Segenggam Rindu Untuk Mikayla
Happy Reading 🌹🌹
Dering alarm dipagi hari memekakkan telinga penghuni mansion, sedangkan penghuni kamar terlihat acuh dengan suara bising tersebut.
"Mikaylaaaa!" Teriak Luis dengan membuka pintu kamar adiknya kasar.
Dengan langkah lebar dan hati kesal, Luis berjalan kearah jam beker yang masih berdering.
Suara hantaman benda tumpul terdengar di kamar yang luas tersebut, membuat penghuni cantik itu terbangun kaget.
"Hah! Kakak, ap- astaga jamku!" Pekik Mikayla yang langsung turun dari ranjangnya.
"Apa kau tuli, suara jam bekermu sampai masuk kekamarku! Awas saja kamu pergi membeli jam beker lagi akan aku remukkan." Ancam Luis kepada kembarannya.
Mikayla mendengus kesal dengan berdiri, meskipun mendongak tetapi wajah galaknya tidak hilang dari wajah cantiknya.
"Kenapa kakak mengatur-ngaturku! Sumpal saja telinga kakak, dasar perusak." Jawab Mikayla dengan bibir mengerucut.
"Bocil, aku bisa menenggelamkanmu di inti bumi jika aku mau. Cepat mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah atau aku akan tinggal kamu." Kata Luis dengan mencapit bibir mungil Mikayla.
"Cih, hanya beda lima menit saja sombong." Umpat Mikayla yang segera berlalu dari hadapan Luis.
Luis tidak menggubris ucapan saudaranya, dia juga sudah jengah setiap pagi harus bertengar dengan Mikayla hanya karena jam beker sejak kecil.
Mikayla dan Luis sama-sama tengah membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat sekolah.
"Di mana anak-anak, Hon?" Tanya Jackson yang berjalan menuju meja makan.
"Sebentar lagi juga turun." Jawab Bintang dengan menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.
Jackson memeluk istrinya dari belakang dan mencium pipinya, "Semakin hari semakin tambah cantik dan sexy." Ucapnya yang terakir dengan berbisik di telinga Bintang.
Bintang hanya memutar bola matanya jengan dengan siku yang menyikut perut sang suami, "Malu di lihat anak-anak, dasar tidak tahu tempat." Omel Bintang yang di iringi tawa Jackson.
Luis yang turun terlebih dahulu langsunh duduk di kursi tanpa memperdulikan ke uwuan yang terjadi di depan matanya.
"Bisakah Daddy dan Mommy tidak mencemari udara di pagi hari." Ucap Luis frontal.
Jackson hanya berdehem sedangkan Bintang tersenyum simpul ke atah suaminya, seakan mengatakan "Itulah turunanmu."
"Di mana adikmu, Son?" Tanya Jackson yang sudah duduk dengan mengambil koran paginya.
"Mati tenggelam dalam bath up mungkin." Jawab Luis tanpa di filter.
"Astaga! Jangan bicara sembarangan Luis," Omel Bintang dengan memukul punggung putranya.
Mendengar langkah kaki menuruni anak tangga membuat Bintang tersenyum lebar, terlebih wajah jutek dan imutnya turun pada Mikayla.
"Morning, Dad ... Mom ...." Sapa Mikayla dengan mencium kedua pipi orang tuanya.
"Cepat duduk dan segera sarapan, nanti kalian terlambat." Ucap Jackson dengan melipat koran paginya.
Bintang melayani Jackson dengan telatem begitu juga kepada anak-anaknya. Memberikan sepotong sandwitch yang sudah dia siapkan sejak pukul enam pagi.
Keluarga kecil tersebut makan dengan tenang, "Anak-anak nanti sore kalian harus berada di mansion, kita akan makan malam bersama rekan kerja Daddy." Bintang memulai obrolan agar Luis yang biasa pulang malam tidak keluyuran.
"Luis tidak janji, Mom." Jawan Lucas yang sudah dapat di tebak oleh mereka.
"Mikayla juga, hari ini ada pertandingan basket jadi Mikayla sudah janjian dengan teman-teman." Timpal Mikayla jujur.
"Sayang, bisa menonton basketnya lain waktu. Sedangkan makan malam ini sangat penting." Jawab Bintang dengan lembut.
"Tapi ...."
"Dia tidak menonton pertandingan tapi kapten basketnya. Dasar otak modus." Ejek Luis tanpa belas kasihan.
"Ck, gausah sok tahu! Aku hanya ingin menyemangati tim sekolahku lagipula pertandingan juga dengan sekolahmu. Huh, gausah marah kalau tidak terpilih jadi tim basket." Jawab Mikayla tidak mau kalah.
Luis dan Mikayla saling menatap tajam, membuat Jackson dan Bintang hanya dapat menghela nafas panjang.
"Sudah, hentikan! Jadi kamu akan ada pertandingan basket Luc?" Tanya Bintang kepada putranya.
Luis mengangguk, tetapi Mikayla menyaut "Benar, Ma. Kak Langit juga akan main dia terpilih jadi ketua basket sedangkan pria kasar di sampingku ini pemain cadangan." Katanya dengan di akhiri tawa.
Luis beranjak dari duduknya dengan kasar, menyambar tas, dan berpamitan kepada orang tuanya.
Mikayla yang tahu jika Luis tengah merajuk mulai panik, "Kakak! Tunggu Mika," Serunya dengan berlari setelah mengambil tas punggungnya.
Mikayla Anderson, gadis berusia 17 tahun yang saat ini tengah duduk di bangku SMA kelas 2. Sifatnya sangatlah berbanding terbalik dengan wajah yang di turunkan oleh Mommynya Bintang.
Terkesan wajah garang, dingin, dan kejam. Terlebih Daddynya yang orang bule menambah aura dinginnya semakin menguar.
"Mika! Jangan berlari." Seru Bintang dengan khawatir.
Luis yang mendengar teriakan Mommynya, menghentikan langkah kakinya agar Mikayla tidak berlari.
"Cepat! Kau sangat lambat." Ucap Luis dengan menarik pegangan tas bagian atas Mikayla.
Mikayla berjalan menuju motor gede seakan dia tengah di gantung, dengan cepat Luis memasangkan helm full face kepada adiknya.
"Hih, kasar begini keturunan siapa sih." Umpat Mikayla kepada sang Kakak.
"Cepat naik atau kamu hanya akan mengoceh saja." Ucap Luis dengan menatap kedua mata adiknya.
Dengan segera Mikayla naik ke atas motor gede milik sang Kakak, motor berjalan perlahan meninggalkan mansion Wiratama.
Seakan sudah terbiasa Luis yang ugal-ugalan di jalan raya, Mikayla duduk tenang di belakang dengan memeluk erat tubuh kembarannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Luis telah sampai di depan gerbang sang adik. Mikayla turun dan menyerahkan helm full face kepada Luis.
"Nanti pulang tunggu aku selesai bermain." Ucap Luis sebelum meninggalkan Mikayla.
Mikayla hanya mengangguk dan berjalan memasuki gerbang sekolahamnya, keduanya tidak satu sekolahan karena Mikayla tidak ingin terus menerus menjadi tukanh pos untuk Lucas.
Gedung sekolahan dengan empat lantai, terdiri dari tiga bangunan utama. Beberapa lapangan yang luas juga harus Mikayla lewati sebelum masuk ke gedung.
Lapangan sepak bola, lapangan voli, langan basket, lapangan lari jarak jauh, area kolam renang, dan masih banyak lagi.
Namun, dari semua tempat yang harus Mikayla lewati. Dia lebih senang melewati area lapangan basket karena di sana ada pria yang diam-diam dia cintai.
"Aku tidak bisa menerima lamaranmu, Nat. Kamu tahu sendiri kita masih SMA dan sebentar lagi ujian. Aku ingin mengejar cita-citaku dulu sebagai seorang pianis sebelum memutuskan menikah." Ucap seorang gadis yang sayup-sayup terdengat dari luar.
Mikayla menghentikan langlahnya karena mendengar nama pria yang familiar di telinganya, dengan melihat kondisi yang aman dia melihat ke dalam.
Pria dan wanita tengah duduk bedampingan, terlihat wajah muram sang pria sedangkan sang wanita menggenggam erat tangan pria yang Mikayla gilai.
"Kak, Nathan melamar siapa?" Gumam Mikayla dalam hati.
...🐾🐾...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Erina Munir
robbek hatiquuuh...
2024-03-13
0
Parli Ani
mampir thor
2023-08-09
0
Fani Tsao
mulai bca ky e seru ki
2023-04-27
0