"Dimana adik dan Daddyku sekarang?! tanya Vano tak sabar
"Daddy mu aku tidak tahu, aku belum berjumpa dengan nya, tetapi adik mu Zidan aku titipkan pada Steve di sebelah sana."
"Ayo kita kesana, aku sudah sangat rindu pada adikku!"
Mereka berdua berjalan kearah dimana Zidane dan Steve berteduh.
"Zii....! pekik Vano saat melihat sang adik sedang berada di pangkuan Steve.
"Kak Vano...!!!
Vano berlari dan memeluk sang adik, ada kerinduan yang teramat dalam pada sosok Zidane yang sudah hampir dua minggu menghilang. Vano menciumi wajah sang adik, sudut matanya meneteskan airmata, rasa haru dan bahagia menjadi satu. ia meraba tubuh sang adik yang terlihat kurusan.
"Dek, kau kurusan, apa tidak di kasih makan?"
Zidan tidak menjawab nya, ia hanya mengeratkan pelukannya pada leher sang kakak, hanya isakan tangisan kecilnya yang terdengar lirih dengan pundak yang turun naik. Zidan merasakan kepedihan dan kesakitan yang adiknya rasakan. Tubuh kecilnya bergetar hebat seakan memberitahu kepada sang kakak Kalau ia tidak baik-baik saja dan mendapatkan penderitaan selama berada di tangan Genk kalajengking. Reno mengeratkan pelukannya dan mengusap lembut punggung sang adik untuk memberikan ketenangan
~flash back~
"Apa yang sedang kau pikirkan Van? kenapa sejak tadi kau hanya merenung? tanya Dev seraya mendaratkan bokongnya keatas sofa.
"Aku memikirkan Daddy, sejak Daddy pergi tidak ada kabar sama sekali, bahkan ponselnya tidak aktif." tukas Vano terlihat murung dan gelisah.
"Sebelum pergi dari rumah sakit ini, apakah om Reno pernah berkata ingin menemui Genk kalajengking?!
"Daddy hanya berkata ingin mencari keberadaan Zidan."
"Sudah pasti itu berhubungan dengan geng kalajengking."
"Kau benar? Daddy pasti mencari keberadaan Genk kalajengking, tapi.. dimana? bahkan aku tidak tahu dimana keberadaan Daddy, sedang ponselnya tidak aktif lagi."
"Kenapa kau tidak coba mencari info dari anak buah Daddy mu, atau orang kepercayaan Om Reno."
Vano menghela nafas panjang "Aku sudah menghubungi mereka, tapi mereka pun tidak tahu, Daddy tidak memberitahu kemana ia pergi."
"Apa Daddy mu punya asisten lain?
"Setelah Om Frans tidak lagi bekerja dengan Daddy dan mengurus perusahaan milik Tante fanny, setahu ku Daddy tidak mau memiliki asisten lagi, tetapi ia pernah perintahkan anak angkatnya yang Daddy sekolahkan di Sidney untuk pulang ke Indonesia setelah lulus S2."
"Apa anak angkat Daddy mu bekerja di perusahaan om Reno?"
"Iya! Kak Steve memegang salah satu anak perusahaan Daddy di bidang perkapalan yang berada di Surabaya."
"Coba saja kau cari info tentang anak angkat Daddy mu itu, siapa tahu saja ia tahu informasi tentang om Reno."
Vano mengangguk lalu mencari nomor kontak seseorang.
"Hallo selamat siang, dengan PT Abadi Gemilang. Bisa kami bantu?! tanyanya ramah.
"Meta, bisa bicara dengan Steve Andrean?
"Maaf Pak, saya berbicara dengan siapa?'
"Vano!
"Pak Vano?! maaf Pak, sudah empat hari pak Steve tidak berada di kantor."
"Tidak berada di kantor! kemana dia?!
"Saya juga kurang tahu Pak, cuma dapat info dari Direktur pemasaran untuk tidak memberi janji pada Cliant, Sebab asisten Steve tidak berada di kantor "
Vano menarik nafas dalam-dalam dan di hembuskan perlahan "Baik terima kasih, bisa kirimkan nomor kontak Steve padaku."
"Bisa Pak, Tunggu sebentar akan saya kirimkan ke nomor anda."
Sambungan telpon terputus. Tak berapa lama terdengar notifikasi dari ponsel vano. ia membuka aplikasi warna hijau dan menerima Nomor telepon Steve.
"Kau sudah mendapatkan nya?
"Sudah! jawab Steve seraya memindahkan nomor Steve ke ponsel satunya dan mulai menghubunginya.
"Ahh sial! kenapa semua orang tidak bisa di hubungi, seakan mereka bungkam semua!" kesal Vano seraya melempar ponselnya ke sofa.
Dave juga ikut berpikir dan berusaha menenangkan sahabatnya yang sedang tidak baik-baik saja. Permasalah keluarga nya begitu pelik, belum lagi pekerjaannya yang terbengkalai, banyak investor dan cliant mundur dan membatalkan janji, karena Vano tidak bisa konsentrasi, untuk sementara semua pekerjaan ia serahkan pada Humas perusahaan.
Drett!
Drett!
Drett!
Terdengar suara getaran dari ponsel Vano. Dave yang duduk di Sofa menoleh arah sumber suara di samping nya, ia melihat nama si menelepon dari layar ponsel.
"Love Mommy?"
"Van! Mommy menelpon.
Nendengar nama Mommy, Vano beranjak dari kursi kerja milik sang adik, lalu melangkah mendekat dan menarik ponsel dari tangan Dave.
"Apa yang harus aku katakan pada mommy, bila dia bertanya Daddy? gumam Vano bermonolog.
"Lebih baik katakan kejujuran nya, jangan merahasiakan sesuatu, akan menjadi bumerang nantinya." Dave memberi saran.
"Sebenarnya aku masih penasaran kenapa Daddy pulang sendiri tanpa mommy?
"kau bisa bertanya langsung, lalu menjelaskan semuanya apa sudah terjadi di Jakarta. Jangan sampai tante Delena merasa tidak di hargai dan tidak dianggap keberadaannya karena masalah hilangnya Zidane."
Vano mengangguk setuju "Kau benar, aku harus menjelaskan nya pada mommy tentang hilangnya Zidane, juga Vana yang baru bangun dari koma dan Savira yang mengalami depresi."
"Kalau menurutku kau tidak usah cerita tentang Vana dan Shafira dulu, takutnya Tante Delena tidak terima dengan keadaan anaknya yang hilang ditambah lagi kedua putrinya yang mengalami depresi."
Vano menghempaskan nafas kasar, lalu dering ponsel terhenti, ia masih gelisah dan gusar apakah harus menghubungi Mommy nya atau membiarkan nya, sebab Vano tidak ingin sang mommy stres dan jatuh sakit mendengar Zidane hilang.
Tiba-tiba ponsel di tangan Vano berdering lagi, akhirnya fana memutuskan untuk mengangkat telepon dari sang mommy.
"Hallo Mommy..." ucapnya gugup dan tercekat, Karena ia masih mencari kata-kata yang pas untuk sang mommy
"Zevano!!! apa mommy sudah tidak kau anggap ibu mu lagi...?! tiba-tiba terdengar suara emosi Delena dari ujung telepon, suara lembut yang biasa Vano dengarkan dari sang mommy, kini berubah menjadi suara pedas.
"Mo-mmy..? apa mak-su-d mommy berkata seperti itu?! tanyanya lirih.
"Kau sama saja dengan Daddy mu! selalu susah untuk di hubungi! kalian dua lelaki yang sama-sama egois! terdengar suara amarah Delena di barengi isakan kecil.
Suara Vano tercekat bahkan untuk menelan saliva nya saja Ia begitu sulit. "Mom, jangan emosi dulu, biar Vano jelaskan semuanya, semua ini tidak seperti yang mommy pikirkan. Daddy____"
"Sudahlah kau tidak perlu membela Daddy mu! sentak Delena memotong ucapan Vano. "Daddy mu sudah berbohong dan meninggalkan mommy di sini tanpa pamit! hiks.. hiks.. akhirnya pecah sudah suara tangisan Delena di ujung telpon
Vano menghela nafas panjang dan berusaha menenangkan sang mommy "Mommy, Vano sangat sayang pada mommy, Vano punya alasan kenapa waktu itu belum berani mengangkat telepon mommy, Sebenarnya..." Vano menghentikan ucapannya seakan ia masih ragu untuk menjelaskan pada sang mommy apalagi ia tahu ibunya sedang emosi, Vano tidak ingin keadaan ibunya semakin kacau dan amarahnya tak terkendali, walau Vano tahu sang mommy adalah wanita paling sabar dan pengertian, namun, bila ia di abaikan dan tidak dianggap keberadaannya sudah pasti akan kecewa.
"Sudahlah, mommy tidak butuh penjelasan darimu. Secepatnya mommy akan pulang ke Jakarta! suara Delena menghilang bersama sambungan telepon yang terputus.
Vano mengusap airmata di sudut matanya. sebenarnya ia merasa bersalah pada sang mommy yang tidak berani mengatakan kebenaran nya. Jika masalah keluarga nya sedang kacau dan tidak baik-baik saja. kini yang ia takutkan pertengkaran antara Daddy dan Mommy nya bila bertemu nanti. Akan ada kesalahpahaman nantinya, karena ia baru tahu kalau sang Daddy meninggalkan mommy nya tanpa memberi kabar, entah apa yang membuat Daddy nya tidak meminta izin dulu saat meninggalkan Jerman, pastinya ada alasan kuat di balik semua itu.
Vano terduduk lesu diatas sofa dengan wajah tertunduk, Dave mendekat dan merangkul pundak sahabatnya "Tenangkan dulu hati mu, jangan merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi, kau harus kuat sebagai anak laki-laki, penerus kelurga besar Mahesa."
Vano mengusap wajahnya berkali-kali "Baru kali ini aku mendengar Mommy marah dengan suara keras, namun aku tidak menyalahkan tindakan mommy yang terluka karena Daddy pergi begitu saja. Aku sedih mendengar suara tangisan mommy, betapa terluka hatinya, bagaimana nanti aku mengatakan kebenarannya tentang Zidane, Vana dan Savira? bukankah luka mommy aja bertambah? ujarnya lirih.
"Van! aku baru mendapatkan kabar dari Jack, kalau ia tahu keberadaan Om Reno."
"Apa? keberadaan Daddy ku? wajah Vano berbinar "Jack tahu darimana?!"
"Sebenarnya, saat kau menelpon kantor asisten Steve di Surabaya, aku mencari informasi dari Bodyguard yang berada di mansion, dan bertanya apa mereka ada yang tahu keberadaan Om Reno, tak lama mereka membalas pesan ku, dan Jack mengetahui keberadaan Om Reno."
Dengan terburu-buru Vano mencari kontak Nomor Jack di daftar pencarian, setelah ketemu Vano langsung menghubungi nya. sambungan telepon berbunyi nyaring, tak berapa lama terdengar suara dari ujung telepon.
"Iya Tuan muda!"
"Jack kau tahu keberadaan ayahku di mana?
"Bukankah Tuhan Reno sedang mencari Zidan?
"Iya aku sudah tahu itu, tapi kenapa nomor ponsel Daddy tidak aktif sudah beberapa hari ini? bahkan aku mencari informasi tentang Steve, ia juga tidak berada di perusahaan nya sudah empat hari. Aku takut terjadi apa-apa dengan Daddy."
"Malam itu saat Tuan Reno pergi bersama beberapa orang Bodyguard dan aku disuruh menjaga mention, tak lama salah seorang anak buah tuan Reno mengabari ku, mobil zeep nya masuk kedalam lubang, hingga beberapa orang tidak jadi ikut pergi, hanya asisten Steve, satu orang wanita dan empat orang Bodyguard yang pergi, dan aku juga baru tahu kalau Tuan Reno mengejar Genk kalajengking ke Amerika, sebab Zidan di bawa mereka kesana."
"Amerika?!
"Seorang wanita?!
Pikiran Vano sudah tak fokus dan melalang buana, namun ia tepis jauh-jauh. "Aku harus menyusul Daddy kesana, kau tahu alamat nya Jack."
"Apa tidak berbahaya bila Tuan Vano pergi ke sana, Apalagi kondisi tuan muda yang belum sembuh total."
"Aku akan lebih bersalah dan berdosa bila tidak membantu Daddy mencari adikku yang hilang, luka-luka ku sudah hampir sembuh."
"Baiklah bila tuan muda memaksa, saya akan membantu keberangkatan tuan menuju Amerika dengan pesawat jet pribadi dan meminta alamat nya pada pak Agam yang membawa pesawat tuan Reno."
"Terima kasih Jack, cepat urus keberangkatan ku sekarang!
Setelah telepon terputus Vano bernafas lega, ia menatap wajah sahabatnya "Tolong jaga kedua adikku, aku janji akan membawa pulang Zidane dan Daddy."
"Tentu saja Bro! pasti aku akan menjaga dua bidadari." Dave tersenyum lebar "Cepat, pergilah dan bawa kemenangan untuk kami semua, tumpas Genk kalajengking yang meresahkan." Dave menepuk pundak Vano lalu saling berangkulan.
💜💜💜
@Nanti malam ada bab selanjutnya.
@Bersambung🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ𖤍ᴹᴿˢ᭄𝓐𝔂⃝❥AyJinda❀∂я
ya pasti kurusan lah, geng kalajengking mana mau ngasih makan paling makanan sisa yang di kasihin di tambah lagi mau jadiin santapan buaya lagi
2024-07-01
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ𖤍ᴹᴿˢ᭄𝓐𝔂⃝❥AyJinda❀∂я
wah pasti rindu banget itu dah 2 Minggu ternyata si Zidane menghilang karena diculik
2024-07-01
1
🍁Ƭɧเɛɛ❣️❀∂я 💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kasihan Zidane karena ketakutan jangan sampai dia jadi trauma😨😢
2024-07-01
1