"Sayaaang..." Suara serak Atika membangunkan Tiyo di atas ranjang terdengar sangat manja. Dalam hitungan detik, pria itu membuka matanya.
"Kenapa? " Dengan suara lirih terdengar malas khas bangun tidur.
"Aku laper... Kita keluar yuk" Atika memeluk dada bidang Tiyo sambil terus mengusapnya.
"Ayo, bersiaplah" Tiyo dengan perlahan bangkit dari tidurnya lalu segera mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai kembali. Menuruti keinginan si wanita yang merasa kelaparan setelah pergulatan panas yang mereka lakukan. Setelah mencuci mukanya di wastafel, Tiyo dan Atika keluar dari kamar hotel.
"Mau makan apa? " Suara Tiyo terdengar sangat memperhatikan Atika, yang jelas-jelas wanita itu adalah kakak iparnya yang telah beberapa tahun menjadi janda. Entah setan apa yang membuat Tiyo mampu berpaling dari Miana.
"Apa saja, aku sudah lapar banget" Seakan tak ingin kehilangan Tiyo, Atika semakin erat memegang lengan kokoh Tiyo, si adik ipar yang kini menjadi lelaki brengs*k. Mereka bergandengan tangan masuk kedalam lift. Setibanya di lantai tujuan, Mereka sudah berada di lobby, sedangkan sang sopir sudah berada di depan menyambut dua sejoli beringas tersebut dengan membukakan pintu mobil. Siapa lagi jika bukan pak Parlan. Sopir yang baru saja beristirahat dari mengantarkan nyonya nya kembali dengan kesedihan tanpa sepengetahuan Tiyo. Sebenarnya, Parlan mengetahui semuanya, namun iya hanya bisa diam mengingat siapa dirinya.
"Silahkan tuan, nyonya" Kata yang terucap terdengar begitu sopan dan ramah, namun siapa sangka, sebenarnya dalam hati Parlan memendam emosi disaat mengetahui Miana, sang majikan yang teramat baik kepada siapa pun merasakan sakit. Bagaimana mungkin tidak, jika pak Parlan yang dulunya adalah sopir keluarga Miana yang dikhususkan untuk menjaga Miana. Hingga akhirnya Miana meminta Parlan untuk tetap bersamanya setelah menikah. Sebenarnya ingin sekali Parlan melaporkan kelakuan Tiyo kepada orang tua Miana, namun Miana melarang. Miana tidak ingin orang tuanya mengetahui kelakuan bejat sang suami beserta putri sulungnya. Iya ingin menyelesaikan semua masalah ini terlebih dahulu.
"Kita kemana tuan? " Pertanyaan Parlan dengan sopan.
"Sayang, kita ke restoran china ya, yang diujung jalan itu" Kali ini Atika berkata, Dan semakin membuat Parlan muak mendengar kata sayang. Bukannya menjaga marwah disaat sudah menjadi janda. Menghargai suami yang telah berpulang ke hadirat Tuhan. Namun Atika malah menjadikan reputasi janda semakin buruk. Dan apa yang bisa dilakukan oleh Parlan, Seorang sopir yang dibayar dengan uang. Sedangkan Atika adalah orang kaya, anak dari majikannya juga, sama seperti Miana. Namun mereka memiliki sifat yang sangat berbeda.
"Baik sayang..." Tiyo mengecup kening Atika penuh kemesraan, Mereka berdua benar-benar layaknya seorang suami istri yang saling menyayangi dan mengasihi. Atika mengangguk dan kembali memeluk Tiyo tanpa rasa bersalah dan tanpa memikirkan apapun.
Beberapa menit dalam perjalanan, mobil yang membawa pelakor dan penghianat itu telah sampai pada sebuah restoran mewah. Mereka pun turun setelah Parlan membukakan pintu.
"Sayang, kamu sudah mengurus si Parlan untuk menutup mulut kan? " Atika berbicara ketika mereka sudah masuk dan duduk di dalam restoran.
"Beres sayang, dengan uang orang-orang seperti Parlan akan menutup mulutnya dengan mudah. Kan memang itu yang mereka cari" Tiyo mebalas pertanyaan Atika dengan sombong. Merasa jika dirinya memiliki segalanya, dan segalanya bisa dinilai dengan uang.
"Kamu tahu kan, Parlan itu sopir Miana dari kecil. Aku cuma khawatir aja dia ngadu ke Miana" Atika sedikit cemberut saat mengatakan itu.
"Apa yang tidak bisa aku lakukan sayang? Kamu bahkan tahu sendiri bagaimana kemampuanku kan? " Tiyo yang saat ini masih bisa membanggakan diri kembali berkata.
