PoV Vino Part 2

Aku pun tiba di rumahnya. Pintu rumahnya terkunci dan aku lalu masuk ke dalam rumahnya melalui jendela seperti seorang pencuri.

Aku mulai melihat setiap ruangan di rumah itu. Aku memeriksa lantai pertama, lalu naik ke lantai atas. Aku belok ke kanan dan masuk ke dalam sebuah kamar dan ternyata itu adalah kamar Ellie. Tapi dia tidak ada di sana.

'Bagaimana aku bisa mengetahui bahwa kamar itu adalah kamar Ellie? Tentu saja karena ada banyak pigura dirinya yang menempel di dinding.'

Aku lalu turun ke lantai bawah dan duduk di sofa ruang tamu.

Beberapa menit kemudian aku mendengar sebuah suara. Aku mendekat ke arah pintu. Ellie masuk ke dalam rumah tanpa menyadari kehadiranku dan dia lalu mengunci pintu.

Aku menariknya dan memeluknya kemudian menggendongnya dan mulai berjalan ke arah kamarnya. Dia mulai memukuliku punggungku dan berteriak. Aku menyukai teriakannya. Aku ingin membuat hidupnya berada dalam neraka.

Aku pun tiba di kamarnya dan membuka pintu kamarnya itu lalu membuang tubuhnya ke atas tempat tidurnya dan duduk di atas tubuhnya.

Dia terus berteriak yang membuatku merasa kesal karena teriakannya itu.

"Jangan teriak atau aku akan membunuhmu." Ucapku.

Dia tetap tidak mau menutup mulutnya dan terus saja berteriak minta tolong.

"Toloong... kumohon seseorang tolong aku." Teriaknya terus menerus.

Teriakannya itu semakin membuatku merasa marah.

"Jika kau berteriak, maka aku akan memperkaos dirimu." Ucapku seraya menaruh tangan kananku di antara leher dan dadanya.

Dia pun akhirnya berhenti berteriak.

"Aku tidak tahu siapa kau. Bisakah kau meninggalkan aku tolong. Aku memohon kepadamu." Ucapnya dengan suara yang perlahan kemudian mulai menangis.

Aku terus saja berpikir bahwa dia ternyata wanita yang begitu hebat berakting bahkan bisa begitu hebat dengan berpura-pura menangis.

"Baiklah aku akan melepaskan mu jika kau mau melakukan apapun yang aku katakan." Ucapku padanya.

"Aku berjanji aku akan melakukan apapun, tapi tolong lepaskan aku." Ucapnya.

Aku lalu mendekat ke arah telinganya dan mengatakan, "bunuh dirimu sendiri."

"Apa?" Ucapnya dengan suara yang terdengar begitu terkejut.

"Lihat!" Ucapku menyeringai. "Jangan pernah berjanji jika kau tidak bisa melakukannya. Aku akan memberikanmu sebuah kesempatan, tapi aku akan melakukan apa yang kau lakukan kepadaku." Ucapku.

Aku mendekat ke arah wajahnya dan aku bahkan bisa merasakan ketakutannya.

"Tuan tolong tinggalkan, aku mohon." Ucapnya.

"Tentu setelah aku mengembalikan apa yang kau ambil dariku. Jadilah gadis yang baik." Ucapku kepadanya.

Aku lalu mendekat ke arah bibirnya.

"Tuan....."

Aku tidak menghiraukan ucapannya dan mendekatkan bibirku ke bibirnya. Dia berusaha melepaskan dirinya dariku. Aku mulai menciumnya dengan kasar.

Aku hanya ingin mengembalikan apa yang dia berikan kepadaku di pesta itu. Dia menendang ku menggunakan kakinya. Aku pun mulai marah, lalu memegang lehernya dan mencekiknya dengan sangat keras. Dia pun mulai kesusahan bernafas.

Setelah itu aku memutuskan untuk meninggalkan dia. Aku tidak bisa membuatnya mati sekarang. Aku ingin membalas dendam kepadanya.

"Apa kau pikir aku akan membunuhmu dengan cepat? Kau sudah melakukan sebuah kesalahan yang akan membuat hidupmu berada dalam neraka." Teriakku.

Aku pun membebaskannya. Dia menghidupkan sebuah cahaya dari ponselnya dan mengambil sebuah pisau dari dalam lacinya. Aku menatapnya yang tampak menangis dan gemetar.

Melihat hal itu, aku tidak bisa mengatakan bahwa dia tengah berakting. Dia benar-benar terlihat ketakutan.

'Wow benar-benar seorang Ratu drama.' ucapku dalam hati.

"Kau akan mendapatkan apa yang sudah kau lakukan. Kau akan datang kepadaku dan memohon pertolongan dariku. Kita pasti akan bertemu lagi." Ucapku.

Aku lalu meninggalkan kamarnya dan segera pergi dari rumahnya itu.

Bersambung....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***