Mereka kini telah terbangun dari tidurnya yang nyenyak di tengah hutan, tak berada jauh dari makam mama kesayangan Shaga.
Keduanya di buat terkejut oleh sinar matahari yang menyorot mengenai wajah mereka berdua, hingga terasa hangat di pipi keduanya, menyengat menuju mata, membuat pandangan keduanya silau.
"Bangun, Shaga! sudah pagi.." ucap Alexa sambil terbangun di sisi Shaga.
Keduanya terlelap tidur di bawah satu pohon yang rindang semalam. Dan kini keduanya kembali di bangunkan secara bersamaan masih di bawah pohon yang sama seperti semalam. Keduanya pun segera bangun dari tempat tersebut dan menyambut hari ini dengan langkah yang berbeda.
"Kita harus pulang.." ajak Alexa sambil mengikat rambutnya dengan ikat rambut.
Shaga tak langsung menjawab ajakan Alexa. Laki-laki itu terlihat memandangi makam ibunya sekali lagi di belakang sana sebelum akhirnya mengangguk dan mengiyakan ajakan Alexa untuk segera pergi.
"Ya.."
Keduanya pun terlihat mulai melangkahkan kakinya meninggalkan hutan itu menuju ke desa tempat tinggal Shaga.
Lumayan memakan waktu lebih lama memang kalau jalan kaki dengan perlahan dan tidak tergesa-gesa seperti semalam saat di kejar oleh kedua orang tua Shaga.
Mereka pun hanya bisa menikmati setiap langkah kaki mereka menyusuri hutan belantara tersebut untuk bisa pulang ke rumah.
"Are you okay?" tanya Alexa di sela-sela langkah kakinya, sedikit mencemaskan Shaga yang masih terlihat tidak baik-baik saja setelah kepergian ibunya.
Sejenak Shaga berpikir, terasa menyedihkan memang harus kehilangan ibu kesayangannya di tangan ayah kandungnya sendiri.
Tapi bukankah dia seorang laki-laki? laki-laki yang di takdirkan untuk menjadi kuat dan tidak akan menangis dalam kondisi apapun? termasuk kematian ibunya!
"Ya, i'am okay," jawab Shaga sambil mengangguk mengiyakan pertanyaan Alexa.
"Kau beruntung, memiliki orang tua yang sangat menyayangi kamu, sedangkan aku..." ia mengangkat bahunya, pertanda dia tak lagi peduli.
"Ada apa dengan keluargamu? apa kalian tidak bahagia?" tanya Shaga sambil melangkahkan kakinya.
"Entah, aku juga tidak tahu, mereka bahagia saat bersama dengan adik-adik ku, tapi saat bersamaku, aku tak melihat hal itu di wajah mereka, ya, mungkin ayahku, dia mungkin bahagia atas kehadiranku, tapi ibuku.." ia kembali menghentikan perkataannya, seolah tak sanggup menggambarkan betapa nistanya dia di dalam keluarga kecilnya itu.
Selama ini Alexa selalu menyembunyikan semuanya seorang diri, tak berniat mengatakannya kepada seseorang, apa lagi selama ini dia bahkan tak punya teman. Jujur saja, Shaga adalah orang pertama yang dia anggap dekat.
Mendengar perkataan Alexa barusan, Shaga akhirnya mengerti. Ia anggukkan saja kepalanya seolah tahu segala hal tentang cerita yang barusan di ungkapkan Alexa padanya.
"Maaf.." mendadak Alexa mengatakan satu kata itu untuk Shaga.
"Maaf? untuk apa?" tanya Shaga agak merasa bingung.
"Tidak seharusnya aku menceritakan semua tentang hidupku padamu, hah.." ucap Alexa dengan senyum songar di bibirnya.
"Kenapa? kau tak suka orang lain mengetahui cerita hidupmu?" tanya Shaga lagi.
"Sejujurnya, aku bukan orang yang pandai berteman, itulah mengapa semua orang menganggap aku cupu dan kurang pergaulan," ucap Alexa lagi, menambah rekor muri terhadap dirinya.
Jika selama ini Alexa hanya mengatakan paling banyak sekitar lima puluh kata dalam sehari, kali ini dia bahkan telah melampaui batas maksimum dalam dirinya.
"Jujur saja, kau lah orang pertama yang mau berkawan denganku.." ucap Alexa sambil tersenyum.
Mengapa gadis ini terlihat sangat manis saat tersenyum?
"Apa kau anggap kita ini berkawan?" tanya Shaga penuh ledekan.
Si gadis terhenti. Di tatapnya dengan lekat wajah Shaga yang tengah menahan tawanya dengan sangat lucu, membuat dia merasa kesal.
"Pufffffff!!"
"Hahahaha.. aku minta maaf, ya, hahaha, aku hanya tengah mempraktekkan apa yang kau lakukan padaku kemarin, ternyata ekspresi kamu juga sangat lucu, hahahaha......"
Puas melihat Shaga yang tertawa dengan sangat keras sehabis mengalirkan air matanya yang berderai cukup deras selama semalaman penuh, Alexa kembali menunjukkan giginya untuk menghibur laki-laki ini.
"Apa aku terlihat lucu bagimu? lihat ini, aku sangat mirip dengan bayi beruang!" menunjukkan ekspresi lucunya di depan Shaga.
Muka Shaga semakin memerah, akibat menahan tawa yang tidak bisa dia tampung lagi di dalam perutnya.
Wajah gembul Alexa dengan lesung pipi di kedua pipinya di tambah lagi dengan eskpresi menirukan bayi beruang lucu dan imut membuat gadis itu semakin terlihat menggemaskan, membuat Shaga ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat melihatnya.
Pufff
"Ahahahaha... kau sangat lucu!! hahaha.. kau menang lucu sekali.. hahaha.."
Ya, Alexa berhasil menghibur laki-laki itu. Shaga bahkan sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Alexa yang biasanya datar-datar saja kini mulai terlihat lucu dan menggemaskan.
Di sisi lain, Alexa pun ikut tersenyum. Dia terlihat bahagia bisa menyalurkan kebahagiaan untuk Shaga. Ya, Shaga adalah sahabat pertama baginya, dan laki-laki itu pula yang menyadarkan Alexa, memberikan kebahagiaan pada orang lain, adalah harta yang tak pernah ternilai.
*Entah mengapa aku jadi sangat senang, memandangi wajah orang lain yang tertawa melihatku, andai ayah dan ibuku juga bisa aku buat seperti ini, mungkin aku tidak pernah merasa apa yang kurang dariku*...
*Dan dari Shaga aku mengerti, sesuatu yang tak pernah kamu gapai dan kamu coba memang tak pernah bisa kamu rasakan bagaimana rasanya, sekarang aku tahu, hidup dengan orang lain, rasanya memang sangat menyenangkan*....
*Apa lagi saat aku bisa menyalurkan kebahagiaan di hatiku padanya, seolah aku cukup kenyang meski tanpa harus makan nasi, begitulah yang aku rasakan pada detik ini, sejak semalam, dan sejak aku bertemu sahabat baikku, Shaga*!
"Hahahaha..." laki-laki itu masih saja tertawa.
"Shaga?!" namun panggilan dari Alexa dengan nada lirih semacam itu membuat Shaga berhenti dari tawanya.
"Ya? ada apa?" tanya Shaga sambil berusaha menghentikan tawanya.
"Aku ingin punya teman, apa kau mau jadi temanku?" tanya Alexa dengan sangat ragu.
Shaga terdiam membisu. Tubuhnya memaku di tempat, di palu dan di tancapkan dengan erat sampai tidak bisa bergerak lah dia satu inci pun dari sana.
Ia bahkan tak percaya mengapa bisa Alexa mengatakan hal demikian padanya. Entah gadis ini sedang gila atau memang sedang tidak baik-baik saja, tapi yang pasti, ucapan Alexa membuat mode kulkasnya berubah meleleh.
"Ap-apa?" tanya Shaga memastikan.
Melihat ekspresi wajah Shaga yang tidak mengerti, Alexa sontak saja memalingkan mukanya jauh-jauh, tidak ingin terlalu dekat dengan Shaga, karena gadis itu tahu, mana mungkin ada orang yang mau berkawan dengan dirinya.
"Lupakan saja, aku tidak mengatakan apapun...". mencoba pergi.
Hap!
Tapi Shaga malah meraih tangannya, dan membalikkan tubuh gadis itu menjadi berhadapan dengannya.
Keduanya pun terjebak dalam posisi menyulitkan, yang di mana kedua pasang mata mereka beradu, seolah tidak ingin di pisahkan oleh jarak dan waktu.
"Apa kau mau berkawan dengan monster seperti aku?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments