"Papa sudah baik-baik saja kan? Aku minta maaf, Mas ingin kau mendengarkan semua nya biar kau tidak salah paham lagi."
Delena masih memberikan tatapan tajam dan mundur kebelakang saat Reno ingin memeluknya "Jangan pernah mendekat! aku kecewa padamu Mas! aku masih sakit hati karena kau tidak menghargai ku sebagai seorang istri! teriak Delena lalu melangkah pergi meninggalkan kamar.
"BRAKK!!!
Delena menuruni anak tangga ke bawah menuju dapur. Ia mengambil air putih dingin dari dalam kulkas, lalu menuangnya ke dalam gelas. Rasa kesal dan gelisah dalam dirinya setelah bertemu Reno yang merasa tidak bersalah atas perbuatannya. Hal itu membuat Delena stres. Iya menarik satu kursi makan dan menghempaskan bokongnya.
Setelah air putih dalam gelas tandas Delena minum, ia merasakan perutnya lapar, baru saja siang tadi ia tiba di mansion, Namun ia tidak berselera saat ART menyediakan makanan diatas meja. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Bi Ijah yang biasa melayaninya tidak ada di dapur, juga ia tidak melihat Kodir suami bi Ijah, yang biasa berada di pos satpam. Pak Yanto yang tidak nampak batang hidungnya, Namun mobil yang biasa ia bawa masih berada di garasi.
Semua orang yang berada di dalam mansion hanya terdiam dan bungkam saat Delena bertanya berkali-kali, tentang keberadaan mereka bertiga. Seperti ada yang sengaja menutupinya. Bahkan saat Delena menghampiri kamar anaknya satu-persatu, tidak ia temui sosok Zidane, Vana dan Savira. Seketika hatinya berdebar-debar tak karuan, ia mencoba menelpon nomor kontak Vano, Vana dan Savira, namun tidak ada satupun yang aktif. Delena seperti terlihat bodoh dan tidak mengetahui apa yang sudah terjadi, sebab banyak yang sengaja di tutupi darinya.
Tak ingin kehabisan akal, Delena mencari kontak Dave dan mulai menghubunginya, terdengar nada masuk dari sebrang sana, tak lama kemudian suara Dave menyapa.
"Siang Tante."
"kau berada di mana Dev?!
"Aku... " Dave sempat berpikir dan bingung harus bicara apa, sedangkan Vano sudah memperingati nya agar jangan bicara dulu pada Delena tentang keluarga nya."
"Dave, kenapa diam? aku sedang bertanya pada mu!" seru Delena meninggikan suaranya.
"I-ya Tante, aku sedang berada di kantor." ujarnya berdusta.
"Kenapa ponsel Vano selalu tidak aktif? tolong berikan ponsel mu pada Vano, Tante ingin bicara!
"Sekali lagi Dev terlihat bingung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Ya Tuhan, alasan apalagi untuk meyakinkan Tante Delena, tidak mungkin juga aku bilang Vano menyusul tuan Reno untuk menyelamatkan Zidane." tukasnya dalam hati.
"Begini Tante, saya sedang berada di luar kantor, ada beberapa tugas yang Vano berikan, sementara Vano sedang meeting. Makanya ponselnya di non aktifkan." ujar Dave berbohong, karena gelisah ia mengusap wajahnya berkali-kali.
"Heran! kau sama saja dengan Vano, tidak ada yang bisa di percaya!" cetus Delena kesal, seraya mematikan sambungan telepon.
Delena menarik pikirannya dari obrolan Dave tadi siang, kini ia sedang mencari sesuatu yang bisa ia makan dari dalam kulkas.
"Mommy?!
Tiba-tiba terdengar suara Vano memanggil dari belakang punggungnya, Delena memutar tubuhnya dan melihat sang anak sedang menatapnya dengan ekspresi terkejut.
Delena tidak jadi mengambil sesuatu yang ia cari dari dalam kulkas setelah melihat Vano berdiri didepannya. Delena menatap tajam wajah sang anak dengan ekspresi kesal.
"Kemana saja kau Van! mommy sudah menghubungi mu berkali-kali Namun ponsel mu tidak pernah aktif. Apakah sesulit itu ingin bicara dengan mu." Delena melipat kedua tangannya di dada sambil berjalan ke arah Vano, yang ditanya hanya menggaruk alisnya.
"Jawab! apa kau tidak punya mulut untuk bicara?! bentak Delena tiba-tiba
Vano menarik nafas dalam-dalam, ia sudah tahu sebentar lagi bom yang ia simpan akan segera meledak "Vano akan menjelaskan semuanya bila Mommy sudah tenang dan tidak marah-marah lagi."
Mata Delena mendelik "Bagaimana mommy tidak marah kalau kalian semua pada menutupi apa yang tidak mommy ketahui?! Delena menghembuskan nafas kasar "Sekarang dimana adik-adik mu!"
"Mereka..."
"Kak Vano.... hiks.. hiks.. Zii takut! Zidane berlari kearah sang kakak yang tadinya mau mengambil minum.
"Zidane! pekik Delena saat melihat sang anak menangis. Zidane menoleh dan menatap wajah sang mommy.
"Mommy....!!"
Zidan berlari dan memeluk Delena. Delena yang sangat rindu dengan anak bungsunya menciuminya bertubi-tubi, lalu menatap tubuh anak lelakinya lekat-lekat "Zii... kenapa tubuh mu sangat kurus. Apa tidak ada yang memberi mu makan selama mommy tidak ada? atau ketiga kakak mu tidak becus mengurus kamu? tanya Delena dengan tatapan iba. Zidane menangis terisak dengan tubuh bergetar hebat. Anak itu masih trauma dan meninggalkan jejak tentang genk kalajengking, bagaimana tidak? anak seumuran Zidane yang masih berusia 12 tahun, harus mengalami trauma yang begitu dahsyat. Di gantung di atas tali dengan kedua tangan terikat, dan di bawah nya ada buaya-buaya buas yang sedang lapar. Bila saja tali itu putus, sudah pasti Zidan menjadi santapan binatang ganas itu.
"Zii, ada apa dengan mu Nak, kenapa tubuh mu gemetar begini." pekik Delena dan Panik melihat anak bungsunya seperti ketakutan dengan kedua mata mendelik.
"Zii..." Vano langsung memeluk sang adik dan menggendong nya, lalu membawa Zidan kedalam kamar. Dengan perasaan was-was Delena mengikuti dari belakang.
"Dek! jangan takut ada kak Vano disini." vano membaringkan tubuh sang adik keatas ranjang, seketika tubuh Zidan membeku keras, hanya airmata yang terus berjatuhan.
"Vano! katakan pada Mommy, Apa yang sebenarnya sudah terjadi dengan adikmu Zidan! teriak Delena frustasi.
"Mommy, Sabar dulu. jangan histeris seperti itu. Nanti akan Vano jelaskan."
"Zii..." terdengar suara Reno membuka handle pintu dan memasuki kamar Zidan. ia terkejut melihat tubuh sang anak membeku. "Apa yang terjadi dengan Zidan?! tanya Reno panik, sepertinya ia baru saja selesai mandi dan turun kebawah.
Delena beranjak dari tepi ranjang dan menghampiri Reno yang masih berdiri dengan ekspresi terkejut "Ini semua gara-gara mu Mas! Delena berteriak seraya memukuli dada bidang Reno "Kalau saja kau tidak meninggalkan aku, kalau saja kau berkata jujur! aku tidak akan semarah ini! sekarang lihat anak kita, Lihat!!! teriak Delena dengan air mata berderai-derai.
"Sayang... dengarkan aku dulu! kau jangan seperti ini!" Reno terus menyadarkan sang istri sambil meraih tangan Delena.
"Tidak perlu merasa tak bersalah! Delena menepis tangan Reno
"Mom! Dad! please?! jangan bertengkar disini, lihat Zidan ia sedang trauma. Kondisinya sangat memprihatikan. Bisakah mommy dan Daddy menyelesaikan semuanya diluar?!" pinta Vano dengan tatapan memohon.
"Ap-apa? trauma? apa maksud mu Van?! tanya Delena curiga, yang ditanya hanya menghela nafas panjang.
"Ayo kita keluar, aku akan jelaskan semuanya!" Reno menarik tangan sang istri dan membawanya keluar.
"Ya Tuhan, kenapa semuanya jadi kacau begini? aku tidak melihat lagi kesabaran dari seorang mommy, apa Daddy begitu melukai perasaan mommy, hingga ia bertindak labil?" Vano menarik nafas dalam-dalam seraya mengusap wajahnya kasar, kini sudut matanya sudah berair, Vano merasakan kesedihan yang teramat dalam melihat kondisi ketiga adiknya, bahkan pertengkaran mommy dan Daddy nya telah melukai anak-anak nya.
"PRANKK!!!;
"Kau keterlaluan Mas! bisa-bisanya kau merahasiakan semua ini dari ku! Zidane trauma karena di culik oleh Genk kalajengking! Apa aku tidak berharga sama sekali sebagai seorang istri?! aku ibunya yang telah melahirkan Zidan!" teriak Delena emosi sambil memukul dadanya sendiri.
"Sayang... aku belum selesai menjelaskannya! kenapa kau mudah sekali emosi! dimana Delena yang dulu? Delena yang lembut dan keibuan, Delena yang selalu menghargai suami dan anak-anaknya!
Delena menatap tajam manik mata Reno, lelehan airmata terus berjatuhan "Delena yang dulu sudah tidak ada! kau yang membuat aku seperti ini! bentak wanita yang sudah memberikan Reno tiga orang anak.
Huft! Reno membuang nafas kasar, kini ia sadar telah melukai wanita di depannya, wanita yang sudah menemaninya selama 26 tahun, selama ini, di mata Reno tidak ada celah sedikitpun dari wanita yang ia cintai, Delena bagai bidadari yang di kirim Tuhan untuk nya, Namun sekarang, Delena benar-benar sudah berubah dan tidak bisa mengontrol emosi nya.
"Hiks.. hiks... hiks...
Suara tangisan Delena semakin dalam, ia meremas dadanya yang terasa nyeri, ia merasa dirinya sudah tak berguna di mata suami dan anak-anaknya. Padahal selama ini ia selalu menuruti apa kata-kata suaminya dan tidak pernah berontak apalagi membantah. Reno mendekat dan ikut duduk di depan sang istri yang sudah duduk di lantai. ia merapikan rambut Delena yang berjatuhan di depan wajahnya.
"Sayang... Ma'afkan Mas ya. Semua ini memang mas yang bersalah. Mas akan menjelaskan semuanya, kenapa meninggal kan mu di Jerman dan tidak mendonor kan ginjal pada papa, semua itu tidak lepas dari bantuan seseorang yang sudah menolong ku sebelum ginjal Mas di ambil." Reno menelan salivanya dan mulai menceritakan semuanya walau terdengar nafas Delena yang tersengal.
"Mas harus pergi meninggalkan mu, karena..."
"Sudah cukup Mas! Delena memotong ucapan nya "Tidak perlu kau jelaskan lagi, aku sangat kecewa padamu, seharusnya kau bisa jelaskan melalui telepon, namun kau tidak melakukannya Mas! aku seperti orang gila saat kau pergi tanpa kabar, setiap hari, setiap jam, setiap menit aku menelpon mu, Namun telpon mu tidak pernah aktif! sekarang dengan mudahnya kau meminta maaf! Delena mendorong tubuh Reno dan beranjak pergi.
💜💜💜
"BERSAMBUNG___"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
🍁Ƭɧเɛɛ❣️❀∂я 💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kasian Zidane jadi trauma gara gara jadi korban penculikan 😢
2024-07-15
2
❤️⃟Wᵃf❦DέȽΜɑɌ❦•§¢• ⍣⃝ꉣꉣ🍉
delena ngak mau dgr penjelasan yah makin runyam dong ntar berlarut2,yg sabar delena tenangkan hatimu dulu,pikir gmana mau sembuhin trauma anakmu itu jgn berantem terus lah.
2024-07-01
1
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
haduuh mommy dena harusnya dengerin dulu doong.jangan malah nambah2in masalah.yang penting sekarang semuanya sudah selamat kan mom.kasian loh daddy reno sama anak2😔
2023-11-30
1