"Kau yang meminta aku melakukan ini, Margo! berulang kali aku meminta kertas ini secara baik-baik! namun kau malah menantang aku, itulah akibat dari keserakahan mu. Hiduplah dengan satu tangan! seru Reno dengan seringai licik di bibirnya. lalu Reno berjongkok di depan tubuh Margo yang berguling-guling kesana-kemari.
"kau menginginkan surat kuasa ini bukan? Reno tersenyum licik seraya menyobek kertas itu menjadi sobekan kecil "Ambilah ini! Reno menyebarkan keras sobekan itu di tubuh Margo yang sudah tak berdaya.
"Ren! cepat kau lepas topengnya, aku jadi penasaran, sama penasarannya dengan para readers yang sudah tegang membaca novel Bunda."
Reno tersenyum seraya mengangguk "Kau benar, para readers sangat penasaran, bahkan aku pun sama." author terkekeh
Reno yang masih berdiri didepan Margo menarik nafas dalam-dalam dan berjongkok kembali berniat untuk membuka topeng Pria bernama Margo. Sesaat kemudian Reno sudah berjongkok dan meraih topeng berbentuk kalajengking. Namun sayang, sebelum Reno melihat wajahnya, sebuah asap hitam mengepul dan membuat pengelihatan Reno mengabur.
"Ren! kau tidak apa-apa? tanya Sabrina yang juga merasakan hal yang sama, pandangan matanya tiba-tiba mengabur.
"Sialan! pekik Reno emosi setelah asap hitam itu menghilang secara perlahan "Margo menghilang! siapa yang telah menyelamatkan nya?!
Sabrina pun menyadari tidak ada Margo yang tergeletak di aspal setelah pandangan matanya kembali normal. "Berarti sudah ada orang yang mengintai kita sejak tadi."
"Sial, sial! Kita telah kehilangan jejak Margo! kesal Reno menendang udara
"Sudahlah Ren, semoga pria itu sadar dan tidak melakukan kejahatannya lagi, yang terpenting perusahaan dan harta tujuh keturunan mu tidak hilang."
Apa yang dikatakan Sabrina benar, Reno sudah bisa mengalihkan kembali perusahaannya yang hampir saja hilang oleh ulah Margo. Namun ia masih harus waspada, sebab Margo dan antek-anteknya bisa Kapan saja datang dan menghancurkan kembali keluarga nya. Reno berjanji tidak akan membiarkan semua itu terjadi lagi.
"kau benar Sabrin, seluruh perusahaan dan hartaku kembali lagi kepada pemiliknya." Reno tersenyum simpul "Terima kasih, kau sudah banyak membantuku."
"Daddy.....!!"
Terdengar suara Vano memanggil sang Daddy dan berlari ke arah Reno dan Sabrina.
"Van! kau baik-baik saja Nak? bagaimana dengan anak buah kalajengking?" sebenarnya Reno sudah yakin kalau anaknya bisa membasmi mereka semua.
"Seperti yang Daddy dilihat, aku baik-baik saja bukan?! mereka sudah ku kirim ke alam baka."
Reno menepuk pundak Vano "Syukurlah, kau memang kebanggaan Daddy." Reno bernafas lega.
Seketika Vano melirik kearah Sabrina, seakan sorot matanya meminta penjelasan pada sang Daddy.
"Oiya, perkenalkan Ia bernama Sabrina. wanita yang Daddy datangkan dari Jepang. kami satu perguruan dan ia anak dari guru Daddy."
"Vano sudah mengenalnya Dad! Vano tersenyum kearah Sabrina dan di balas senyuman oleh Sabrina "Tante cantik terima kasih sudah banyak membantu dan menyematkan adikku Zidan."
"Sama-sama, semoga tidak ada lagi kejahatan berikut nya."
"Oh iya Dad! di mana laki-laki bernama Margo ketua geng kalajengking."
Reno membuang nafas kasar "laki-laki brengsek itu sudah kabur dan menghilangkan jejak setelah Daddy menebas satu tangannya hingga buntung."
Vano mendelik, baginya sudah biasa mendengar sang Daddy melumpuhkan lawan dengan cara brutal dan ganas, membuat si pendosa merasa bersalah dan mentalnya terganggu karena rasa malu kehilangan satu anggota tubuhnya yang ia banggakan.
Reno bisa saja menghabisi musuhnya secara langsung dengan membunuhnya, Namun ia juga bisa memilih lawan dengan tidak langsung membunuh tapi membuatnya cacat seumur hidup dan membuatnya depresi lalu mereka membunuh dirinya sendiri karena telah gagal.
"Semua sudah selesai sekarang, ayo kita pulang."
"Dimana Zidane dan Steve! tanya Reno sebelum melangkah pergi.
"Mereka berdua sudah menunggu di mobil." ujar Sabrina melangkah mendahului.
"Van tunggu! Reno menarik tangan Vano.
"Iya Dad!
"Siapa yang memberitahumu keberadaan Daddy di sini? dan kau datang tepat waktu."
"Jack! nanti aku ceritakan semuanya di mobil. Vano sudah lelah dan ingin beristirahat sebentar."
"Baiklah, ayo kita pulang!" Reno merangkul pundak sang anak dan berjalan keluar dari markas Genk kalajengking. Sebelum mereka pergi dan meninggalkan tempat itu. Reno dan Vano menatap Markas besar yang sudah tidak ada pemiliknya. Tempat dimana kejadian yang tidak akan pernah mereka lupakan. Tempat itu terlihat sunyi dan mencekam, tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di sana setelah Margo di nyatakan menghilang.
Mobil Reno dan Vano berjalan beringin menembus dingin nya malam, cuaca malam itu tidak lah bersahabat, kabut tebal mengelilingi laju mobil yang mereka kendarai, namun tidak menyurutkan langkah mereka untuk segera meninggalkan tempat terkutuk itu. Reno berniat akan membawa Zidan ke spikiater untuk memulihkan kondisinya dari trauma dan menjaga ketat selama 24 jam penuh. ia tidak ingin anaknya mengalami depresi atas kejadian yang hampir merenggut nyawanya.
Dua pesawat jet pribadi milik keluarga Reno sudah take off atau lepas landas. Perjalanan memakan waktu sekitar 16 jam, hingga pesawat jet berhenti di lapangan terbang khusus milik Reno.
Reno sudah memerintahkan dua orang bodyguard untuk membawa dua buah mobil. satunya di gunakan Steve untuk di bawa kerumah sakit, untuk memulihkan luka Steve pasca di keluarkan nya peluru oleh Sabrina.
"Cepat kalian bawa asisten ku kerumah sakit. Dokter Agung akan menangani nya." perintah Reno pada sang bodyguard
"Baik Tuan!"
"Sabrina, apa kau ingin menginap di mansion ku?! tanya Reno saat sudah berada di depan mobil.
"Tidak Ren, terima kasih. Aku menginap di hotel saja."
"Aku memiliki beberapa apartemen dan fun house. kau tunggal lah disana. Anak buahku yang akan mengantarkan."
"Tidak usah! tolak Sabrina
"Jangan menolak, Jack sudah berjalan kearah sini, aku banyak berhutang budi padamu."
Sabrina menghela nafas pendek "Tidak perlu diingat lagi, sudah puluhan kali kau mengatakan itu!"
Tak berapa lama, mobil Jack sudah berhenti tepat didepan Reno dan Sabrina. Jack keluar dan membungkuk hormat di depan Reno "Sore Tuan!"
"Bawa Nona Sabrina ke apartemen milik ku, dan urus semua keperluan nya."
"Jangan berlebihan Ren! aku bisa mengatasi sendiri semua keperluan ku."
"Tidak apa-apa, kau adalah ratu di Negaraku. Nikmatilah fasilitas dari ku! Reno mengedipkan satu mata seraya melempar senyuman, lalu masuk kedalam mobil di samping kemudi, di belakang penumpang ada Vano yang sedang memangku Zidane.
Tiga mobil berjalan beringin menembus jalanan raya ibu kota, menuju tempat masing-masing.
Pukul delapan malam, mobil sudah berhenti di depan gerbang mansion. Sekuriti membuka pintu gerbang dengan tergesa saat tahu tuan nya yang datang. Hatinya bertanya-tanya saat Reno bersama Vano datang berbawa Zidane yang telah di culik oleh kelompok genk kalajengking.
Reno menggendong tubuh Zidan yang mulai menyusut berat badannya. Vano mengikuti dari belakang. Tiba didepan kamar, Reno membuka pintu dan membawa anaknya masuk kedalam kamar.
"Zidan nggak mau dikamar ini. Zii takut!" tangisnya dengan terisak, pundaknya naik turun sambil mengeratkan pelukannya ke tubuh sang Daddy.
"Tidak apa-apa sayang, sekarang sudah aman. Tidak akan ada lagi penjahat yang akan menculik Zii."
Zidane terus merengek dan menangis, ia mengalami trauma berat, hingga bayang-bayang penculikan nya terus terekam di otaknya. "Zii nggak mau disini!"
"Dad! sepertinya sikis Zidan terganggu, hingga ia trauma di kamarnya sendiri."
Reno menghela nafas panjang "Baiklah, Zii tidur di kamar Daddy."
"Tidak usah Dad! biar Zidan tidur dengan ku di kamar Vana. Daddy beristirahatlah, Vano lihat Daddy sangat lelah dan ada beberapa luka di wajah Daddy."
"Ya sudah kau jaga Zidan. Daddy mau mandi dan beristirahat sejenak."
"Zii, sama kak Vano ya, Daddy mau mandi." Zidane mengangguk, dan masuk kedalam kamar Vana bersama sang kakak.
Reno menaiki lift yang berada di samping tangga. Tenaganya sudah banyak terkuras, dan pikirannya sudah bercabang, apalagi bila tentang kondisi anak-anaknya. Belum lagi ia harus memikirkan istrinya Delena, yang masih berada di Jerman.
Tangan Reno membuka handle pintu, saat pintu terbuka kamar gelap gulita, ia berjalan masuk dan mencari saklar lampu.
"Blum!
Seketika ruangan kamar terang benderang. Reno berjalan kearah sofa yang berada di dalam kamar, lalu menghempaskan bokongnya seraya melepaskan jas dan kemejanya. Reno di kaget kan oleh suara benda berjatuhan, atensinya beralih kearah suara yang berada di samping tempat tidur. seketika Rena terkejut dengan mata membulat.
"Delena! pekik nya. Reno beranjak dari sofa dan menghampiri sang istri yang sudah berdiri di sisi tempat tidur.
"Sayang, kau sudah pulang..." Reno bertanya tanpa rasa bersalah, ia menyunggingkan senyuman pada sang istri. Ada binar bahagia di wajah pria tampan yang sudah tak muda lagi. Ia yang sudah sangat rindu pada sosok sang istri segera ingin memeluk tubuhnya. Namun sayang. sebuah tamparan keras melayang di pipi Reno.
"PLAK,!
Reno terkejut atas reaksi istrinya yang tiba-tiba menampar pipinya. Delena memberikan tatapan tajam pada sang suami yang selama ini sudah ia pendam amarahnya.
"Delena apa-apaan ini! kenapa tiba-tiba kau menamparku?!" tanyanya dengan sorot mata tak percaya. sosok istrinya yang begitu lembut dan tidak pernah marah, apalagi sampai menampar nya, tidak pernah Reno lihat sebelumnya. Selama 26 tahun berumah tangga tidak sekalipun Delena kurang ajar padanya, bahkan ia seorang istri penurut. Tetapi sekarang, tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya, Delena sudah berani menampar dirinya.
"Kau pantas mendapatkan nya Mas! seru Delena dengan air mata yang sudah mengalir deras. "kau berani meninggalkan aku dan pergi tanpa memberi kabar terlebih dahulu! Dan yang lebih menyakitkan lagi, kau telah berbohong dengan berpura-pura mendonorkan ginjal pada Papa. Tapi apa...? kau pergi begitu saja meninggalkan Papa yang sedang berjuang di meja operasi!
Reno menggeleng cepat "Kau salah paham sayang, aku akan jelaskan semuanya." Reno berusaha meraih tangan Delena, namun wanita berusia 46 tahun itu menepis tangan suaminya.
"Kau tahu tidak?! jantung ku hampir saja berhenti saat kau masuk kedalam ruangan operasi, perasaan ku sangat takut dan kalut saat itu. Bagaimana bila ginjal yang kau donor kan untuk papa gagal."
"Papa sudah baik-baik saja kan? Aku minta maaf, Mas ingin kau mendengarkan semua nya biar kau tidak salah paham lagi."
Delena masih memberikan tatapan tajam dan mundur kebelakang saat Reno ingin memeluknya "Jangan pernah mendekat! aku kecewa padamu Mas! aku masih sakit hati karena kau tidak menghargai ku sebagai seorang istri! teriak Delena lalu melangkah pergi meninggalkan kamar.
"BRAKK!!!
💜💜💜
@Mana dukungan buat BUNDA? kirimkan Vote/gift. like, Rate bintang 5 DAN komentar yang membangun 🥰
@BERSAMBUNG___"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣ 🦆͜͡ᴍᴀᴍᴀᴇʟ ᴳ𝐑᭄ ❀∂я🌹
aishh othor keren ..sgala ada asap2 ninza hatori yg bikin kabur penglihatan /Grin/
lanjut akh ngebut
2024-01-14
1
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
haduuuh pawangnya daddy reno ngamuk tuuh🙈🙈😅 selamat berjuang meluluhkan mommy delena ya dad🤭
2023-11-30
0
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
haduuuh kok gagal sih buka topengnya🤦♀️😩
2023-11-29
0