Tapi saya rasa dia tidak memiliki pendukung sebanyak yang dimiliki Putra Mahkota yang telah mati itu karena Si Penyihir bukan Ratu. Raja yang sekarat itu tidak pernah mengangkat Ratu baru setelah kematian Ratunya."
Ada jeda panjang sebelum Kaisar menanggapi perkataan putra keduanya itu. Kaisar Qin adalah pria yang penuh perhitungan. Dia tidak suka menolerir kesalahan dan tidak suka membuat kesalahan. Tapi putra keduanya itu sudah pernah membuat kesalahan sebelumnya dengan gagal merebut Westeria dari Ratu Tunggal mereka. Sang Putra saat itu berdalih dengan mengatakan bahwa kegagalannya diakibatkan Sang Ratu menjalin hubungan diplomatis dengan Negeri Para Penyihir, Nordhalbinsel.
"Lalu bagaimana dengan Putri Mahkota?" Tanya Sang Kaisar. "Tidakkah mendiang Putra Mahkota memiliki anak yang kelak akan menjadi penerusnya?"
Pangeran Yi tersenyum lebar mendengar ayahnya menyebut soal Putri Mahkota. Gadis itu sudah lama dia incar, tapi tidak bisa dia dapatkan karena statusnya sebagai tunangan dari Putra Mahkota. "Hanya gelarnya saja Putri Mahkota, sebenarnya mereka belum resmi menikah, Baginda Kaisar yang Agung." Ucapnya. Kini dia mulai masuk ke inti pembicaraan. Maksud sesungguhnya dari kedatangannya dengan menghadap Kaisar. "Kudengar tunangan Putra Mahkota yang telah mati itu adalah wanita tercantik di dunia. Saya sangat penasaran dan saya ingin memilikinya, Ayahanda. Wanita itu akan menjadi wanitaku dan Negeri es itu akan menjadi milik Ayahanda jika itu yang Ayahanda kehendaki."
Kaisar kembali terdiam, berpikir. Kerajaan Nordhalbinsel memang tidak seluas Kekaisaran Orient, tidak juga subur dan indah seperti Kerajaan Westeria. Tapi Kerajaan Nordhalbinsel memiliki para penyihir yang akan sangat berguna jika dikuasai. Mereka juga memiliki kuasa penuh atas Kerajaan Schiereiland semenjak Raja Vlad membunuh Raja Edward, penguasa Schiereiland yang sebelumnya. Memiliki Nordhalbinsel artinya memiliki dua wilayah kekuasaan sekaligus, Utara dan Selatan. Jika putranya berhasil, maka wilayah kekuasaan mereka akan semakin luas dan akan lebih mudah untuk merebut kekuasaan Westeria yang selama ini berlindung dibalik militer kuat dari Nordhalbinsel.
"Baiklah." Kata Kaisar akhirnya. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Putraku? Kali ini jangan buat kesalahan seperti yang kau lakukan di Barat."
Pangeran Yi tidak dapat menahan kegembiraannya. Dia tersenyum puas saat membayangkan gadis utara yang cantik jelita itu akan berada di tempat tidurnya. Lagi pula jika dirinya berhasil menggeser posisi kakaknya dan menjadi penerus takhta ayahnya, dia lah yang akan menguasai wilayah itu. Orient, Nordhalbinsel dan Schiereiland semua akan berada di bawah kekuasaannya lalu merebut Westeria dari tangan Ratu belia mereka akan semudah merebut permen dari anak kecil.
"Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya, Baginda Kaisar. Untuk itu, kali ini saya ingin meminta bantuan dari Naga Kembar." Ucapnya.
Kaisar berjengit. Tampak jelas keterkejutan di wajahnya. Jika putra keduanya itu meminta sepuluh ribu pasukan dan dana perang, dia akan dengan mudah mengabulkannya jika itu demi mendapatkan Nordhalbinsel dan Schiereiland sekaligus. Tapi yang dimintanya adalah kekuatan yang dimiliki oleh para Naga.
Seperti halnya Nordhalbinsel, Orient juga mempercayai legenda empat Naga yang membantu Ratu Agung Zhera di masa lalu. Ada beberapa perbedaan cerita dari legenda yang dikisahkan di utara, tapi paling tidak intinya sama. Itulah sebabnya, sejak awal pemerintahan, Kaisar-kaisar di masa lampau memburu anak yang terlahir istimewa. Mereka akan menguji anak itu untuk tahu apakah anak itu adalah salah satu Naga yang terlahir kembali. Mereka bahkan akan mengumpulkan anak-anak yang terlahir dengan Mata Naga untuk mencari keberadaan Naga di seluruh pelosok Negeri. Tapi Naga bukan dianggap sebagai ancaman di Orient. Mereka dipuja sebagai sayap Kaisar untuk membuat militer mereka tak terkalahkan. Di masa pemerintahan Kaisar Qin, Sang Kaisar berhasil menemukan dua Naga, mereka adalah Naga Air dan Naga Angin atau yang dikenal sebagai Naga Kembar. Naga-naga itu dimanjakan dan diperlakukan layaknya dewa. Tapi di saat yang bersamaan, mereka juga diperlakukan sebagai senjata rahasia Orient.
"Naga Kembar? Mereka adalah abdi setiaku. Aku tidak akan mengizinkanmu menggunakan kekuatan mereka sembarangan." Titah Kaisar.
"Saya tidak akan mengecewakan Ayahanda. Saya rela dipenggal di hadapan seluruh rakyat Orient jika kali ini saya gagal. Oleh karena itu, mohon izinkan putramu ini untuk membawa Naga Kembar bersama saya." Pinta Pangeran Yi.
Kaisar baru akan angkat bicara, saat tiba-tiba dua orang pemuda dan pemudi memasuki aula Istana. Sang Pemuda adalah remaja muda berusia belasan tahun, tidak diketahui secara persis usianya karena orang-orang di Orient selalu tampak awet muda. Perawakannya langsing dan tinggi. Parasnya sangat indah sehingga orang bisa mengira dirinya adalah seorang gadis jika tidak mengenakan pakaian pria. Gerak-geriknya kalem dan pembawaannya tenang seperti air mengalir. Kulitnya putih bersih seperti kelopak bunga lotus putih. Rambutnya hitam panjang, seperti halnya gaya rambut pria bangsawan lainnya di Orient. Namun yang membuatnya berbeda adalah bola matanya. Jika biasanya orang-orang di Orient memiliki warna mata hitam, pemuda itu memiliki mata biru jernih seperti air danau. Dia mengenakan sejenis hanfu sewarna dengan matanya yang merupakan pakaian adat dari salah satu suku yang ada di Orient.
"Saya bersedia ikut ke Utara, Wahai Matahari Kekaisaran." Ucapnya. Dia menggunakan bahasa yang sama dengan Kaisar, namun dengan aksen yang sedikit berbeda karena berasal dari suku di wilayah pedesaan.
Sementara itu, pemudi di sampingnya tampak jauh berbeda darinya. Meski disebut Naga kembar, mereka tidak memiliki hubungan darah apa pun. Tapi mereka adalah saudara kembar di masa lalu. Sang Pemudi sepertinya berusia lebih muda beberapa tahun dari pemuda di sampingnya. Garis wajahnya lembut dan kulit putihnya bersemu seperti buah persik, hampir transparan sehingga pembuluh darahnya hampir terlihat. Perawakannya kecil, namun tidak terlihat rapuh. Dia memiliki wajah yang kecil dengan rambut berwarna perak yang tergerai panjang di balik punggungnya. Matanya yang bulat menatap Kaisar dan Pangeran Yi bergantian. Mata itu berwarna kelabu dingin. Dia mengenakan sejenis kimono panjang berwarna merah muda dengan bordiran bergambar naga yang merupakan pakaian adat dari suku asalnya.
Saat dia bicara, angin segar bertiup lembut ke seisi ruangan, menerbangkan kelopak-kelopak sakura yang baru saja bermekaran. "Begitu pun dengan saya." Katanya.
Saat kedua naga itu datang, semua orang bersujud pada mereka. Bahkan Kaisar membungkuk penuh hormat pada mereka.
"Shuu, Kaze, apa kalian yakin?" Tanya Sang Kaisar pada Naga Kembar.
Shuu Sang Naga Air dan Kaze Sang Naga Angin saling bertukar pandang. Mereka dapat berkomunikasi tanpa menggerakkan bibir mereka sehingga tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka kemudian mengangguk satu sama lain.
"Kami yakin, Wahai Putra Langit." Kata Shuu. Senyuman lembut nan menenangkan menghiasi wajahnya.
"Kali ini putra Anda akan memberikan hal yang luar biasa baik untuk kekaisaran ini." Ucap Kaze. Matanya berkilat penuh semangat saat mengatakannya.
"Baiklah, kalau begitu. Putraku, pergilah bersama Naga Kembar dan rebut Negeri Es itu." Titah Sang Kaisar.
...****************...
Hari Rapat Pengangkatan Putra Mahkota Nordhalbinsel
"Ayah... hentikan. Kumohon." Tangis Eleanor.
"Wolfgang! Cukup! Dia adalah putramu. Satu-satunya yang akan menjadi pemimpin keluarga di masa depan."
Grand Duke Winterthur tidak memedulikan perkataan putrinya maupun istrinya. Pedangnya dan pedang milik Elias saling beradu tanpa henti. Meski sudah lama tidak memegang pedang, Grand Duke tidak kesulitan melawan putranya. Justru Elias lah yang terlihat kesulitan melawan ayahnya.
Pagi itu begitu sampai di Istana Putra Mahkota, Wolfgang Winterthur memanggil putranya untuk berduel dengannya. Mereka sudah melakukan duel pedang selama tiga jam tanpa istirahat di dalam kamar Eleanor di Istana Putra Mahkota. Eleanor memerintahkan para pengawal dan pelayan untuk pergi dari kamarnya karena tidak mau ada yang mengetahui tentang hal ini. Jika orang di luar Istana Putra Mahkota tahu bahwa Grand Duke sedang murka, mereka akan curiga dan mencari tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya.
"Jika dia memang pantas menjadi pemimpin keluarga di masa depan, seharusnya dia menjaga saudarinya dengan baik." Kata Grand Duke.
"Ayah, ini salahku, bukan salah Elias. Aku akan memperbaiki semuanya jadi kumohon hentikan."
Dengan satu gerakan, pedang milik Elias terlepas dari tangannya. Gerakan berikutnya, yang terjadi dengan sangat cepat, dapat membuat siapa pun lawannya langsung mati di tempat. Tapi gerakan Grand Duke berhenti begitu saja. Eleanor berhasil menghentikannya dengan sihir.
"Sekarang kau berani menggunakan sihirmu pada Ayahmu? Apa kau mempelajari sihir itu untuk melawan Ayahmu sendiri?" Wolfgang Winterthur tampak murka.
"Maafkan aku ayah, tapi ayah sendiri yang akan menyesal jika Elias mati di tangan ayah."
"Kita semua akan mati tepat setelah semua orang tahu bayi siapa yang ada di kandunganmu itu!”
"Bayi ini akan menjadi putra Winterthur."
"Ayahnya adalah seorang Budak Istana Utara yang hina!”
"Ayahnya adalah seorang pria yang sangat aku cintai."
"Apa cinta itu bisa membuat keluargamu bertahan hidup selama bertahun-tahun? Setelah semua yang kulakukan untuk menjaga keutuhan keluarga ini, kau menghancurkannya begitu saja karena perasaanmu yang kekanak-kanakan itu!" Wolfgang Winterthur biasanya selalu menatap lembut putrinya yang paling berharga, tapi kini, tak satu pun dari rasa kasihnya mengalahkan murka yang dia rasakan begitu tahu bahwa putrinya justru berselingkuh dari Putra Mahkota bahkan mengandung bayi dari selingkuhannya itu. "Gugurkan kandunganmu dan bersikaplah seolah tak pernah terjadi apa pun. Pilihanmu hanya ada dua, nyawa keluargamu atau nyawa anak haram itu."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sri Astuti
mlh membuka aib sendiri
2025-03-14
0