"Oke oke, aku percaya sama kamu. Terus kapan kamu akan menceraikan Miana, wanita lemah dan bodoh itu tidak pantas menjadi adikku" ucapan Atika benar-benar terdengar penuh kebencian.
"Kamu tenang saja, kita tunggu waktu yang tepat" Tiyo berkata dengan menyendokkan makanan kedalam mulutnya.
"Oh iya, tadi tante Aya chat aku. Dia siap membantu aku buat memperlancar perceraian kamu sama Miana" Atika pun melakukan hal yang sama dengan Tiyo.
"Bagus itu... Aku bangga sama kamu" Tiyo memuji wanita licik di depannya itu.
"Ayuk makan dulu" Tiyo kembali berkata. Dan mereka berdua lahap menikmati makanan mahal yang belum tentu enak tersebut.
Sedangkan didalam sebuah kamar, Miana meringkuk di atas ranjang. Matanya terasa lelah, hatinya terasa rapuh serta harapannya mungkin sudah tidak ada lagi. Dua anak yang kini tumbuh semakin besar, harus kehilangan ayahnya. Miana memikirkan nasib kedua anaknya. Setelah dipastikan mereka benar-benar tertidur, Miana meminta tolong kepada seorang baby sitter untuk menemani anak-anaknya. Sedangkan dirinya ingin menyendiri di kamar sebelah agar tangisnya tak diketahui siapapun.
"Apa yang kalian fikirkan, kenapa kalian tega menghancurkan semuanya. Atika, Tiyo... kenapa kalian begitu tega menghancurkan rumah tangga yang sudah kubangun bertahun-tahun" Isak tangis Miana terdengar begitu pilu sambil bergumam lirih.
"Ayah... Bunda... Apa Miana bisa melewati semua ini. Apa Miana sanggup menanggung semua ini sendirian. Miana butuh kalian" Dalam hati Miana berkata hingga air mata kembali menetes. Terdiam, hanya itu yang bisa Miana lakukan. Sebisa mungkin iya menutupi semuanya agar anak dan orang tuanya tidak tahu. Hatinya terasa kebas merasakan sakit karena penghianatan yang tampak jelas di depan mata. Alasan pergi keluar kota untuk mengurusi bisnis ternyata hanya alasan. Dan Prasetiyo Nugroho lebih memilih wanita lain untuk menghabiskan waktunya. Atika Marsela, kakak ipar yang saat ini bersama suaminya telah menghancurkan semuanya. Kecurigaan Miana terbukti disaat iya menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
"Bajingan kalian berdua... Tapi tidak ada gunanya aku mengumpat disini. Aku harus kuat demi anak-anak. Aku tidak boleh kalah, tidak boleh lemah. Aku akan membuat kalian menyesal atas apa yang pernah kalian lakukan" Miana bangkit, iya bertekad untuk tetap berpura-pura tidak mengetahui apapun. Walaupun itu sulit, Tapi iya akan mencobanya. Tiba-tiba, Miana teringat dengan kedua resepsionis hotel tempat dimana Tiyo dan Tika menginap.
"Aku harus membuat perhitungan dengan kalian. Tapi sebelumnya aku akan tetap bersikap seperti biasa saja" Miana mengambil ponselnya, lalu mengetikan sebuah pesan ke sebuah nomor yang baru iya dapatkan.
'Aku tahu, didalam hotel itu ada rekaman CCTV. Aku ingin semua rekaman CCTV mulai dari pertama kali Prasetiyo Nugroho dan Atika marsela menginjakkan kaki di sana. Satu lagi, rekaman yang berada di dalam ruangan kamar tempat Tiyo dan Atika tidur"'Klik Pesan terkirim dan bercentang dua. Tak menunggu lama, Pesan Miana terbalas.
"Mohon maaf nyonya, kami tidak bisa memberikan apa yang anda inginkan. Ini sama saja dengan menganggu privasi pengunjung lain' Balas resepsionist tersebut.
'Berapa nomor rekeningmu? ' Miana harus menggunakan uang agar resepsionis tersebut mau membantunya.
"Oh... Baik nyonya. Akan kami usahakan apa yang anda inginkan' Balasnya membuat Miana tersenyum menang.
"Kita mulai perang, Atika Marsela" Gumam Miana. Dan disaat yang bersamaan, sebuah pesan berupa angka masuk ke ponselnya.
"Uang memang segalanya, tapi tidak segalanya bisa dinilai dengan uang. Tiyo, Tika... Tunggu saja saat yang tepat" Miana bangkit, seakan iya memiliki kekuatan baru. Pesan baru masuk kembali, Miana segera membukanya.
Hayoo readerku tercintaah, jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Like dan coment dari reader begitu berarti untuk mengetahui kualitas dari novel ini. Jangan lupa yaa, tinggalkan jejak.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments