Sore harinya, kedua remaja itu terlihat berjalan keluar dari kelas beriringan. Keduanya terlihat semakin dekat dan semakin akrab, membuat semua orang iri saja melihat kebersamaan Alexa dengan laki-laki idaman sekolah yang terkenal dengan kehangatan pada orang-orang tertentu saja.
Ya, Alexa memang memahami semua itu. Lihat saja apa yang terjadi pada Shaga, ia melihat Shaga adalah anak yang selalu hangat padanya dan mendiang ibunya, tapi saat di hadapkan dengan sosok Muba, laki-laki itu tak mencerminkan kehangatan yang di rasakan olehnya.
Mungkin benar kata pepatah, tidak kenal maka tak sayang, mungkin itulah yang di alami oleh Shaga pada dirinya. Mungkin sebelum Shaga mengenal siapa dia, Shaga sempat berpikir untuk memberikannya menjadi jamuan mewah untuk ayah silumannya, tapi lihatlah sekarang, Alexa bahkan masih saja aman dengan posisinya sebagai sahabat Shaga, sahabat pertama Shaga setelah di telantarkan di dunia manusia.
"Bagaimana kau akan menjalani kehidupan seorang diri selanjutnya?" tanya Alexa dengan lirih pada sosok Shaga.
"Mungkin tak jauh beda seperti kamu, yang punya keluarga, tapi seakan tak punya," jawab Shaga dengan wajah cool dan tampannya.
"Aku pikir kau akan sangat kehilangan ibumu, depresi berkepanjangan, lalu kemudian berubah agak.. gila!" ucap Alexa selalu saja blak-blakan.
"Hah! ya, mungkin kalau tidak ada kamu, aku sekarang sudah bingung bagaimana cara agar aku tetap hidup di dunia manusia ini tanpa adanya teman!" ucap Shaga sambil terus mencoba menyembunyikan kesedihan di matanya.
"Lalu bagaimana kau akan menepati janjimu untuk mencari mangsa ke seratus untuk ayah kamu itu jika hanya seorang diri saja?!"
"Aku sedang berpikir jalan lain untuk membuat aku terbebas dari janji itu! aku rasa aku tidak bisa lagi memberikan jamuan daging manusia untuk ayahku, aku pikir aku sangat bersalah membunuh manusia-manusia tidak berdosa itu hanya untuk mengubah ayahku menjadi kembali seperti semula.." ucap Shaga.
"Apa bedanya memberikan satu mangsa terakhir dengan sembilan puluh sembilan mangsa yang telah kau korbankan itu? kau sama saja berdosa! dasar munafik!" ucap Alexa dengan sangat tegas.
Ya, dia memang selalu seperti itu, tak suka basa-basi panjang saat bercakap-cakap, lebih suka mengutarakan apa kata hatinya, entah itu buruk atau sebaik apapun, dia tak akan berbohong tentang kata hatinya.
Mendengar perkataan menohok dari Alexa barusan seketika membuat Shaga terdiam membisu, tak bisa sedikit saja mencoba melawan.
Ia hanya bisa memiringkan senyum di bibirnya, dan menggaruk rambutnya meski tak terasa gatal sedikit pun di sana.
"Hahh! aku akan pulang ke rumahku, apa kau juga akan pulang ke rumah kamu?" tanya Alexa pada Shaga.
"Meski aku sendirian di rumah itu sekarang, tapi rumah itu adalah tempat ternyaman dan paling aman untukku, jadi aku akan pulang ke rumah itu saja.." jawab Shaga dengan penjelasan yang sangat panjang.
"Baiklah, kalau begitu sampai berjumpa besok," ucapan perpisahan dari Alexa sebelum akhirnya berjalan lebih cepat meninggalkan Shaga.
"Hei! tunggu dulu!" namun Shaga malah mencegat langkah kaki Alexa.
"Kenapa lagi?"
"Entah mengapa aku mencemaskan dirimu, jadi hari ini, biarkan aku antar kamu pulang," dia bahkan menawarkan dirinya dengan sangat antusias.
"Tidak perlu! aku bisa menjaga diri baik-baik!" tolak Alexa.
"Aish! sok jagoan kamu! nanti kalau di hadang preman bisa apa kamu?!"
"Kau jangan menjatuhkan harga diriku, ya! pulang saja ke rumahmu! aku bisa pulang sendirian!" ucap Alexa sekali lagi, sampai akhirnya dia benar-benar pergi meninggalkan Shaga seorang diri.
Shaga menang agak cemas, entah mengapa dia bisa secemas itu, tapi hatinya memang tak tega melihat Alexa pulang seorang diri.
Namun gadis itu malah melencing saja menjauh dari posisi di mana Shaga tengah berdiri dan berdebat dengan penolakan Alexa barusan.
Ia terus saja berjalan sampai akhirnya langkah kaki Alexa tak terlihat lagi, hanya menyisakan kekhawatiran di hati Shaga untuk gadis itu.
Dia terus berjalan dengan pandangan fokus ke jalanan. Hari itu entah mengapa jalanan menjadi sangat sepi. Ia bahkan tak menjumpai satu orang pun selama perjalanan sampai ke halte.
Pada mulanya dia tak merasa aneh, namun di suatu tempat, di gang sepi yang sempit, bahkan sinar matahari pun tak mampu menembus tempat itu.
Rasanya sangat dingin, jaket Hoodie milik Alexa yang tebalnya tak seberapapun memang harus mengakui kekalahannya. Tubuh Alexa menjadi sedikit membeku setiap kali melalui jalanan dingin ini.
Namun kali ini terasa berbeda. Meskipun dingin, biasanya orang akan melalui jalan itu untuk beraktivitas, mengapa sore ini seakan tidak ada kehidupan sama sekali?
Alexa mulai mencoba was-was, mencoba menjaga diri dari sisi manapun, karena ia tak pernah tahu apa bahaya yang ada dalam keadaan hening.
Ia berjalan lebih cepat dari biasanya, bahkan setelah dia rasa suasana benar-benar tidak beres, ia pun akhirnya memutuskan untuk berlari dengan kencang.
Tak tak tak tak tak tak
Bunyi sepatu buluk miliknya menyentuh aspal jalanan dengan irama cepat.
Dia terus saja berlari menuju ke arah keramaian, namun benar saja dugaan dia. Beberapa orang di belakang terlihat mengejar langkah kakinya, mencoba menggapai tubuhnya yang sekarang hanya berjarak sekitar tiga atau empat meter saja dari mereka.
Hah! hah! hah!
Nafasnya mulai terengah-engah, mulai memburu, bahkan keringat di tubuhnya pun mulai keluar dengan deras membasahi sekujur tubuhnya.
Ia terus saja berlari, rasanya gang sempit ini jauh lebih panjang dari biasanya. Entah memang di ulur, atau memang laju Alexa yang di paksa cepat akibat kejar-kejaran dengan beberpaa pria di belakangnya.
Sekuat tenaga dia berlari, sampai pada akhirnya, dia menemukan tempat untuk berhenti.
Langkah kakinya berhenti tepat di depan seorang gadis yang terduduk di kursi, tepatnya kursi yang sengaja di letakkan di tengah jalan, sengaja menunggu Alexa pulang dari kampusnya, dan menghadang Alexa untuk segera di habisi.
"Muba!" ucap Alexa tanpa berekspresi.
Muba membuang permen yang semula berdiam di mulutnya ke sembarang arah, membuat mata Alexa memicing, terfokus pada benda manis sisa kotoran dari mulut Muba.
Gadis itu bangkit dari kursinya, berjalan perlahan mendekati Alexa, dan kemudian berhenti tepat di depan wajah Alexa.
Si hitam yang tak pernah bosan mengganggu hidup Alexa.
Sekarang Alexa sadar, mungkin para pria yang dia lihat dalam bis kemarin mungkin juga suruhan gadis berkulit hitam itu. Bukankah ia hampir di bawa ke hutan karena masuk ke dalam bis yang aneh itu hari kemarin?
"Kau sudah puas bermain dengan pacarku?" tanya Muba dengan senyuman aneh di bibirnya.
Cuihhh!
"Siapa di sini yang kau anggap pacar? Apa itu Shaga?! si anak mami itu!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments