Hembusan angin di pagi hari menerpa dedaunan yang rindang, terdengar bunyi kicauan burung-burung yang bernyanyi riang bersama suara ombak yang menerjang batu karang, suara itu bagai irama melodi di tepi pantai yang indah. Para turis dan wisatawan sudah memenuhi pantai Kuta. Sinar mentari pagi masuk melalui celah jendela kamar, seorang wanita cantik mengerjab-ngerjabkan bola matanya, bulu mata lentiknya ikut naik keatas saat kelopak mata terbuka lebar. Mata wanita itu menyoroti seluruh ruangan yang baginya sangat asing.
"Aku berada di mana? kamar siapa ini? Bukankah aku berada di rumah sakit lalu Siapa yang membawaku kemari?! begitu banyak pertanyaan dalam benak Vana, tentu saja ia sangat terkejut saat berada di tempat yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Apalagi kini ia berada di atas ranjang size king. Warna dinding putih mendominasi biru langit, aroma bunga sedap malam terasa hangat di dalam ruangan itu.
"Kamar siapakah ini? Ya Tuhan, apa yang sudah terjadi padaku? aku benar-benar tidak bisa mengingat lagi saat ada yang membawa ku pergi dari rumah sakit."
Wanita itu terdiam, otaknya sedang bekerja keras untuk mengingat-ingat kejadian yang menimpa dirinya hingga berakhir di tempat ini. "Apakah aku sedang bermimpi? wanita itu menepuk-nepuk pipinya dan mencubit lengannya sendiri.
"Aaawww!
Gadis itu terpekik saat cubitannya terasa sakit. "Tidak! aku lagi tidak sedang bermimpi. lalu Siapa yang membawaku kemari? kak Vano kah atau Dev?! pikirnya.
"Lebih baik aku turun dari ranjang dan mencari keberadaan mereka." Saat Vana ingin turun dari ranjang, tiba-tiba kakinya tidak bisa di gerakan, kakinya sangat lemas walau sekedar untuk mengangkat.
"Ya Tuhan! apa yang sudah terjadi padaku?! kenapa kakiku sangat lemas dan tak bertenaga?! tiba-tiba dada Vana terasa sesak, butiran air mata sudah membasahi pipinya.
CEGLEK!
Suara pintu terbuka, Vana menoleh kearah pintu yang terbuka
"Kak Vano! pekiknya. seketika bola mata Vana membulat sempurna saat melihat pria tampan masuk dan berjalan kearahnya. sungguh ia tak percaya dan mengira Vano lah yang membawanya pergi.
"Kau sudah bangun?! pria itu tersenyum lembut seraya membawa makanan dan segelas susu di tangan nya.
"KA-U....." Tiba-tiba suara Vana tercekat, lidah nya kelu dan tenggorakan nya terasa kering. Bibirnya terasa sulit untuk di katup sebab keterkejutan yang luar biasa.
Pria itu menaruh nampan berisi makanan di atas nakas lalu duduk di tepi ranjang. "Kenapa? apa kau masih ingat dengan diriku?
Seketika gadis itu mundur perlahan dan menjauh "Bu-kan kah kau su-dah mening-gal?! tukas nya dengan suara terbata
Nathan menggeleng cepat "Seperti yang kau lihat sekarang, aku baik-baik saja dan berada di depan mu. Berarti aku belum mati." ucapnya dengan sorot mata sayu.
"Tidak! kau sudah mati! bagiku kau sudah tidak ada di dunia ini!" jerit Vana tiba-tiba dengan suara bergetar.
"Deg!
Seketika jantung Nathan berdenyut pedih, ia tidak menyangka wanita yang ia cintai dengan sepenuh hati bahkan sudah banyak berkorban untuknya malah mengatakan dirinya sudah mati.
"Alea.. Kenapa kau berkata begitu? tidak kah kau rindu padaku? aku yang setiap hari menanti kehadiranmu disini, setiap hari aku merindukan mu, menunggu hari ini tiba dan akhirnya kita bisa hidup bersama."
Airmata Vana terus membanjiri wajahnya, lalu menatap sinis pada pria yang pernah mengisi hatinya "Tapi kau jahat, kau telah menculik diriku dari kelurga ku! aku tidak menyangka kau sekejam itu!!"
Nathan menghela nafas panjang dan di hembuskannya perlahan "Ma'afkan aku, keegoisan ku telah membuat mu terluka. Tidak ada maksud sedikitpun ingin melukai hati mu, aku hanya ingin menjaga mu. Aku tidak rela kau terluka, aku tidak sanggup melihat mu menderita." ujar Nathan dengan mata berkaca-kaca.
Vana menggeleng lemah "Apa yang kau harapkan lagi dariku, Aku hanyalah seorang anak dari ayah pembunuh, bahkan rasanya aku tidak sanggup lagi menatap wajah mu, Aku tidak ingin perasaan bersalah ku semakin dalam padamu!"
"Tidak Alea, kau jangan pernah berkata begitu. Aku tidak merasa punya dendam pada keluarga mu." Nathan berusaha meraih tangan Vana, namun wanita itu tetap menjauh.
"Ku mohon kembalikan aku pada keluarga ku, setelah itu lupakan aku untuk selamanya." pintanya dengan bibir bergetar
Lagi-lagi Nathan menggeleng cepat "Tidak Lea, aku tidak ingin jauh dari mu. Begitu sulit untuk dekat dan menemui mu di rumah sakit. Biarkan untuk sementara aku yang menjagamu!
"Egois! kau pikir aku siapa mu? adik mu atau keluargamu! tidak Nathan aku tidak mau! jangan membuat rasa bersalah ku semakin dalam! hiks.. hiks...
Nathan menarik tangan Vana dan berusaha ingin memeluknya, namun Vana begitu keras kepala dan menepis tangan pria di depannya, reflek ia mundur dan tiba-tiba terjatuh ke lantai karena tidak ada keseimbangan.
"Alea!! Nathan berusaha ingin menolong, namun gadis itu terus berontak.
"Lepaskan, Jangan pernah sentuh aku! teriak Vana seraya mendorong tubuh Nathan. Pria bermata biru itu membeku dengan tatapan datar, hatinya sudah berkali-kali nyeri dengan perkataan Vana yang terang-terangan menolak dirinya. Apakah ia akan menyerah? tidak! Nathan tidak ingin menyerah, ia sudah berkorban banyak dan sudah melangkah sejauh ini, dia akan sabar menunggu sampai Vana membuka hatinya kembali untuk dirinya.
Saat Vana ingin berdiri, lagi-lagi kakinya terasa lemas, karena kesal ia memukuli kakinya berkali-kali. "Aku benci diriku, kenapa ini harus terjadi padaku! hiks...
"Lea jangan lakukan itu! Nathan meraih kedua tangannya, dengan kasar Vana menariknya kembali "Untuk apa kau peduli terhadap ku, kau lihat sendiri bukan? bahkan kakiku tidak bisa di gerakan, kenapa kau masih berharap padamu! hiks.. hiks... Vana menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Hati Nathan begitu teriris-iris saat melihat penderitaan wanita yang dicintai nya, untuk sekian kalinya, sungguh ia tidak tega. Namun ia bisa apa bila Vana mulai membencinya dan tidak menginginkan kehadirannya.
"Maafkan aku Alea, Aku membawa mu pergi demi kebaikanmu. Aku tidak ingin keluargamu tahu yang sebenarnya, kalau kau mengalami kelumpuhan akibat dari pertempuran malam itu. Aku tahu kelurga mu sedang banyak masalah, aku tidak ingin mereka terluka dengan keadaan mu sekarang. Walau bagaimana pun juga aku pernah menjadi bagian dari kelurga mu, dan akhirnya kita harus berpisah karena permusuhan dan keegoisan kedua orang tua kita. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku yang akan menyembuhkan mu, sebab rasa cinta ku yang begitu besar." batin Nathan berkata lirih, ya Nathan hanya bergumam dalam hati.
"Pergi....!!!
"Aku mohon pergilah!! teriak Vana sambil menangis terisak.
"Aku akan menggendong mu naik keatas ranjang dan kau harus makan dulu."
Vana menggeleng kuat "Aku tidak selemah yang kau pikirkan, aku masih bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan siapapun! pekik Vana dengan sorot mata tajam.
"Sekarang pergilah...."
Tanpa harus Vana memohon berkali-kali lagi, Nathan berdiri dan menatap iba pada wanita yang ia Cinta, sungguh ia tidak tega meninggalkan gadis itu sendiri dalam keadaan terpuruk. Namun ia harus bisa mengikuti keinginan wanita itu agar vana bisa berpikir tenang.
"Baiklah aku akan pergi, bila ada apa-apa beritahu aku. Ada remote control di atas nakas dan jangan lupa makanlah agar kondisimu tidak lemah lagi." ujar Nathan sebelum beranjak pergi.
Nathan menarik nafas dalam-dalam lalu beranjak Pergi meninggalkan kamar itu dengan perasaan bersalah. sementara Vana memegangi dadanya yang terasa sesak, Ia terus menangis dan merutuki nasibnya.
'Kenapa ini harus terjadi padaku Ya Tuhan! kaki ku tidak bisa di gerakan!!! hiks...
Vana memandangi pintu yang tertutup oleh Nathan "Nathan! kenapa kau harus kembali hadir lagi di saat aku seperti ini? susah payah aku melupakanmu, walau kenangan kita tidak akan bisa terlupakan. Namun rasa bersalah ku yang begitu besar padamu, karena Daddy ku yang telah menyuruh orang untuk membunuhmu. kupikir kau benar-benar sudah tiada dan tidak akan kembali lagi, tapi nyatanya? hiks... kau hidup kembali. Aku tidak tahu dengan perasaanku ini apakah sedih atau senang dangan kehadiranmu." gumam Vana bicara sendiri.
"Apakah masih ada cinta di hati ku?! gadis itu meraba dadanya yang berdetak, tapi bagaimana aku bisa mencintai laki-laki yang pernah terluka oleh ayah ku? walau dia mengatakan sudah tidak ada dendam, Namun melihat binar di matanya, Nathan sedang berbohong."
Vana merangkak kearah jendela, lalu menatap lautan lepas dari dalam jendela kamarnya dengan perasaan campur aduk. kini ia sudah tahu sedang berada dimana saat ini. Tiba-tiba ia teringat akan keluarga nya. Vana sangat rindu pada mommy dan Daddy nya. Rindu pada Vano, Savira dan Zidane. Teringat akan Zidane adik bungsunya yang telah di culik, hatinya kembali terluka dan terkoyak-koyak.
"Zidan! ma'afkan kak Vana! hiks.. hiks..
Perasaan bersalah telah membuat Vana lemah dan tak berdaya, bagaimana bila kelurga nya tahu kalau ia tidak berada di rumah sakit? bagaimana perasaan kedua orang tua dan sang kakak bila ia menghilang. Vana hanya bisa merutuki dirinya sendiri dan menyesalkan perbuatan Nathan.
"Zidane, kau sedang berada dimana sekarang? kak Vana sangat rindu, ma'afkan kakak yang sudah membuat mu di culik." penyesalan Vana tidak ada habisnya, ia terus menangis dan merasa bersalah. kini hidupnya telah hancur, ia lumpuh dan merasa itu adalah karma nya. Vana pun menyadari tidak ingin kelurga nya tahu kebenarannya kalau ia sudah lumpuh, ia merasa tidak berarti lagi dalam hidupnya. Mata Vana melihat gelas yang berisi susu putih yang tadi Nathan bawa.
Vana merangkak kearah nakas. lalu mengambil gelas berisi susu itu. "Baiklah, aku akan minum susu ini untuk terakhir kalinya. kini hidup ku sudah tak berguna lagi." gumamnya.
Susu di dalam gelas sudah tandas ia minum, lalu Vana memecahkan gelas ke lantai. Vana benar-benar sudah putus asa, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, bahkan setan pun tertawa bahagia. Seharusnya Vana bahagia dengan kehadiran Nathan Cinta pertamanya, Namun, melihat Pria tampan bermata biru itu malah membuatnya merasa bersalah pada dirinya sendiri.
Vana mengambil pecahan gelas dari lantai dengan tangan bergetar. dan ia mulai menyayatkan ke pergelangan tangannya.
"Selamat tinggal mommy, Daddy, kak Vano, Savira, Zidane. Maaf aku harus pergi, tidak ada gunanya lagi aku hidup." airmata Vana terus berjatuhan bersama goresan di pergelangan tangannya yang terasa nyeri.
💜💜💜💜
@BERSXMBUNG____,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf❦DέȽΜɑɌ❦•§¢• ⍣⃝ꉣꉣ🍉
astaga vana jgn lakuin itu, tambah sedih nanti mommy daddymu, semoga nathan cepat masuk kembali.
2024-07-01
1
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
ya Allah vana...kenapa jadi putus asa begitu.kamu putri seorang macan asia,ga seharusnya punya pikiran yang sempit.pikirkan seluruh keluarga mahesa yang pasti akan sedih melihat kamu seperti ini..kasian nathan😔
2023-11-30
1
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
ya Allah ternyata vana jadi lumpuh ya😭😭😭
2023-11-30
1