Happy Reading 🌹🌹
Mobil yang di kendarai Nathan kini berhenti di salah satu cafe yang berada di kota, cafe yang tadi pagi dia kunjungi bersama Mikayla karena menurutnya cafe tersebut adalah cafe yang sangat nyaman meski sekedar duduk dan meminum kopi.
Laura mengedarkan pandangannya, "Apa ini cafe baru?"
"Aku tidak tahu, hanya yang paling dekat dengan mall cafe ini." Jawab Nathan berbohong.
Laura keluar dari mobil dan berjalan masuk, mereka mengambil di salah satu meja yang paling dekat dengan deretan butik gaun pernikahan. Setiap toko menampilkan gaun terbaik di butik mereka, yang dikenakan pada patung manekin, dan memajangnya di etalase toko.
Seorang pelayan datang menghampiri, "Silahkan buku menunya."
Laura segera menerima buku menu yang di sodorkan oleh pelayan cafe, "Saya pesan dua spagetti bolognise dan es jeruk nipis satu." Jawabnya.
"Baik, mohon di tunggu sebentar." Ucap pelayan yang langsung pergi meninggalkan meja Nathan.
Laura tampan mengedarkan pandangannya sembari tersenyum, "Cafe ini sangat nyaman, kita bisa menjadikan tempat ini sebagai tempat favorit kita bukan?" Tanya Laura kepada Nathan.
Nathan hanya mengangguk saja dengan menatap jalan raya yang dapat dia lihat dari jendela, tidak membutuhkan waktu lama pesanan mereka telah disajikan. Segera mereka menyantap makan siang dengan berbincang ringan meskipun memang lebih banyak Laura yang berbicara dibandingkan Nathan.
"Sayang," Panggil Laura pelan.
Nathan mengangkat pandangannya yang tengah melihat isi piring, "Ada apa?"
"Tentang ajakanmu tempo lalu, apa masih berlaku?" Tanya Laura hati-hati.
Nathan sejenak terpaku dan menatap dengan lekan wajah kekasihnya, "Bukankah kamu ingin mengejar cita-citamu?" Tanya Nathan kembali.
"Emm ... itu, aku pikir bisa kita bertunangan dulu." Jawab Laura
"Lebih baik kita fokus dengan masa depan terlebih dahulu." Jawab Nathan dengan tenang.
Laura bermuram durja mendengar jawaban yang tidak dia bayangkan, "Begitukah,"
Nathan mengangguk saja, mereka saling diam setelah membicarakan kejadian tempo hari di lapangan basket. Hingga mobil sedan itu kembali bergerak menuju salah satu mall yang terkenal di kota.
Mereka berdua menghabiskan waktu bersama, memakan ice cream dan berbelanja apa yang di inginkan oleh Laura. Jangan tanya darimana uang Nathan, tentu saja sebagai salah satu pewaris utama perusahaan Wijayakusuma dia memiliki kartu tanpa batas.
"Apa kamu yakin tidak mau aku antar?" Tanya Nathan lembut.
"Yakin, aku harus menjemput Mama dulu," Jawab Laura dengan tersenyum.
"Yasudah sekalian saja aku antarkan kalian pulang, tidak masalah bukan?" Tawar Nathan kepada kekasihnya.
"Tidak perlu sayang,aku bisa sendiri. Lebih baik kamu menjemput Kinanti," Tolak Laura atas tawaran Nathan.
"Aku akan menunggumu sampai mendapatkan taxi jika begitu," Ucap Nathan yang menggenggam tangan Laura menuju bahu jalan.
Tidak membutuhkan waktu lama, taxi berhenti tepat di depan keduanya. Laura membuka pintu taxi dan manutupnya setelah masuk, membuka kaca taxi bagian belakang sepenuhnya.
Memberikan isyarat agar Nathan sedikit menunduk, satu kecupan manis di daratkan oleh Laura di pipi kekasihnya dan melambaikan tangan saat taxi mulai berjalan. Sedangkan Nathan yang tidak siap hanya tersenyum tipis dengan memandangi taxi berwarna biru itu sudah menjauh darinya.
Waktu terus berjalan, pernikahan Nathan dan Mikayla hanya tinggal hitungan hari. Selama dua minggu lamanya mereka izin tidak masuk sekolah karena persiapan pernikahan mereka. Seperti saat ini, mereka terakir kali untuk fiting baju pengantin.
"Bagaimana, apa kamu sudah mengatakannya pada kekasihmu?" Tanya Mikayla pada Nathan.
Nathan yang tengah fokus bermain dengan gawainya menoleh ke arah Mikayla, "Untuk apa? pembicaraan ini aku anggap sudah selesai karena aku sudah mengatakan semuanya kepadamu." Jawab Nathan dengan serius.
Mikayla hanya tersenyum masam, "Aku sudah memperingatkanmu, jika kamu tidak mengatakannya maka aku yang akan mengatakannya sendiri." Ancam Mikayla.
"Coba saja, maka aku akan membencimu seumur hidupku." Timpal Nathan.
Keduanya saling menatap dengan tajam seakan tidak ada yang ingin mengalah, jauh dari dalam lubuk hati masing-masing. Nathan merasa sangat bersalah setelah mengatakannya sedangkan Mikayla sedikit nyeri di hatinya.
Hingga pandangan mereka terputus karena suara dari pelayan toko, kini mereka langsung pergi ke bandara untuk menuju ke Jepang. Karena Alice dan Bintang sudah lebih dulu terbang ke Jepang, sedangkan para Ayah paling terakir karena harus menunggu Kinan dan Luis.
Selama di perjalanan hanya ada keheningan, baik Mikayla dan Nathan enggak untuk memulai pembicaraan. Mereka berkecamuk dengan pikiran masing-masing, ponsel Nathan yang terus berdering membuat Mikayla hanya meliriknya saja.
Tertera dengan jelas nama Laura di layar ponsel calon suaminya, Nathan yang sejak tadi mengacuhkan panggilan tersebut segera mengangkatnya, dia melouspiker agar Mikayla tahu jika dia sungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Hal-"
"Nathan! Hiks .... apa semua itu benar?"
Nathan dan Mikayla yang mendengar suara Laura menangis secara bersamaan mengerutkan keningnya dalam, Mikayla langsung menoleh ke arah Ntahan, lantas Nathan mematikan louspiker panggilan telfonnya. Dia memasang headset blootoh dan mengalihkan panggilannya.
"Kenapa kamu menangis?" Tanya Nathan khawatir.
"Hiks ... aku menerima undangan pernikhanmu, ini tidak benarkan Nathan. Kamu hanya mengajak aku yang menikah denganmukan!" Ucap Laura histeris di sebrang telfon.
Mendengar kata undangan membuat Nathan langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Mikayla sembari berkata dengan Laura, "Dari mana kamu medapatkannya?" Tanyanya.
"Apa itu masih penting darimana aku mendapatkan undangan ini, hah! Kamu jahat Nathan, hiks ... kamu berselingkuh dengan Mikayla dibelakangku selama ini." Seru Laura dengan melempar ponselnya ke dinding.
"Halo ... halo ... Laura!" Nathan berteriak karena mendengar suara hantaman keras sebelum telfonnya terputus.
Mobil yang di kendarai oleh Nathan segera berhenti secara mendadak, membuat penumpangnya terhuyung ke depan.
"Ada apa?" Tanya Mika bingung.
"Keluar." Ucap Nathan dingin.
"Tidak mau! Kau gila menurunkanku di sini." Tolak Mikayla dengan tegas.
"Aku bilang keluar!" Seru Nathan menggelegar di dalam mobil.
Mikayla sontak kaget, kedua matanya berkaca-kaca dengan mengigit bibir bawahnya. "Kamu ingin bersama Laura?" Tanya Mikayla dengan suara gemetar.
Dada Nathan naik turun akibat emosi, "Apa yang kamu lakukan kepadanya?" Tanya Nathan dingin.
"Aku melakukan apa? Aku tidak tahu makhsud ucapanmu, Nat." Tanya kembali Mikayla bingung.
Nathan membuka seatbeltnya dengan kasar, dan membuka pintu mobil dengan cepat. Berlari memutari mobil, membuka pintu sisi lainnya.
Menarik paksa Mikayla untuk keluar setelah membuka seatbeltnya, "Apa yang kamu lakukan!" Seru Mikayla tidak terima.
Nathan tidak berbicara apapun, dia segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Mikayla begitu sja di bahu jalan, Mikayla hanya menatap dengan tidak percaya bagaimana Nathan meninggalkannya begitu saja tanpa tahu salahnya.
Di sisi lain, Laura tengah menangis di sudut kamarnya. Dia sangat kaget dan sakit hati secara bersamaan, dia begitu mencintai Nathan bahkan dia sangat ingat bagaimana Nathan mengajaknya menikah tempo hari. Pandangannya tajam menatap kartu undangan yang mewah dan indah tersebut, terlebih nama Mikayla yang tertera dengan tinta emas di sana.
"Seharusnya itu namaku dan aku yang menikah dengan Nathan." Ucap Laura dengan lirih nan tajam.
...🐾🐾...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Ifti Nisa
kayanya mau ketemuan sama selingkuhan deh
2023-07-09
0
Ifti Nisa
aku mencium bau" perselingkuhan nih
2023-07-09
0
RATNA RACHMAN
ngak sabar rasanya menunggu mikayla membalas perbuat nathan
2023-05-07
0