"Sama-sama Om, saya undur diri." Dave memberi hormat kembali lalu berjalan kearah pintu. Sebelum membuka handle pintu ia menoleh kearah Vano yang terluka, lalu tersenyum "Aku pergi!" ucapnya seraya membuka handle pintu dan menghilang saat pintu kamar tertutup kembali.
Vano membuang nafas kasar dan terduduk lemas di sofa seraya membekap wajahnya dengan kedua tangan.
Sementara Dave melangkah pergi dengan kaki panjang, perasaan nya saat ini sedang di rundung kesedihan yang mendalam, bukan soal pemecatannya, Namun kesedihan harus kehilangan orang-orang yang sangat ia sayangi, Ya.. Dave sudah menganggap keluarga Reno bagian dari keluarganya, orang yang sudah membesarkan hidupnya hingga di sekolahkan tempat vaforit termahal di Inggris dan satu sekolah yang sama dengan Vano tanpa di beda-beda kan. Tetapi hari ini Dave telah mengecewakan keluarga Reno dengan hilangnya Vana.
Kaki panjang Dave terus berjalan melewati koridor rumah sakit, sesekali tangannya mengusap kasar genangan airmata yang sudah berjatuhan. Ia masih teringat masa lalunya, dimana dirinya di campakkan oleh kelurga ibunya, dirinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan tidak pernah di akui oleh ibu kandung nya sendiri. Dave merasa terbuang oleh perlakuan ibunya yang mengaku dirinya sebagai keponakan bukan sebagai anak kandung. Kenyataan pahit harus ia terima setelah Ratna Tante nya datang kerumah Mella ibunya dan mendengar langsung percakapan dua orang wanita itu. Disana lah Dev baru mengetahui kalau wanita yang di panggil bibi adalah ibu kandung nya. Hancur sudah perasaan Dave saat itu, ia yang selalu di olok-olokan oleh anak Paman nya, dan selalu menerima perlakuan yang tidak wajar, saat itu ia hanya bisa pasrah dan mengalah. Namun, kedudukan sang ibu yang selalu Dave panggil Bibi, tidak pernah tegas pada keempat anaknya, dua orang anak bawaan dari suaminya dan dua anaknya hasil dari suaminya yang seorang pengacara.
Setelah pria yang ia anggap Paman mengetahui rahasia ibunya, sangat murka dan mengusir Dave dari rumah nya. Saat itulah Dave tidak memiliki tujuan lain, lalu ia menghubungi Vano yang berada di Jerman tempat tinggal Oma dan Opa nya. Dave sangat bersyukur memiliki seorang sahabat seperti Vano. Akhirnya Vano membolehkan ia tinggal di Jerman dan ditempatkan sekolah yang sama. Tentu saja kelurga Reno dan Ramon menerima Dave setelah tahu kehidupan Dave yang sesungguhnya.
Sebelum ia berangkat ke Jerman, Mella sang ibu menghentikan mobil Dave dan memberikan sebuah batu safir biru milik sang Ayah. Bahkan Dave belum pernah mengetahui keberadaan Ayah kandungnya. Dulu neneknya pernah bercerita, kalau ayahnya sudah meninggal saat Dave berada di dalam kandungan ibunya, Namun ibunya Merry mengatakan kebenaran nya, kalau ayah Dave pergi meninggalkan tanpa kabar saat ibunya mengandung dirinya. Sebelum menghilang ayah Dave memberikan batu safir biru pada Mery sang istri.
Dave menarik nafas dalam-dalam, dan teringat kembali sosok sang ibu yang ia temui di sebuah warung dalam keadaan sudah tidak waras. Tangisannya kembali pecah saat mengingat kembali sang ibu, ada rasa sakit hati dan dendam pada suami ibunya yang dulu sering Dave panggil Paman. Ia harus mencari keberadaan ibunya dan mengorek informasi tentang hilangnya kewarasan sang ibu dan tinggalkan oleh suami dan anaknya. Dave sudah membayar dektetif untuk mencari keberadaan Merry, namun sampai hari ini belum juga di ketemukan. Sementara yang Dave tahu dari orang kepercayaan nya, kalau Paman dan anak-anak nya telah pindah ke luar negeri dan belum tahu tempat tinggalnya dimana.
"Ibu... kau berada dimana sekarang? Aku berjanji akan mencari mu dan tinggal bersama ku. Untuk ayahku, aku akan mencari tahu dari ibu setelah ibu sembuh dan mengorek keterangan tentang ayah ku." janji Dave dalam hati.
Hingga langkah kaki Dave berhenti di sebuah ruangan, kamar inap yang selalu ia datangi setiap hari. Dave ingin membuka handle pintu, Namun ia ragu dan menarik tangannya kembali, ia memutar tubuhnya dan ingin melangkah pergi. Namun, langkahnya terhenti saat suara lembut memanggilnya.
"Kak Dave!
"Masuklah kak, Vira menunggu kakak sejak tadi."
Dave menelan salivanya, tenggorokan nya terasa tercekat, bahkan untuk sekedar menelan ludah saja sangat sulit. Sebenarnya ia tidak ingin melihat Savira lagi, apalagi ini terakhir kali nya ia berada disana. Namun rasa iba dan tanggung jawab pada sosok wanita yang sudah ia anggap adik, membuatnya untuk menemui Savira untuk yang terakhir kalinya.
Dave kembali mendekat ke arah pintu dan membuka handle pintu dengan perlahan, setelah pintu terbuka lebar ia melihat sosok Safira yang sudah menunggunya dengan senyuman sumringah di bibirnya, Savira terlihat bahagia saat melihat Dave mengunjunginya.
"Apa kau sudah makan Dek?! tanya Dave dengan senyuman merekah
Savira menggeleng lemah "Aku menuggu kak Dev untuk menyuapi ku." tukas Savira manja. seperti itulah Savira bila berada dekat Dave, hari-harinya berubah ceria dengan kehadiran Dave sebagai tempat curhat nya.
Dave berjalan mendekat dan mengambil sebuah piring yang berisi berbagai sayur dan lauk di atas nakas. "Dasar adik manja! godanya seraya membuka plastik mika diatas piring.
"Kak Dave kan kakak kesayangan ku, aku boleh kan manja sama kakak." Savira terkekeh kecil.
Dave menatap nanar wajah Savira, sungguh ia sangat takut bila tidak bisa melihat Savira lagi, gadis manja yang mengenaskan. Dave berpikir bila tidak ada lagi disisinya, takut senyuman dan keceriaan Savira menghilang. sungguh ia sangat dilema. Dave sudah menganggap Savira adiknya dan ia tidak memiliki saudara kandung. Sejak kecil hidupnya hanya berdua dengan sang nenek pengganti ibu dan Ayahnya. Sejak usia Dave dua tahun, sudah di tinggal Merry, sang ibu yang mencari kerja di kota dan akhirnya menikah dengan seorang pengacara. Setelah neneknya meninggal di usia Dev 10 tahun, baru lah sang ibu yang ia panggil Bibi menjemputnya dan tinggal bersama di kota.
Hidup bersama sang ibu dan anak dari suaminya, tidak membuat Dave tenang dan bahagia. ia selalu di bully dan di hina, bahkan memperlakukan Dave tidak manusiawi. Sayang nya sang ibu tidak pernah tahu kelakuan anak tirinya yang kejam dan semena-mena. Dave tidak berani mengadu pada Merry, karena selalu mendapatkan ancaman dari Ferdy dan Jonathan.
Dave tersenyum lalu mengangguk seraya menyodorkan sendok berisi nasi ke mulut gadis cantik itu. Savira menerima suapan itu dengan perasaan senang. Disaat bersamaan, Savira melihat wajah sendu Dave dengan sisa jejak airmatanya.
"Kak Dev habis menangis? tanya Safira dengan kening mengkerut.
"Tidak! tadi Mata Kak Dev kelilipan, jadi seperti terlihat habis orang menangis." dustanya dengan bibir tersinggung senyuman.
"Dek!
"Hemm..."
"Seandainya besok kak Dev tidak bisa menemanimu lagi, tidak apa-apa ya?!
Gadis itu terkejut dengan ucapan Dave yang tiba-tiba, keningnya mengkerut dengan bibir sedikit terbuka. "Maksud kak Dev apa?! apa kakak akan pergi meninggalkan aku?! wajah Savira berubah sendu.
Dave menarik nafas dalam dan di hembuskan perlahan "Maaf Dek, kak Dev harus pulang ke kampung, ada tugas yang harus di selesaikan."
Savira terdiam, butiran airmata sudah berjatuhan "Itu tandanya kak Dave akan pergi jauh dan meninggalkan ku." ujarnya dengan wajah tertunduk.
Dave menggeleng lemah, menaruh piring diatas nakas lalu mengangkat dagu Savira dan menatapnya penuh sayang "Jangan menangis Dek, kakak tidak bisa melihat mu meneteskan air mata, jangan membuat kak Dev semakin merasa bersalah." jari telunjuk Dave mengusap lembut lelehan air mata gadis manja itu.
"Kalau begitu, bawa Vira pergi dari sini dan ikut bersama kak Dev pulang kampung."
"Tidak Dek! jangan meminta sesuatu yang tidak mungkin kakak wujudkan. Dirimu milik keluarga Om Reno dan Tante Delena. Hanya mereka yang kamu miliki saat ini, jangan meminta hal yang tidak mungkin kak Dave penuhi."
Savira semakin Curiga dengan semua perkataan Dev "Kenapa kakak berbicara seperti itu? seperti kakak akan pergi jauh dan tak kembali lagi."
Dave mulai salah tingkah dan menelan salivanya, ia sangat tahu Savira mulai curiga. Ia akan membiarkan Savira tahu semuanya setelah kepergiannya, biarlah seperti ini agar Savira tidak lagi mengingat nya. walau sebenarnya jantung Dave mulai berdesir dan berdetak kencang saat ia berada di samping Savira. Dave mengambil piring diatas nakas dan menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk kedepan bibir gadis cantik itu.
"Ayo makan dulu dan habiskan, kakak ingin kau cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit ini. Savira gelengkan kepala "Aku sudah kenyang kak!"
Dave menghela nafas panjang dan menatap gadis di depannya dengan perasaan yang entahlah.
💜💜💜
@Ada yang komen katanya ceritanya ngawur. disebelah mana ngawur nya coba😂😂 tapi ya sudahlah.. kwkwkw....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Babo Saram
bukan'a nama ibu'a elsa ya? berubah lagi ya?
2024-03-06
1
netiishan11172
aku suka cerita karna mngikuti dri awal
2023-12-30
1
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
ya Allah nyesek banget bundaa😭😭😭
2023-11-30
1