"Ayah dan ibumu menemukan kamu di sini," ucap sang ayah menunjukkan posisi di mana dulu dia berhasil menemukan Alexa di sungai itu saat malam hari, "entah mengapa semuanya terlihat sama, bahkan pohon ini juga, kau berada di sini dengan sebuah peti yang tak pernah bisa aku temukan di toko antik manapun, aku tak bisa menemukan orang tua kandung kamu karena semua yang melekat pada dirimu saat itu tak bisa aku temukan di manapun, hanya kau yang memilikinya.." ucap sang ayah sambil terus menahan tangisnya.
Sementara ayahnya berkata-kata, Alexa malah terdiam sambil terus menatapi keadaan sekitar yang sangat aneh.
Sungai ini mengalir dari pedalaman hutan, juga tidak ada satu orang pun yang mendatanginya, terbukti tak ada sampah atau barang peninggalan manusia di sekitar sini, dan anehnya lagi, peti yang membawanya mengalir ke tempat ini, dan semua barang-barang miliknya di masa lalu, tidak pernah ayah temukan di manapun.
Lalu sebenarnya dia berasal dari mana? kenapa dia bisa di bawa oleh peti itu kemari, sementara aliran sungai itu menuju ke pedalaman hutan?
Apa mungkin di dalam hutan sana ada kehidupan yang tak pernah dia pahami?
Sang ayah kemudian menyodorkan dia sebuah benda di tangan kanannya. Ia jadi harus menghentikan pemikiran membingungkan di otaknya, dan mengalihkan perhatiannya pada sebuah benda mengkilat di tangan ayahnya.
"Apa ini?" tanya Alexa sambil meraih benda di tangan sang ayah..
"Ini milik kamu, ayah menemukannya di leher kamu saat aku bawa kamu pulang ke rumah, lihatlah! ayah bisa menjaganya dan menyembunyikannya dari ibumu selama ini," ucap sang ayah dengan sangat senang, "ayah tidak tahu kalau sampai ibu kamu tahu, dia pasti akan menjualnya dan menggunakan uangnya untuk biaya hidup kita semua, tapi ayah sadar, betapa berharganya benda ini bagimu dan juga orang tua kamu di masa lalu, karena itulah ayah memilih untuk menyembunyikannya dari ibumu selama ini, simpan itu untukmu, ayah pernah bertanya pada pemilik toko emas di kota, dan ayah sangat terkejut saat mereka bilang benda ini sangat langka, bisa membuat orang kaya dalam waktu sekejap, mereka bahkan berani menawarkan uang dua puluh milyar untuk kalung itu.."
Alexa jadi semakin banyak bertanya dalam hatinya. Di gantungkan kalung berwarna putih perak itu di antara jari jemarinya, yang kemudian bersinar terang terkena semburat cahaya rembulan malam di tanggal muda.
Dari kejauhan sebuah mata terpana, pun di buat terkejut dengan penampakan kalung liontin itu. Kedua matanya membola seketika saat melihat sang sahabat yang entah mengapa bisa memilikinya, memiliki sebuah benda yang berasal dari dunianya, tanah merah.
"Baiklah, sekarang waktunya kita pulang.." ucap sang ayah pada putrinya.
"Ayah, apa kau lupa, aku sudah bilang perjalanan kamu sudah selesai sampai di sini.." jawab putrinya dengan wajah tak bisa di lukisan betapa ekspresinya yang rumit.
Sementara sang ayah hanya bisa menatap putrinya dengan sorot mata penuh kesedihan, seakan tak pernah rela jika putrinya berpamitan untuk segera meninggalkan dia.
"Ayah sudah melalui banyak hal bersamaku, kau juga mendapat banyak masalah dari putrimu ini, maka biarlah Alexa membebaskan ayah dari belenggu itu untuk selamanya, biarkan Alexa membuat ayah bahagia meski Alexa harus menghilang dari hidup ayah untuk selamanya.."
Sang ayah hanya terdiam, pun tertegun saat putrinya mengatakan hal tersebut padanya.
Dia tak bisa berkata-kata lagi, selain pasrah dengan permintaan putrinya yang cantik dan manis itu. Dia tak ingin lagi memaksa putrinya untuk mengikuti langkah kakinya, toh, dia tak punya hak lagi untuk mengatur Alexa.
Dia tersenyum. Bagaimanapun dia berusaha membujuk anaknya, tetap saja jalan hidup Alexa, Alexa sendiri yang akan menentukan.
Kini dia terlihat jauh lebih tegar. Dia tatapi wajah putrinya yang kini semakin terlihat dewasa, dan juga semakin terlihat cantik.
Tangannya bergerak mendekati pundak anaknya, dan dengan sentuhan dia yang di penuhi kasih sayang, di letakkan saja telapak tangannya di kedua pundak putrinya.
"Jika itu yang menjadi keputusan kamu, maka ayah tidak akan melarangnya, kau telah membuat ayah bahagia selama ini, jadi berjanjilah kau juga akan membuat ayah bahagia dengan kisah hidupmu di masa depan kelak, jangan isi cerita hidupmu dengan kesedihan, karena sedihmu, akan menjadi bumerang bagi diriku sendiri.." ucap sang ayah lalu melepas tangannya dari bahu anaknya, "jika kau berpikir dengan meninggalkan aku kau akan membuat kami bahagia, maka aku akan melakukannya, akan aku buat hidupku dan istriku jauh lebih bahagia, tapi satu hal yang harus kamu tahu, cinta kasih ayah selalu menyertai kemanapun kau melangkah, di saat kamu bersedih, di saat itulah ayah tak akan bisa tidur karena memikirkan dirimu, jadi berjanjilah untuk tidak bersedih di masa depan.."
Sang ayah kemudian bergerak meninggalkan Alexa seorang diri setelah mengatakan beberapa bait kalimat perpisahan yang tak bisa terlukis bagaimana sedih dan sakitnya.
Meskipun Alexa bukanlah anak kandungnya, tapi baginya tak ada yang sebaik Alexa, pun tak ada yang dapat menggantikan posisi Alexa di hatinya.
Namun ia bukanlah pemegang takdir. Ia tak bisa memaksakan kehendak putrinya untuk tetap berdiri di sampingnya, menjadi gadis kesayangannya sampai tua kelak.
Ia tetap harus mengalah, nasib putrinya telah di tentukan oleh putrinya sendiri. Yang bisa dia lakukan hanyalah mendukung kemana saja kaki putrinya akan melangkah mengikuti kata hatinya.
Dan kini bayangan sang ayah perlahan-lahan mulai tenggelam dalam gelap dan kesunyian malam, meninggalkan Alexa dengan liontin milik mendiang ibunya di pesisir sungai seorang diri, berteman kesedihan, namun juga kebingungan.
Otak gadis itu masih saja terus berpikir bagaimana mungkin dia bisa berasal dari pedalaman hutan, sedangkan tidak ada arah aliran sungai lain selain berasal dari hutan gelap dan menyeramkan di ujung sana.
Dia terus saja berpikir, bahkan kepergian ayahnya yang kini sudah tak lagi nampak di pelupuk mata, perlahan-lahan mulai dia abaikan.
Ia mulai asik dengan pemikiran dalam otaknya sendiri, asik bercanda ria dengan hal-hal membingungkan yang dia temukan di sekitar sini.
Asik dia bergelut dengan pemikiran dalam otaknya, ia kemudian di buat terkejut dengan suara dari dalam semak belukar.
Tidak ada hal lain dalam pikirannya selain binatang buas yang sudah pasti ada di hutan ini.
Dia memicingkan matanya. Nyalinya yang memang besar tak gentar meski suara itu kemudian semakin terdengar mendekat ke arahnya.
Ia akhirnya segera bangkit dan memasang posisi kuda-kuda yang dia pelajari di dalam buku karate.
"Arkh"
Namun ia begitu terkejut saat berbalik. Di tangkapnya sosok pria tampan tanpa kaus, menampilkan dada bidangnya di depan kedua matanya.
"Shaga?!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments