Srek! srek! srek!
Tak tak tak tak tak tak!
Langkah kaki mereka terdengar berlari menyusuri hutan-hutan hendak bersembunyi dari ayah Shaga dan ibunya yang bisa saja melahap Alexa pada malam itu juga.
Nafas mereka pun terdengar semakin memburu saja, seolah berlomba dengan denyut jantungnya yang juga menjadi lebih cepat dan bersaing ketat dengan langkah kaki mereka yang terus saja berlari tak peduli rintangan di depan sana yang mungkin saja tengah bersiap menghadang langkah kaki mereka.
Hosh! Hosh! Hosh!
Mereka terus berlari di tengah gelapnya malam menyusuri hutan, hingga terasa semakin jauh saja mereka melangkah, tanpa di sadari mereka sekarang sudah berada di hutan liar, tanpa ada satu orang pun di sana, mungkin hanya sederet pohon tua beranting panjang dan besar di sekeliling mereka berdua.
Sejauh mereka melangkah tak ada satu pun kehidupan di sana yang mereka temui, atau mungkin sebenarnya ada, hanya saja, mereka bersembunyi entah di mana tempatnya.
Keduanya berhenti sejenak, bernafas setelah memastikan mereka aman dari kejaran dua makhluk yang tak lain adalah orang tua Shaga sendiri.
"Hahh! hahh! hahh!" nafas Shaga pun terdengar memburu, seolah minta di tenangkan meski hanya untuk beberapa saat saja.
"Apa ibu kamu tidak mengejar kita?" tanya Alexa pada Shaga.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu, ada baiknya kita istirahat dulu," jawab laki-laki itu sambil mendudukkan tubuhnya di akar pohon, lalu beristirahat sejenak.
"Apa dia baik-baik saja?" sekarang Alexa jadi cemas lagi mengingat ibunya Shaga harus menghadapi ayah Shaga saat marah seorang diri.
Mendengar pertanyaan Alexa, jujur saja agak membuat hati Shaga sedikit tergerak. Ia pun sebenarnya berpikir hal yang sama, mencemaskan sang ibu yang bagaimana nasibnya sekarang, dia masih belum tahu.
Karena hatinya merasa sangat gundah, Shaga akhirnya memilih untuk membangkitkan tubuhnya dan berdiri dengan tegak kembali di hadapan Alexa.
Alexa hanya terdiam, dia hanya terus memperhatikan pergerakan Shaga yang akhirnya berada di depan matanya dan menatapnya.
"Jangan pergi kemanapun, kau tetap di sini!" ucap Shaga pada Alexa.
"Kau mau kemana?"
Shaga tak menjawab pertanyaan dari Alexa. Laki-laki itu hanya bergerak mengambil langkah, dan memutar tubuh Alexa, membentuk lingkaran di sekeliling Alexa, kemudian berhenti tepat di depan Alexa.
"Aku tidak mau kau meninggalkan lingkaran ini selama aku pergi!" ucap Shaga pada Alexa.
Alexa hanya bisa diam, tidak menjawab apapun. Entah apa yang di pikirkan oleh gadis itu, ya, setidaknya dia tahu kalau tempat ini amat berbahaya baginya.
Shaga kemudian berbalik, di tatapnya sekilas wajah Alexa yang masih tertegun di dalam posisi yang sama, membuat dirinya sedikit mengagumi Alexa, aish, sebenarnya lebih dari mengagumi, bukankah mengakui hal yang sebenarnya seharusnya tidak masalah?
Tak ingin terlalu larut dalam buaian wajah indah Alexa, Shaga buru-buru kembali menghadap ke depan, menghadap hutan belantara yang gelap gulita, lalu dengan perasaan cemasnya pada sang ibunda, ia bergerak, berlari secepat kilat sambil merubah wujudnya menjadi si anjing hutan.
Groarrrrrrr
Swosh!!!
Alexa tak terkejut. bukankah siang tadi dia sudah melihat apa yang terjadi pada Shaga? huhh!
Rasanya memang masih seperti mimpi saja, seakan semuanya terasa tidak nyata, bagaikan kabut di depan matanya, entah mengapa baginya semuanya masih tidak jelas.
Hahh!
Ia tak mau terlalu merumitkan otaknya. Di dudukkan saja pantatnya di atas akar pohon yang besar, dan ia hanya bisa menurut saja dengan ucapan Shaga.
"Tidak boleh keluar lingkaran!"
Gumam Alexa dengan rasa jenuh di hatinya, tak bisa membayangkan bagaimana dia akan menghabiskan waktu selama yang tidak bisa dia tebak di dalam lingkaran ini seorang diri.
Bosan sekali sepertinya, apa Shaga tidak bisa memberi tempat yang jauh lebih baik di banding tempat ini? aish!
"Hahh!" keluhnya menghembuskan nafas dengan kasar.
Gadis itu kemudian memakai cindung di kepalanya, dan membaringkan tubuhnya, memakai tas buluk miliknya dan di gunakan untuk bantal tidurnya.
Berbaringlah gadis itu di bawah pepohonan rindang, menikmati malam di dalam hutan mencekam seorang diri tanpa berteman dengan siapapun.
Ia bahkan tertidur dengan sangat lelap, agaknya dia tak pernah tahu bahwa malam ini, akan menjadi malam yang paling panjang yang pernah dia lalui dalam seumur hidupnya.
...----------------...
Blam!!
"Arkh!"
"Dasar penipu! membodohi aku dengan memancing makanan! kau bahkan membuat aku kelaparan selama satu bulan!!" umpat siluman itu sambil terus membanting tubuh istrinya ke pepohonan.
"Ak-aku tidak tahu kemana Shaga membawa gadis itu pergi!" ucap si wanita dengan sangat lemah.
Krak!
Kakinya menginjak dada istrinya, dan berdiri dengan gagah di atas tubuh si wanita.
"Arkh!"
"Aku tidak percaya kata-kata dari mulutmu! kau hanya akan membiarkan aku menjadi monster untuk seumur hidupku!" ucap siluman itu sambil terus menahan tubuh istrinya di bawah kakinya.
"Kau bahkan sudah jadi monster sekarang!!" ucap seseorang dari kejauhan.
Belum sempat siluman itu menoleh ke arah suara, mendadak empat pasang kaki beserta pemiliknya terlihat melayang dengan gagahnya, menuju ke arah siluman itu, dan kemudian berusaha untuk menyerangnya.
Blam!!!
Dan akhirnya serigala muda itu terlihat dengan gagah menghujani siluman yang tak lain adalah ayahnya dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi.
"Jangan sakiti dia! dia istrimu, dan yang lebih harus kau dengar adalah, dia ibuku!" ucap putranya dengan kata-kata yang sangat dalam.
Sang ayah melepaskan kaki putranya yang kini berada di atas dadanya, menahan pergerakannya yang beringas.
"Aku hanya takut malam itu akan segera tiba! kalau aku tidak bisa melakukan apa yang harus aku lakukan, aku akan jadi monster ganas untuk seumur hidupku!" ucap serigala tua itu.
"Apa kau sadar kalau kau juga sudah berubah menjadi sosok monster ganas?" tanya sang anak membuat sang ayah memasang mata merah menyalanya dengan sangat menakutkan, "kau memaksa kami mencari seratus manusia yang akan menjadi makan malam kamu selama bertahun-tahun, hingga hanya dua kali kami gagal membawa mangsa untukmu, kau bahkan rela membunuh istrimu hanya demi sebuah daging manusia? untuk membuat tubuhmu kembali normal?"
"Aku menginginkannya karena aku mencemaskan hidupmu dan ibumu!"
"Jika kau cemas padaku dan ibuku, mengapa kau sampai ingin membunuhnya?"
"Kau terlalu cerewet!" sang ayah mulai kesal.
"Aku dan ibuku melakukan semua hal yang kau mau, menjebak manusia masuk ke dalam rumah, dan akhirnya memberikannya untukmu, mulai dari sahabat di kampusku, lalu sahabat ibuku, dan bahkan orang yang tak pernah kami kenal sekalipun, tapi apa yang kau lakukan sekarang pada ibuku! kau bahkan hampir membuat nyawanya melayang!!"
"Aku tidak suka di tentang!"
Mengibaskan satu tangannya, melempar sang anak menubruk pepohonan.
Brak!
"Arkh!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments